Part 11

803 54 0
                                    

Bismillah

Salva sudah duduk di motornya di tempat parkir, gadis itu menunggu Binar yang tiba-tiba ingin ke kamar mandi. Jadilah dia sendiri saat ini.

Pandangannya tanpa sengaja melihat Lutfi dan Dian yang baru saja tiba. Refleks, Salva mengangkat kaca helmnya. Dilihatnya sepasang kekasih itu tertawa bahagia. Entah mengapa, ada rasa tidak terima dengan yang dilihatnya. Hatinya memanas.

Dia belum bisa menyebut ini cinta. Tapi Salva selalu mencoba. Sejak kata 'sah' menggema, dia sudah memutuskan untuk mencoba jatuh cinta pada Lutfi , seperti dia yang jatuh cinta pada Adwit. Meski risikonya adalah sakit, dia tak peduli.

Kini Lutfi sudah naik ke motornya, lalu Dian duduk di jok belakang. Tangan Dian melingkar di tubuh Lutfi. Dan setelahnya, motor itu meninggalkan tempat parkir.

Tanpa disadari, bulir bening melintas di kedua pipi merah Salva. Rasanya begitu sakit. Ketika mencoba untuk mencintai seseorang yang bahkan tak pernah memikirkannya.

Salva mengusap air matanya saat Binar datang. Binar merasa ada yang aneh dengan Salva. Membuat gadis itu bertanya-tanya, namun, tidak dapat dikatakan. Takut kalau suasana hati Salva semakin memburuk.

***

“Kamu serius?” tanya Salva terkejut. Mulutnya membuntuk huruf 'O' dan bola matanya melebar.

“Iya, serius. Kalian nggak percaya? Tunggu aja besok, pasti dapat undangan,” jawab Elish.

“Jadi si Adwit mau nikah. Sama siapa?” Kini giliran Binar yang bertanya.

“Nggak tahu, kayaknya, sih, bukan teman sekampus,” jawab Elish.

Salva tersenyum tipis. Dengan begini dia akan lebih mudah menjatuhkan hati pada Lutfi. Tinggal dia membuat Lutfi jatuh hati padanya. Katanya, cinta akan datang karena terbiasa. Maka Salva akan mencobanya.

Sedangkan Adwit, Salva tahu, bahwa sikap istimewa Adwit selama ini memang hanya sekadar bentuk hormatnya pada perempuan. Salva saja yang terbawa perasaan akan hal itu.

“Beruntung banget ya, El. Salva sudah move on dari Adwit,” ujar Binar.

“Sudah dong,” jawab Salva sambil terkekeh.

“Terus, terus. Soal Kak Lutfi gimana?” tanya Elish pada Salva.

“Aku akan mencoba buat jatuh cinta sama dia. Dan mungkin sekarang sudah jatuh cinta? Entahlah, tapi yang susah ya menjatuhkan hatinya,” jelas Salva.

“Cie... Aku doain agar Kak Lutfi bisa jatuh cinta sama kamu,” sahut Elish.

“Aamiin.”

***

“Baru pulang, Kak? Sudah makan?” tanya Salva menyambut Lutfi yang baru saja sampai rumah.

Tangannya meraih tangan Lutfi untuk dicium, tapi sayang, seperti kemarin, tangan Salva dihempas begitu saja. Salva tersenyum kecut. Dia tidak boleh menyerah, ini adalah awal, dia tidak akan tahu bagaimana hasil akhirnya jika dia menyerah sekarang.

“Sudah sama Dian,” jawab Lutfi.

“Oh, begitu. Kalau gitu Salva boleh minta tolong?” Salva kembali bertanya.

“Apa?”

“Aku belum makan dari siang. Mau masak, gasnya habis. Mau keluar tapi kepala aku pening. Boleh beliin makan nggak?” tanyanya.

“Kemarin saya beliin makan nggak dimakan, sekarang minta,” protes Lutfi.

“Itu kemarin. Sekarang Salva janji akan makan,” balas Salva. Jari kelingkingnya diangkat ke udara.

Entah kenapa, Lutfi malah menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Salva. Membuat Salva terkekeh melihatnya.

“Kalau begitu, beliin.”

Lutfi mengangguk meng-iyakan, sebelum akhirnya keluar rumah untuk membelikan Salva makanan.

Setelah kepergian Lutfi, Salva tertawa mengingat aksinya barusan. Semoga tidak berlebihan. Dia bingung bagaimana caranya untuk bersikap seperti Dian yang manja, karena sejak kecil Salva adalah pribadi yang tangguh dan tidak suka bertele-tele, apalagi untuk bermanja ria.

***

Assalamualaikum, halo semua!
Part ini dikit sekali😭 tapi semoga kalian suka, ya^^

Voment and share jangan lupa
-Dn💙

Voment and share jangan lupa-Dn💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yulim Qalbi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang