London, United Kingdom
Jaemin memberikan truth seperti itu karena muak dan kesal dengan Jeno. Harusnya Jeno membantunya agar lolos dari jebakan sialan Renjun yang rasa panasnya harus menunggu 3 hari baru benar-benar hilang. Itu pun Jaemin harus mandi 3 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Ia tidak terima kenapa Jeno malah ikut-ikutan Renjun dan tak memikirkan nasibnya.
Jeno keringat dingin sekarang. Tenggorokkannya terasa kering dan otot-ototnya begitu tegang. Mark yang menyadari hal tersebut langsung menyenggol lengan temannya karena tak biasanya Jeno menjadi gugup sampai berkeringat. Selama ia mengenal Jeno, setahunya, Jeno adalah orang yang selalu tenang dan pandai mengontrol emosi, berbanding terbalik dengan Jaemin yang tempramen.
Renjun tak jauh berbeda dengan Jeno. Reaksi yang dia berikan hampir sama dengan yang diberikan Jeno. Namun karena sifat galaknya yang sudah mandarah daging, Renjun bisa mengatasi rasa kaget dan gugupnya dengan mengumpat dan membentak walau rona merah masih menghiasi wajah manisnya.
"Anjing, pertanyaan lo ada yang lebih bermutu nggak sih Jaem? Truth or truth Jeno masih perjaka atau apa kek yang lain, kan bisa?" cicit Renjun dengan intonasi cepat, mencoba menyembunyikan kegugupan.
Yeonjun yang masih terkekeh melihat Noren salah tingkah langsung ambil bagian. "Kenapa Jun? Malu ya kalo Jeno suka sama lo?" tanyanya menggoda, sambil menaik turunkan alis. "Jangan-jangan lo juga suka sama Jeno ya? Hayo, ngaku aja," lanjutnya.
Mendengar Yeonjun, Jaemin berusaha tersenyum senatural mungkin. Ia membiarkan Eunseo bergelayut manja di lengannya, menyandarkan kepala disana. Perempuan itu terlihat mulai mengantuk dan menikmati kejahilan Yeonjun yang terus menggoda Renjun.
"Kalo ngantuk balik ke rumah aja. Ditemenin kak Jaehyun disana. Nanti tidur di kamarku, aku bangunin kalo udah selesai main," ucap Jaemin lembut sambil mengacak rambut pacarnya itu lalu tersenyum meneduhkan.
Sebenarnya Jaemin memang tidak tegaan pada perempuan. Jadi dia berlaku lembut pada setiap perempuan yang ia temui walau bukan kekasihnya sekalipun. Itulah yang membuat banyak orang sering merasa baper padanya dan mengecapnya sebagai playboy karena tukang ngardus.
Padahal sifat itu sudah mandarah daging dimiliki oleh Jaemin karena faktor keturunan. Hal ini juga diperkuat dengan sifat ayah Jaemin yang lembut dan sifat kakaknya, Jaehyun yang tak jauh beda dengan Jaemin juga jika menyangkut sikap pada perempuan.
Sayangnya, Renjun menganggapnya berbeda. Melihat Jaemin begitu mesra dan lembut memperlakukan Eunseo, anak itu mengepalkan kedua tangan dan memicing tajam melihat sepasang kekasih tersebut.
Ia yakin bahwa Moomin adalah Jaemin, melihat tingkah sahabatnya yang tak tahu malu sekarang ini semakin membuatnya kehilangan kesabaran ingin menghajar oknum bernama Na Jaemin di tempat.
"Heh, disini bukan tempat pacaran anjing! Kalo mau pacaran nggak disini! Di hotel sana!" geramnya murka, melempar apapun di dekatnya pada Jaemin dan Eunseo. Dan yang ada di dekatnya adalah kacamata Jisung.
"Kampret, kacamata gue tuh! Rabun gue kalo nggak pake kacamata!" Jisung protes, memasang wajah memelas pada Renjun yang hanya dibalas oleh si pemilik rumah dengan bentakan tak suka.
"Diem bocah!"
"Jisung udah kelas 1 SMA by the way. Bukan bocah lagi," bela Baejin di samping Jisung.
"Yang nyuruh lo ngomong siapa, Pacil!" Renjun semakin marah, membuat Baejin berjengit takut, padahal anak itu tidak salah apa-apa tapi kena semprot juga.
Semua orang kembali fokus pada Jeno karena Jaemin berseru, "Heh, bacot mulu kalian simpanse lepas! Jeno belum jawab truth gue goblok! Bisa diem nggak lo pada?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Heart and Break It ✦ Norenmin
FanfictionRenjun; laki-laki ambisius, bermental baja dan tak pernah menangis. Sekali dia menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikan ambisinya, bahkan kedua sahabatnya sejak kecil, Jeno dan Jaemin. Jaemin; berandalan, playboy, hobi berkelahi. Seora...