File 19

473 73 16
                                    

"Tentu saja, pelakunya adalah ...." Kevin terdiam cukup lama. Argh, sial. Dia sama sekali tidak berubah. Rupanya gaya sok keren itu masih saja dipelihara, dan itu jauh lebih menyebalkan dari yang kuduga.

Pada kejadian dua minggu lalu di taman kota, semua orang sudah tahu siapa pelakunya karena ingatanku yang kembali berkat hadiah dari Kira. Jadi walaupun seandainya waktu itu dia menggantung analisisnya sampai satu jam, tidak masalah. Tidak ada yang akan penasaran. Yang sekarang berbeda. Tidak ada yang tahu siapa pelakunya kecuali Tuhan dan mereka berdua.

"Ayo, Kevin! Katakan siapa pelakunya?!" seruku tidak sabar. Laki-laki itu tersenyum sinis ke arahku. Kembali terdiam cukup lama. Ayolah, aku walaupun tidak ada yang khawatir jika aku pulang terlambat, tetap saja aku ingin cepat-cepat pulang dan memasak makan malam.

"Kau janji akan percaya pada semua ucapanku?" tanyanya. Aku mengangguk mantap. Jika itu kebenaran, kenapa aku harus tidak percaya. Walaupun seandainya, si pelaku memang Ervina yang mendapat simpati dariku beberapa hari terakhir.

"Pelakunya adalah ...." Dia kembali tidak melanjutkan ucapannya. Aku semakin geram. Jangan-jangan ia pikir dirinya seperti detektif dalam film yang ditonton jutaan orang. Padahal yang menantikan jawaban hanya satu, aku sendiri. Jadi tidak ada untungnya dia memperlambar analisis seperti ini.

"Evan." Aku tersentak mendengar nama itu. Rupanya dia masih sempat-sempatnya bercanda. Atau dia berpikir aku bodoh dan pelupa? Evan kan korbannya, mana mungkin dia yang menjadi pelakunya.

"Kevin, kau pasti bercan- ...." Aku membalas, tapi pemuda itu langsung memotong ucapanku. Padahal jelas kan itu semua tidak mungkin.

"Evan-lah pelakunya. Itu adalah maksud dari 'Sia-sia saja meneruskan penyelidikan ini.' Karena memang tidak ada yang bertanggung jawab atas kasus ini selain dirinya sendiri. Tapi percayalah, dia sudah mendapat balasan setimpal atas perbuatannya," jelas Kevin. Aku masih tidak mengerti. Bagaimana mungkin dia membunuh dirinya sendi- ....

"Tunggu, jadi semua ini hanya kasus bunuh diri?!" tanyaku setengah berteriak. Kevin hanya melenggut, berjalan mendahuliku. Aku yang masih tidak percaya segera menyusul demi mendapat penjelasan lebih lanjut.

"Semua tersangka tidak ada yang berbohong. Mereka mengatakan sesuai yang mereka lihat dan alami. Seperti Ervina. Dia berkata apa adanya soal Evan yang tiba-tiba menghilang dari koridor. Karena sebenarnya, korban terjun tak lama setelah adik tirinya pergi.

"Dia sangat membenci adiknya. Karena itu dia ingin gadis itu bernasib sama seperti dirimu yang dulu. Karena itu dia membuat Ervina seolah membunuhnya. Di sisi lain, dia sudah bosan hidup. Karena itu sebelum mengakhiri hidupnya, dia ingin Ervina hidup dengan penderitaan. Itulah yang dinaksud, 'Kebencian yang menghancurkan segalanya,'" jelas Kevin lagi.

"Lalu bagaimana bisa sidik jari Ervina tertinggal di TKP? Dan kenapa mayatnya tiba-tiba ada di tumpukan sampah?" aku yang sudah tidak sabar bertanya. Jika ini hanya bunuh diri, seharusnya itu tidak perlu terjadi kan?

"Ervina tahu jika Evan bermaksud membuatnya seolah melakukan pembunuhan. Kuakui gadis itu bukan hanya anak yang pintar, tetapi juga polos. Dia sangat takut bernasib sama sepertimu. Karena itu dia berusaha agar orang-orang tidak menemukan mayat kakak tirinya, dengan menyeret tubuh korban ke tumpukan sampah agar baunya tidak terlalu jelas," papar Kevin.

Jadi ... itu alasan mengapa dia tahu namaku? Rupanya hanya kasus waktu itu ya? Hmm ... aku mulai mengerti, kecuali pada beberapa bagian. "Aku belum terlalu mengerti Kevin. Jadi, bisa kau jelaskan kronologinya secara runtut?" pintaku. Kevin menatapku lamat-lamat, menghela napas panjang.

"Baiklah," desahnya seraya mengusap wajah. "Seperti yang kita tahu, keluarga Evan tidak terlalu harmonis. Ayahnya menikah dengan Ibu Ervina setelah bercerai dengan istri lamanya. Hal itu membuat Evan frustasi hingga membenci adik tirinya, dan apa pun yang berhubungan dengan gadis itu. Kemungkinan itulah yang menyebabkan ia putus hubungan dengan Lilis yang memiliki wajah yang lumayan mirip.

"Abaikan soal hubungan mereka. Yang terpenting adalah kondisi psikologisnya. Kau pasti tahu jika pengidap depresi kadang sulit mengendalikan amarah. Itulah yang terjadi, Evan mulai sering mengomeli Ervina. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidup. Tapi tidak bisa mengakhiri kebenciannya pada gadis itu.

"Karena itu, dia merencanakan aksi bunuh diri yang sedikit berbeda. Ia meminta Ervina untuk datang ke kelasnya, tapi dia pergi sebelum waktu yang dijanjikan agar seolah terlihat Ervina-lah yang mengajaknya bertemu. Evan berusaha mengulur waktu kematiannya agar terkesan mereka bertengkar sebelum semua hal buruk itu terjadi.

"Setelah beberapa menit, Evan menyuruh adiknya untuk segera kembali. Dan pada saat itulah dia melakukan aksinya. Mungkin saja gadis itu kembali karena mendengar suara aneh benda jatuh dari ketinggian. Tetapi ia merasa lebih baik memastikan apakah Evan sudah kembali dengan selamat, sebelum melihat benda aneh itu.

"Kau pasti sudah tahu kelanjutannya. Tetapi yang terpenting adalah kejadian setelah itu. Ervina sangat panik melihat tubuh kakak tirinya di antara semak-semak. Karena rumor tentangmu belum lama terungkap, gadis itu merasa berada di posisi yang sama. Sehingga, dia menyeret mayat kakaknya ke atas tumpukan sampah agar tidak ada yang menemukannya," jelas Kevin panjang lebar.

Aku melenggut. Tujuannya memang sedikit cerdik. Tetapi tetap saja mata Kevin yang terlalu teliti itu pada akhirnya menemukan tubuh korban. Lagipula, jika dia bukan pelakunya, tidak perlu melakukan itu kan? Jika dia tidak bersalah, tidak perlu takut. Karena cepat atau lambat, kebenaran pasti akan terungkap.

"Lalu bagaimana dengan Rifky yang menyatakan perasaanya pada Lilis tepat di hari kematian Evan?" tanyaku lagi. Kevin yang sepertinya masih lelah setelah bercerita sepanjang itu menghela napas panjang. Yah, mau bagaimana lagi? Aku masih penasaran.

"Mungkin itu hanya kebetulan saja. Tidak ada hubungannya dengan kasus. Lagipula, menurut yang pernah kubaca, seseorang yang ingin bunuh diri biasanya akan menunjukkan beberapa pertanda. Mungkin saja Rifky sudah menyadari hal itu, hingga merasa aman untuk menyatakan perasaannya ketika Evan tidak kunjung kembali ke kelas," terang Kevin.

Benar juga. Mengapa aku sampai pusing memikirkan hal itu. Bukankah sudah biasa terjadi seseorang yang berpacaran dengan mantan kekasih dari teman dekatnya? Yah, setidaknya Rifky tidak melakukannya ketika mereka belum putus hubungan kan?

"Sudah, ya. Kau pulang sana sendiri. Aku tidak mau mengantarmu. Nanti bisa jadi skandal," ujar Kevin lalu pergi begitu saja, bahkan sebelum aku menyahut.

Aku mencebik. Dia berpikir dirinya artis terkenal yang bisa membuat skandal hanya dengan berjalan berdua dengan seorang gadis tak dikenal? Katakan saja seperti ini, "Rumah kita berbeda jalur, jadi kita berpisah di sini." Dasar aneh!

Tiba-tiba, mataku menangkap bayangan seseorang yang duduk di halte bus. Karena merasa familier, aku pun memutuskan untuk mendekat. Aku tahu dia hanya seorang gadis lugu dengan rambut dikuncir dua yang duduk sambil meremas rok. Tetapi, entah mengapa aku merasa perlu untuk berbicara dengannya sedikit.

"Kak Sisi?" sapanya ramah ketika aku berjalan mendekat. Aku tersenyum ketika sampai tepat di hadapannya. "Ada perlu apa, Kak?" tanya gadis itu sopan.

Aku kembali tersenyum. Menyiapkan kata-kata yang akan kulontarkan agar dia bisa paham dengan mudah. "Kalau kau tidak bersalah, tidak perlu takut. Jujur itu jauh lebih baik, Ervina," ujarku.

*

Nah, akhirnya rasa penasaran kalian selama belasan chapter akhirnya terjawab.

Gimana menurut kalian. Adakah yang geregetan sama plot twist-nya yang agak gimanaa gitu. Maksudnya, setelah lama bingung, ternyata cuma kasus bunuh diri. Adakah yang marah sama Ichi?

Jangan marah ya, Minnasan. Sejak awal nyusun outline seri keempat Ichi memang udah ngerencanain chapter ini.

Oh ya. Apa kalian nemuin plot hole? Kasi tau Ichi dong.

Oke, jangan lupa vote dan comment ya 😊.

[END] High School of Mystery: Russet CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang