Eleven

2.6K 377 64
                                    

London, United Kingdom

Setelah kejadian di kantin. Seungmin dan Haechan langsung membawa Renjun ke UKS. Karena jam istrirahat sudah hampir selesai, Seungmin sempat titip pesan pada Changbin, teman sekelas mereka untuk meminta izin pada guru bahwa Renjun sakit dan butuh teman di UKS.

Kini disanalah mereka bertiga. Haechan menyerahkan the buatannya untuk Renjun yang kini menyandarkan punggung di kepala ranjang UKS. "Lo ngga papa Jun?"

Renjun menghabiskan teh buatan Haechan lalu kemudian menggeleng. "Gue mau bales dendam," ucap Renjun. Matanya dipenuhi rasa benci dan kesal. Otaknya apalagi, sudah penuh dengan rencana balas dendam dari A sampai Z.

Tidak ada yang boleh memperlakukan Huang Renjun seperti ini. Disiram sup dan rasanya panas di wajah tidak masalah, Renjun bisa tahan. Tapi rasa malunya di kantin dan harga dirinya sudah diinjak-injak oleh Eunseo. Si lelaki mungil tentu tidak terima begitu saja.

Haechan yang menatap wajah Renjun yang terlihat sedang berfikir, langsung menghela nafas. "Lo mau ngapain? Otak jahat lo serem kalau dipikir-pikir."

Renjun langsung menatap teman sekelasnya itu dengan mata melebar. "Lo temen gue bukan sih? Bukannya dukung rencana balas dendam gue malah ceramah lo," sungutnya.

Haechan baru saja mau membalas tapi Seungmin yang dari tadi diam dan memainkan hp Renjun tiba-tiba saja menengahi. "Ada telfon Jun."

Renjun hanya menoleh saja. Raut wajahnya sudah mewakilkan kata tanya siapa?

"Jaemin nelfon."

"Reject."

"Tapi dia udah misscall berapa kali in-"

"Reject anjing! Susah banget lo ngereject doang!" bentak Renjun marah. Seungmin yang kena semprot langsung memasang wajah memelas dan mereject panggilan Jaemin. "Sekarang block nomer Jaemin dan telfon Jeno," suruh Renjun kemudian. Seungmin menurut saja.

"Jun, gue ngga ikut-ikutan rencana lo ya." Haechan mengangkat kedua tangan lalu duduk di sofa yang ada di seberang ranjang Renjun. Seungmin pun segera mendial nomer Jeno sesuai perintah teman mungilnya.

"Halo Jen?" sapa Seungmin saat panggilannya sudah diangkat.

"Ini siapa? Renjun mana?" Jeno terdengar cemas di ujung sana. Dirinya sebenarnya masih rapat OSIS tapi rela keluar ruangan agar bisa mengangkat telfon dari sahabatnya. Lelaki tampan itu merasa tidak enak sebenarnya harus meninggalkan ruangan saat rapat penting masih berlangsung.

Tapi karena yang menelfon adalah Renjun, Jeno selalu memprioritaskannya. Apalagi barusan sahabatnya itu baru saja mengalami hal yang kurang mengenakkan.

"Di UKS. Bentar gue kasih ke dia dulu telfonnya." Seungmin menyerahkan ponsel canggih tadi pada pemilik aslinya. Renjun langsung mengambil alih.

"Lo ngga papa? Muka lo gimana? Ada yang luka? Butuh sesuatu ngga?" Belum sempat Renjun mengeluarkan suaranya, Jeno sudah memborbardir sahabatnya dengan banyak pertanyaan.

"Diem dulu bisa ngga nyet?" sela Renjun. Jeno langsung mengulum bibir setelahnya.

"Lo masih rapat?" tanya Renjun. Jeno di ujung sana malah mengangguk, tentu saja Renjun tidak bisa melihatnya. "Heh, malah diem. Lo masih rapat ngga?" ulangnya.

Jeno yang sadar bahwa ia sedang berbicara dengan Renjun melalui telfon langsung memukul dahinya sendiri. "Masih. Tapi kalo lo pengen ditemenin atau butuh sesuatu gue bisa izin."

"Bagus. Gue emang butuh sesuatu dan itu banyak banget. Dan cuma lo yang bisa bantu." Renjun melirik Haechan yang menggelengkan kepalanya dan membentuk gesture menyilangkan kedua tangan di depan dada. Seungmin bahkan menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara seolah berkata NO.

Tapi namanya juga Renjun. Lelaki manis itu tidak peduli dengan kedua teman sekelasnya. Ia bahkan menjauhkan wajah dari ponsel dan mengucapkan kata 'BACOT' tanpa bersuara. Setelahnya, ia dekatkan lagi ponselnya ke telinga, melanjutkan perbincangan dengan Jeno.

"Butuh apa? Keburu banget ngga?"

"Banget lah. Lo ngga usah ikut rapat aja. Gue butuh banget harus segera banget urgent banget. Sebelum pulang sekolah harus udah ada barang-barang yang gue perlu ya njir." Renjun memaksa, membuat Haechan dan Seungmin saling menukar pandangan.

"Ya udah nanti gue izin. Butuh apa cepetan."

"Lo ambil toak di ruang OSIS. Terus kalo udah, lo ke koperasi atau ke minimarket bilang aja mau nyari keperluan OSIS. Disana lo beliin gue tali, ikan asin, color spray, balsam sama sekalian botol mineral kalo bisa yang kosong."

"Buat apaan botol mineral kosong?"

"Mau gue kencingin. Oh iya, sekalian lo kencingin juga Jen malah makin bagus nanti air kencing kita nyampur disitu." Renjun terkekeh setelah mengucapkannya. Sedangkan Jeno hanya bisa tersenyum kaku mendengar rencana gila sahabatnya dan mengiyakan begitu saja.

"Gue matiin ya. Kalau udah dapet, buru ke UKS. Gue tunggu." Renjun pun mematikan panggilan.

Jeno langsung lesu setelah sahabatnya mematikan sambungan. Renjun memang gila. Otaknya terlampau licik dan hal itu adalah salah satu hal yang membuat Jeno jatuh cinta padanya. Tak seperti kebanyakan submissive, Renjun cenderung lebih suka tantangan, pendendam, bisa berdiri sendiri dan selalu berfikir out of the box.

"Anjir, gila lo Jun," komentar Haechan yang diikuti anggukan Seungmin. "Lo mau ngapain pake mau nampung air kencing ke botol segala anjir?" tanya si lelaki manis berkulit tan.

"Kepo." Renjun memasukkan ponselnya ke saku jaket.

"Itu semua buat ngebales Eunseo?" tanya Seungmin, ingin tahu rencana Renjun.

Kepala kecilnya hanya menggeleng, diikuti dengan senyuman licik khas Huang Renjun. "Sama cowoknya sekalian. Biar mampus mereka berdua. Siapa suruh balikan tanpa nanya gue dulu," ujar Renjun yang memang berencana buruk pada Jaemin dan Eunseo.

"Siapa cowoknya? Yeonjun?" tanya Seungmin yang memang belum tahu kalau Jaemin dan Eunseo balikan.

Renjun yang mendengarnya langsung mengernyit. Ia kemudian menyentak Seungmin. "Kok Yeonjun sih nyet! Jaemin goblok!" serunya marah. Padahal Seungmin dan Haechan tidak tahu apa-apa.

"Anjir? Seriusan? Haduh broken heart gue." Seungmin langsung berubah lesu.

"Kapan balikan? Kok ngga denger beritanya?" tanya Haechan kini. Renjun hanya mengedikan bahu, malas menanggapi. "Asli, lo mau ngapain sama semua barang tadi? Mau orasi di tengah lapangan sambil nyeret Jaemin sama Eunseo?" tanya Haechan asal.

Renjun hanya tertawa terbahak menanggapinya, lupa bahwa wajahnya masih terasa sakit karena tersiram sup panas. "Otak lo psycho banget sih Chan. Ya ngga lah!" jawabnya.

Haechan hanye memutar kedua bola matanya malas. "Kalo otak gue psycho otak lo apaan?" sangkalnya. Ia tahu betul rencana Renjun itu selalu gila dan tak bisa ditebak alurnya.

"Ngga separah itu kok. Hehe." Renjun hanya bisa terkekeh sambil menunjukkan seringaian liciknya, membuat Haechan dan Seungmin semakin penasaran juga cemas dengan rencana teman sekelasnya itu.

To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Take My Heart and Break It ✦ NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang