London, United Kingdom
Setelah situasi sudah mulai tenang. Posisi duduk sudah berubah. Jeno berada di samping Mark, lalu samping Mark ada Baejin dan Jisung kemudian samping Jisung ada Jaemin dan Renjun dan di samping Renjun ada Yeonjun, menjadi pemisah antara Renjun dan Eunseo yang duduk di samping Jeno yang lain.
"Gila ya lo, jadi cewek nggak ada harga dirinya. Mana masih diem disini." Renjun mencibir, membuat Jaemin meremas paha sahabatnya itu agar tetap diam.
"Jaem, lo jangan diem aja dong. Putusin dia sekarang, lo udah tau kalo Eunseo masih sayang sama Yeonjun. Ngapain lo masih pertahanin dia?!" Renjun masih tetap protes tidak terima.
"Lo diem. Ini urusan gue sama Eunseo. Please, sekali ini aja lo jangan ikut campur. Ya?" ujar Jaemin, berusaha selembut mungkin agar tak melukai perasaan Renjun. Matanya menatap dengan penuh harap ke dalam bola mata Renjun, mencoba menyelami perasaan sahabatnya itu.
Renjun yang ditatap seperti itu oleh Jaemin langsung diam. Bibirnya mengatup rapat mengiyakan. Jangan ikut campur katanya? Batinnya penuh tanya. Jaemin seolah tidak mau lagi bercerita apa masalahnya pada sahabatnya sendiri dan hal itu menumbuhkan rasa curiga yang semakin besar di hati Renjun, untuk Jaemin.
Apa yang Jaemin sembunyikan darinya?
Eunseo hanya mendecih tak suka. Ia menerima tantangan Renjun untuk beradu mulut atau bahkan baku hantam sekalipun ia siap tapi Yeonjun menenangkannya, sesekali lelaki berambut biru itu menoleh pada Eunseo untuk menenangkan mantan pacarnya agar tak terbawa suasana.
"Lo harus bisa maklumin Renjun. Makasih karena masih sayang sama gue, tapi lo punya Jaemin sekarang," ujarnya sepelan mungkin di dekat telinga Eunseo. Perempuan itu masih menatap Jaemin dan Renjun bergantian.
Kekasih yang duduk di hadapannya itu terlihat biasa saja. Tidak terkejut sama sekali. Seolah sudah tahu bahwa kekasihnya memang ada main hati dengan sahabatnya sendiri. Sifat tempramennya teredam karena Jaemin hanya akan marah jika sesuatu yang ia jaga dan sayangi diusik orang lain.
Jaemin tidak menyayangi Eunseo, itu yang bisa Jeno simpulkan dari sikap yang ditunjukkan Jaemin sekarang. Lelaki dengan paras paling tampan di dalam ruangan itu tidak bisa melepaskan pandangan dari Jaemin dan Renjun. Tak tertarik dengan masalah asmara Jaemin-Eunseo-Yeonjun.
"Giliran lo." Baejin menyuruh Eunseo, membuat Jeno melepaskan pandangannya dari Jaemin dan Renjun yang duduk begitu dekat hingga lengan satu sama lain menempel.
Jeno menggelindingkan botol ke arah Eunseo, tak lupa sambil menyindir. "Pilih salah satu. Kalo sayang Yeonjun, jangan ngajak balikan sahabat gue. Jaemin terlalu baik buat cewek kayak lo." Dan hal itu berhasil membuat Jaemin tersenyum penuh rasa terima kasih pada Jeno tapi hanya dibalas dengan sudut bibir Jeno yang ditarik sekilas.
Sahabatnya terlihat tidak ikhlas.
Eunseo memutar botol dan tepat berhenti pada Renjun. Perempuan itu tertawa puas kemudian menyeringai licik sebelum memberikan pertanyaan pada satu-satunya submissive di dalam rumah besar itu.
"Babi," umpat Renjun sebelum Eunseo memberikan truth padanya.
"Belum juga gue kasih truth udah ngumpat aja. Mulut lo tuh emang mulut sampah ya?" cibir Eunseo. "Sama persis kayak orangnya. Sampah. Di sekolah kerjaannya cuma cari masalah sama nyusahin pacar gue."
Jaemin dan Jeno sebenarnya tidak terima dengan ucapan Eunseo barusan. Mereka menarik nafas bersiap membalas tapi suara Yeonjun sudah menengahi. "Udah, jangan mincing Renjun lagi. Gue juga mau dapet giliran ngasih truth," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Heart and Break It ✦ Norenmin
FanfictionRenjun; laki-laki ambisius, bermental baja dan tak pernah menangis. Sekali dia menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikan ambisinya, bahkan kedua sahabatnya sejak kecil, Jeno dan Jaemin. Jaemin; berandalan, playboy, hobi berkelahi. Seora...