Eighteen

2.7K 366 25
                                    

London, United Kingdom

Sabtu siang, Jeno baru bangun tidur. Orang tuanya jika akhir pekan pasti pergi berlibur. Jeno seringkali ikut namun minggu ini memilih singgah di rumah saja menghabiskan waktu bersama teman-temannya. 

Setelah bangun tidur, mandi, makan dan membiarkan salah satu maidnya merawat luka-luka di wajahnya, Jeno pergi ke rumah Jaemin.

Lelaki tampan itu memencet bel tanpa menyadari bahwa orang yang dicarinya sedang mengintip dari jendela kamar di lantai dua. 

Setelah bel berbunyi untuk kedua kalinya, yang membukakan pintu adalah ibu Jaemin. Perempuan itu mempersilahkan Jeno untuk masuk, tak lupa menawari makan siang.

"Jeno nyari Jaemin, tante," ujarnya pelan. Langsung ke inti. 

Ibu Jaemin yang sudah mengetahui bahwa anaknya dan anak tetangga sebelah dini hari tadi berkelahi, langsung mengangguk dan mengantar Jeno naik ke lantai dua untuk menemui Jaemin.

Namun, baru saja setengah jalan mereka menaiki tangga, Jaemin dengan setelan casualnya sudah keluar kamar, mengenakan cap baseball putih bertuliskan Yeonjun terukir di depan dengan huruf warna merah. 

Jaket kulit hitam membungkus kaos putih transparan dan celana pendek yang memiliki panjang di atas lutut berwarna hitam, lengkap dengan sepatu converse 70s hitam putih membungkus kedua kakinya.

"Jaemin mau pacaran dulu, bun," ucapnya seraya mengencangkan topi, berjalan cepat melewati ibunya dan Jeno lalu berlari.

"Jeno mau ngomong, nak!" seru ibu Jaemin, mencoba mencegah laju lari anaknya yang sudah menyambar kunci mobil di tempat gantungan dekat tv. 

"Jaemin!" Ibunya turun mencoba mengejar namun anaknya tak menghiraukan. Jeno tertinggal berdiam diri di tangga.

"Jaemin males ngomong sama penghianat!" Jaemin berseru dari luar sebelum suara mesin mobil berderu dan menjauh dari halaman.

Ibu Jaemin tiba di ambang pintu dan mengomel disana, memaki-maki anaknya karena akhir-akhir ini terlampau bandel. "Jaemin!" panggilnya terus-terusan.

"Ada apa sih bun?" Jaehyun yang mendengar ibunya berteriak-teriak memanggil adiknya, keluar dari ruang keluarga yang terletak di lantai bawah, sebelah ruang tamu. Wajahnya kusut habis bangun tidur.

Lelaki itu menguap lebar dan merentangkan kedua tangan untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku karena kurang tidur. Jaehyun baru saja pulang dari rumah Renjun pukul 8 pagi dan langsung mengerjakan tugas kuliahnya di ruang keluarga hingga ketiduran sampai bangun lagi siang ini.

"Adik kamu itu lho Jae, ada temennya dateng malah ditinggal pacaran. Kan bunda nggak enak sama Jeno." Ibu Jaemin berjalan melambai pada Jeno yang masih berdiri di tangga. "Turun sini Jen, tante bikinin orange juice kesukaan kamu. Ngobrol sama kak Jaehyun dulu ya?"

Setelah itu ibu Jaemin melesat ke dapur, membiarkan Jeno dan Jaehyun berduaan di ruang tamu, duduk berhadap-hadapan.

"Nana tuh bebal, kalau nggak kena karma sendiri belum bisa maafin orang, Jen." Jaehyun membuka suara, seiring tangannya menyibakkan rambut berantakannya dengan jemari panjang ke belakang, mengekspos jidat mulusnya.

"Gue tau kak tapi tetep aja kita nggak bisa berantem lama. Bunda udah tau kalo gue sama Jaemin berantem?" tanya Jeno. Rasa bersalah kental dalam setiap kata yang ia ucapkan.

Jaehyun mengangguk. "Jaemin kena semprot bunda, tadi pagi juga sempet gue marahin. Tau tuh mempan nggak. Ya lo tau lah anak jaman jigeum, dinasehatin masuk kuping keluar jadi kencing."

Jeno mengangguk, terkekeh dan sedikit terhibur dengan ucapan Jaehyun. "Makasih ya kak, udah misah kita berdua. Kalo nggak ada kak Jaehyun, nggak tau deh muka gue jadi kayak gimana."

Take My Heart and Break It ✦ NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang