London, United Kingdom
Jaemin yang hari ini mendapat jatah menggunakan mobilnya untuk berangkat bersama ke sekolah sudah bersiap-siap dan membentuk indah jambulnya di depan cermin kamar.
Ia memandang ke poster besar Dr. Fluke yang ada di dinding sebelah utara kamar, tepat di atas tempat tidurnya. "Pagi, Dr. Fluke, semoga hari ini gue bisa berbuat baik dan jadi pahlawan kaya lo ya?"
Jaemin kemudian bergaya dengan menggunakan kedua tangannya yang seolah membentuk pistol menunjuk ke poster sang superhero.
"Jaemin cepetan turun! Lama banget lo! Kalo lo ngga turun nanti sarapannya bakal lama! Sarapan ngga bakal dimulai sebelum anggota keluarga lengkap!"
Teriakan kakaknya, Jaehyun yang saat ini menjadi mahasiswa psikologi di Oxford, yang berasal dari sebelah kamarnya karena kamar mereka bersebelahan, membuat Jaemin berhenti bercermin.
"Iya, iya sisiran dulu gue!" sahut Jaemin dari dalam kamarnya. Ia sebenarnya sudah siap dari tadi, parfum Creed Green Irish Tweed yang selalu menjadi andalannya pun sudah tersemprot menyeluruh ke bagian-bagian tertentu tubuhnya.
Yang membuatnya lama adalah dia menatap sebuah bingkai foto di atas nakas samping tempat tidurnya. Sebuah foto berukuran 10R yang disitu tercetak jelas wajah bahagianya dengan senyum lebar saat ia mendapatkan earring pertamanya.
Di foto itu, Jaemin merangkul dua orang yang sangat berharga di hidupnya, di samping kanan dan di samping kirinya. Senyuman bahagia terpancar dari ketiga orang dalam foto itu.
Jaemin berasal dari keluarga yang hangat, kedua orang tuanya selalu mendukungnya walaupun permintaannya aneh-aneh. Seperti meminta semua merchandise Dr. Fluke atau film-film serial Dr. Fluke dan juga membeli bahan cosplay untuk kostum Dr. Fluke pun selalu dikabulkan oleh kedua orang tuanya yang selalu terpuaskan dengan nilai dan prestasi Jaemin di sekolah.
Walau orang tuanya sebenarnya tak tahu saja bahwa Jaemin hobi membolos dan berkelahi di sekolah. Tapi di rumah, anak itu benar-benar memiliki keluarga yang hangat dan selalu mendukungnya.
Tidak seperti Jeno yang orang tuanya lebih berorientasi pada masa depan putra mereka. Perfeksionis. Jeno harus menjadi sesuai apa yang kedua orang tuanya harapkan padanya karena memang dia merupakan anak tunggal.
Dan Renjun, yang sejak kecil ayahnya sudah tidak ada. Ibunya sibuk. Ia hanya tinggal berdua dengan ibunya tanpa ada pembantu. Hal ini membuatnya seolah tidak punya seseorang yang selalu mendukung atau melarangnya. Karena ibunya sendiri terlihat tidak terlalu peduli pada Renjun.
Ibu Renjun hanya menginginkan Renjun tumbuh menjadi anak yang kuat dan pantang menyerah. Hal ini berhasil. Namun kasih sayang tetap harus dibutuhkan dalam sebuah keluarga.
Jika anak itu tidak pulang ke rumah selama seminggu saja ibunya belum akan mencari dan menghubungi polisi jika belum melebihi waktu dua minggu, tidak seperti Jaemin dan Jeno yang seharian tidak kelihatan di rumah pasti akan selalu dicari.
Renjun tidak mempunyai sosok pendukung dan pembatas untuk segala apa yang ia lakukan. Orang yang biasanya melakukan keduanya adalah dirinya dan Jeno.
Jaemin terus memandang foto tadi, foto dirinya yang merangkul ibunya dan Renjun. "Hey, Renjun, hal gila apa lagi yang bakal kita lakuin hari ini?" tanyanya saat dia menatap foto itu sambil menggigit bibirnya dan tersenyum tanpa sebab.
"Jaemin!"
"Iya, iya gue turun!" Jaemin segera menyambar tasnya dan meninggalkan kamar untuk turun sarapan.
Setelah selesai sarapan, Jaemin pamit kepada ayah dan ibunya juga kakaknya. Ia segera memasuki mobilnya yang ia panaskan beberapa menit lebih dulu sebelum berangkat menjemput kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Heart and Break It ✦ Norenmin
FanficRenjun; laki-laki ambisius, bermental baja dan tak pernah menangis. Sekali dia menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikan ambisinya, bahkan kedua sahabatnya sejak kecil, Jeno dan Jaemin. Jaemin; berandalan, playboy, hobi berkelahi. Seora...