Part 12

800 51 5
                                    

Bismillah

Rumah Belajar Al-Nafi, adalah rumah belajar khusus untuk anak-anak jalanan yang didirikan oleh beberapa remaja yang hatinya tersentuh melihat rendahnya pendidikan di Indonesia. Mereka tahu, di hati anak-anak itu pasti memiliki rasa ingin mengenyam bangku pendidikan seperti anak-anak lain. Anak-anak itu memang tidak pernah mengatakan hal itu, tapi tidak dapat dipungkiri bila mungkin mereka merasa teriris hatinya saat melihat anak-anak seusia mereka berangkat sekolah dengan seragam yang menjadi identitas siswa, sedang mereka tidak.

Meski pun para pendiri rumah belajar itu tidak pernah merasakan apa yang anak-anak kurang beruntung itu rasakan, tapi, mereka ingin melihat anak-anak itu bisa bersekolah. Mereka ingin anak-anak itu bisa membaca, berhitung, dan mengetahui apa pun yang anak-anak beruntung rasakan.

Salva, Binar, dan Elish sudah berada di Rumah Belajar Al-Nafi dari setengah jam yang lalu. Mereka diminta untuk mengajar anak-anak usia delapan hingga sembilan tahun belajar tentang agama Islam. Dan tidak lupa untuk menceritakan kisah-kisah sahabat Rasulullah yang diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak untuk terus semangat dalam menjalani hidup dan selalu berada pada jalan yang lurus.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” Salva dan dua sahabatnya mengucap salam.

Waalaikumsalam Warohmatulohi Wabarakatuh.

“Wah, semangat banget belajar ya adik-adik,” puji Salva, senyum lebar menghiasi wajahnya.

“Iya, dong, Kak. Kami semangat banget belajarnya. Agar kami bisa menjadi anak-anak yang pintar,” jawab salah satu dari mereka.

“Wah, bagus kalau begitu. Semoga ilmu yang kalian dapatnya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan bisa menjadi amal jariah untuk yang mengajarkan,” seru Binar.

Aamiin.”

“Oh, iya, kenalin Kakak namanya Kak Salva, ini Kak Binar dan ini Kak Elish.” Salva memperkenalkan dirinya dan dua sahabatnya.

“Salam kenal, Kak.”

“Salam kenal juga. Kalau begitu, boleh, dong, sekarang Kakak mulai kelasnya?”

“Boleh, dong, Kak.”

“Kami akan bercerita, kisah tentang seorang wanita tangguh yang kekuatannya sebanding dengan 1000 lelaki, dia adalah...” Binar menggantungkan ucapannya, memberi kode kepada Salva untuk melanjutkan ucapannya.

“Nusaibah binti Ka'ab, Sang Perisai Rasulullah di Perang Uhud.”

“Nusaibah binti Ka'ab merupakan istri dari Ghazyah bin Amru Al-Mazini An-Najari. Ghazyah merupakan suami kedua dari Nusaibah binti Ka'ab setelah suaminya yang pertama, Zaid bin Ashim Al-Mazini An-Najjari yang wafat.

Dikisahkan bahwa Nusaibah telah mengikuti banyak pertempuran mendampingi pasukan muslimin. Ghazyah, Abdullah, dan Habib bertempur di garis depan, sedangkan Nusaibah lebih sering mengobati dan mengambilkan minum untuk pasukan muslimin. Tapi sesungguhnya, Nusaibah juga pandai dalam bertempur melawan musuh-musuh Rasulullah.

Suatu ketika di tengah Perang Uhud, kaum muslimin terpojok. Ibnu Qumai'ah yang datang sebagai musuh hendak membunuh Rasulullah dengan pedangnya. Namun, Nusaibah dengan gagah berani melakukan penjagaan kepada Rasulullah agar tidak terbunuh dan bertahan menggunakan pedang dan anak panah. Meski pun ia tahu bahwa kekuatannya tidak sebanding dengan Ibnu Qumai'ah, namun, Nusaibah tetap berusaha untuk melindungi Rasulullah.

Ibnu Qumai'ah mengetahui tujuannya untuk membunuh Rasulullah dihalang-halangi oleh seorang wanita pun sangat murka, dia akhirnya menyerang Nusaibah. Jelas saja Nusaibah terpojok. Kekuatannya tidak ada-apa apanya dibanding Ibnu Qumai’ah. Namun, menghiraukan luka di sekujur tubuhnya, Nusaibah tetap berdiri. Dikatakan bahwa setidaknya ada kurang lebih tiga belas luka di tubuh Nusaibah. Namun, meski pun demikian, Nusaibah nyatanya masih hidup untuk terus berperang mendampingi pasukan muslimin.

Rasulullah pun juga berkata kepada putra Nusaibah, Abdullah; “Allah memberkahi kalian wahai Ahlul Bait. Kedudukan ibumu lebih baik dari fulan dan fulan. Dan kedudukan suami ibumu Ghaziyyah bin Amr lebih baik dari fulan dan fulan, semoga Allah merahmati kalian wahai Ahlul Bait.”

Saking kagumnya, bahkan Rasulullah juga berdoa untuk keluarga Nusaibah; “Ya Allah, jadikanlah mereka orang-orang yang akan menemaniku di surga." Nusaibah dan keluarganya terus berjuang di sisi kaum muslimin bahkan sampai wafatnya Rasulullah.

Dari cerita barusan, kita dapat melihat betapa luar biasanya seorang Nusaibah binti Ka’ab. Perempuan yang dijuluki sebagai ‘sang perisai Rasulullah’. Dan semoga dapat menjadi inspirasi untuk kalian agar selalu bersemangat dalam berjuang, salah satunya, berjuang untuk terus mencari ilmu.” Salva mengakhiri ceritanya.

Masyaallah, hebat sekali ya perjuangannya Nusaibah,” seru Elish.

“Iya, hebat banget. Meski pun dia perempuan, tapi dia tidak pernah takut untuk melawan musuh-musuh Allah. Nah, kita yang sekarang nggak perlu berperang seperti mereka, seharusnya lebih semangat lagi berjuangnya dalam memajukan bangsa dan agama dengan prestasi kita,” sahut Binar.

“Benar sekali.” balas Salva.

“Kak, Nusaibah sama Ibunda Khadijah istri Rasulullah hebat siapa?” tanya salah satu anak.

Salva tersenyum tipis mendengar ucapan anak itu. “Sama hebatnya, jika Nusaibah ikut terjun dalam perang dalam memperjuangkan Islam. Maka, Ibunda Khadijah juga sama hebatnya, bedanya ada di cara mereka dalam berjuang, Ibu Khadijah rela menghabiskan seluruh kekayaan yang dimilikinya untuk perjuangan Rasulullah. Sejak ia memiliki segalanya hingga ia tidak memiliki apa-apa, beliau tetap setia mendampingi Rasul.”

“Bahkan, beliau pernah berkata: “Wahai Rasulullah. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah. Sekiranya aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit ataupun jembatan. Maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan Mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah.” Masyaallah,” sahut Elish.

“Wah, hebat sekali, ya, Kak,” seru salah satu anak.

Binar tersenyum tepis. “Sangat. Maka karena itu, jangan pernah kalian malas untuk menggapai apa yang kalian cita-citakan.”

***

“Terima kasih, ya. Kalian sudah mau mengisi kelas untuk hari ini,” ucap Zahra, salah satu pendiri Rumah Belajar Al-Nafi.

“Iya, sama-sama. Kami juga sangat senang bertemu mereka. Anak-anak yang baik,” jawab Salva.

“Kalau begitu, kami harus pulang, Zahra,” ujar Binar setelah melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

“Oh, oke. Sekali lagi, terima kasih.”

“Iya, sama-sama. Assalamualaikum.”

Waalaikumsalam.”

***

Assalamualaikum, semua
Halo, apa kabar? Semoga baik, ya^^

Alhamdulillah, akhirnya bisa update part 12 yang sejak bulan lalu cuma di draf wkwkwk

Voment and share jangan lupa
-Dn💙


Jangan lupa follow Instagram @ea_ekasyah, wkwk

Yulim Qalbi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang