Alexander mendapatkan luka yang sangat menyakitkan, salah satu jarinya putus dan kulit di kakinya menghilang. Luka itu berada di tempat yang sama dengan tempat yang dijerat oleh benda hitam milik monster aneh sebelumnya.
Alexander menggigit lengannya berusaha mengalihkan rasa sakit yang ia rasakan tapi itu tidak membantunya sedikitpun. Beberapa saat setelah rasa sakitnya sedikit mereda, Alexander menyadari jika ia tengah berada di lorong Rumah Sakit. Bukti yang mendorong pemikiran itu adalah aroma obat-obatan yang tercium di sekitar Alexander.
Rumah Sakit yang bersih membuat hati Alexander agak lega, ia segera mencari ruang penyimpanan obat untuk mengobati luka-lukanya. Tidak butuh waktu lama bagi Alexander untuk menemukan ruang penyimpanan obat, hal itu karena ia merasa sangat tidak asing dengan Rumah Sakit itu.
Tidak banyak perawatan yang dilakukan Alexander terhadap lukanya, ia hanya menggunakan alkohol, salep antiseptik, dan perban terhadap luka di kakinya. Sementara pada jarinya yang hilang, ia menggunakan alkohol, obat merah, dan perban.
Setelah selesai mengurus lukanya, Alexander bergegas menuju pintu keluar meskipun tidak yakin apakah ia akan berhasil keluar atau tidak.
Tepat sebelum Alexander keluar dari ruang penyimpanan obat, lampu berhenti berfungsi. Ketika lampu kembali menyala, Rumah Sakit yang Alexander lihat tidak lagi putih dan bersih tapi kotor dan bobrok.
"Khihehehehe!"
Tawa maniak seorang pria terdengar jelas di telinga Alexander, suara mesin operasi juga terdengar sesaat setelah tawa itu selesai. Rasa sakit yang sebelumnya sempat hilang kini kembali memeluk erat Alexander bagai sahabat yang telah lama tidak berjumpa.
"Khihehehehehehe!"
Tawa maniak itu kembali terdengar dan kali ini tawa itu semakin dekat dengan Alexander. Hingga akhirnya tawa maniak itu seperti berada di dalam pikiran Alexander.
"Aaaaaah!" jerit Alexander.
Tubuh Alexander terasa seperti disetrum oleh listrik untuk sesaat, ia langsung keluar dari ruang penyimpanan obat dan berlari dengan kecepatan penuh.
Alexander tidak bisa berpikir sejernih sebelumnya, ia hanya berlari tanpa tujuan dengan kepanikan di hatinya. Setiap kali Alexander melewati suatu ruangan, ia melihat mayat seorang wanita yang perlahan bergerak. Tidak hanya satu, tapi tiga pada setiap ruangan, untungnya mayat wanita itu tidak bergerak dengan cepat.
Alexander menemukan jika setiap pintu yang memiliki tanda Exit di atasnya selalu ditutupi dengan kayu berlapis serta seng. Bahkan pintu lain yang memiliki tanda Exit di atasnya ditutup dengan cara yang sama dengan pintu sebelumnya. Alexander butuh sesuatu yang tajam dan kuat seperti kapak, ia cukup yakin jika pasti ada kapak darurat di suatu ruangan.
"Khiehehehehe!"
"Kyaaaaaah!"
Tawa maniak pria kembali terdengar, tapi kali ini tawa itu tidak sendiri, jerit pedih seorang wanita juga terdengar di telinga Alexander.
"Haah... haah..."
Alexander masuk ke dalam ruangan untuk menarik nafas sesaat, tapi ia terkejut bukan main ketika melihat beberapa kandang yang didalamnya diisi oleh wanita. Tidak hanya itu, wanita yang ada di dalam kandang memiliki cedera yang sangat parah. Tangan dan kaki yang putus, tubuh tanpa kulit, perut yang dirobek, hingga kelopak mata yang dijahit.
"Aaaaaah!" Alexander kembali disetrum oleh listrik yang tidak diketahui asal-usulnya.
Jeritan Alexander membuat semua wanita di kandang terbangun dan mulai bergerak. Beberapa yang masih memiliki tangan dan kaki berusaha untuk merusak kandang dan keluar.
"Ini pasti mimpi buruk!"
Ketika Alexander akan keluar dari ruangan yang dimasukinya, ia menemukan benda yang ia cari-cari yaitu kapak darurat. Alexander langsung menghancurkan kaca yang melindungi kapak dan mengambil kapak itu sebelum meninggalkan ruangan.
Situasi di luar ruangan menjadi lebih buruk, Alexander menemukan banyak makhluk hitam legam yang tengah berjalan tertatih-tatih. Begitu makhluk hitam legam merasakan keberadaan Alexander, mereka langsung berjalan ke arah Alexander seolah ingin memakannya.
"I'm done! I'm done with this!" Alexander memasang posisi bertarung. "Die you stupid limped!"
Alexander berlari dengan kapak di tangannya, setiap kali ada makhluk hitam legam yang mendekatinya, kapak di tangannya akan bergerak menebas leher makhluk hitam legam.
Sebisa mungkin Alexander menghabisi banyak makhluk hitam legam yang mengejarnya sebelum menuju ke pintu keluar. Namun, jumlah makhluk yang mengejarnya semakin bertambah dan membuatnya terjebak.
Terjebak di kerumunan makhluk misterius tidak membuat Alexander menyerah, di bawah pacuan adrenalin, ia menghabisi lebih banyak makhluk aneh yang ia sebut sebagai Limped. Alexander kembali menjadi dirinya yang lama, seorang mesin pembunuh yang selalu menghabisi targetnya dengan satu serangan.
"Ke-te-mu! Khiehehehe!" ucap seseorang dengan nada yang terdistorsi.
Limped yang mengelilingi Alexander mendadak berhenti bergerak begitu juga dengannya. Alexander memutar kepalanya ke arah sumber suara, ia melihat seorang Dokter pria dengan tinggi 3 meter yang tengah memegangi pemukul baseball berlapis kawat.
Tubuh Dokter itu terlihat hangus dan urat nadinya berwarna biru menyala, begitu juga dengan matanya. Kepala Dokter itu ditutupi oleh benda yang mirip dengan Scold's Bridle, benda yang sering dipakaikan pada wanita yang suka bergosip pada abad pertengahan.
Setelah puas saling menatap selama beberapa detik, Dokter mengerikan itu mengayunkan pemukulnya ke arah Alexander. Dengan sigap Alexander menghindari tongkat pemukul dan melarikan diri dengan cepat.
"Jangan! Lari!" teriak Dokter, yang kemudian mengejar Alexander.
"Get lost!" sahut Alexander, suaranya bergetar.
Kecepatan Alexander jauh lebih tinggi dari Dokter, dalam hitungan detik, ia berhasil meninggalkan Dokter mengerikan itu jauh di belakang. Namun, sekalipun Dokter mengerikan itu tidak berada dalam pandangan Alexander, ia masih tersetrum oleh listrik aneh yang tidak terlihat.
"Apa... apa yang terjadi?!"
Alexander mulai merasa muak dengan apa yang menyerangnya, sejak ia berpindah ke rumah sakit itu, amarahnya lebih mendominasi rasa takutnya. Alexander tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan kepalanya.
Tidak lama kemudian Alexander sampai di depan pintu dengan papan tanda Exit di atasnya.
"Aku harus keluar dari tempat terkutuk ini!"
Dengan ayunan kuat, kapak di tangan Alexander menghantam dan merusak kayu serta seng yang menutupi pintu. Butuh usaha ekstra bagi Alexander untuk melepas kayu di pintu karena cukup tebal.
Tapi tidak hanya kayu dan seng yang menutupi pintu, dibalik semua itu masih ada satu rintangan terakhir yaitu gembok. Alexander bisa saja menggunakan kapaknya untuk menghancurkan gembok itu, tapi ia khawatir kapaknya akan tumpul. Selain itu ia tidak tahu apa yang akan ditemuinya di balik pintu itu.
Alexander berdecak kesal, "Sialaaaan!"
Dengan terpaksa Alexander menggunakan Paper Clipnya untuk membuka gembok yang menahan pintu. Beruntung gembok itu bukan tantangan besar karena bagian dalamnya cukup sederhana.
"Khiehehehehe! Ke-ma-ri!" ucap Dokter yang tiba-tiba muncul di belakang Alexander.
Dokter mengayunkan pemukulnya dengan kuat hingga Alexander terpukul dan terpental melewati pintu keluar. Kesadaran Alexander hampir menghilang setelah mendapatkan pukulan Dokter.
"Ha-lo!"
Dokter mengangkat kepala Alexander dengan tangan kanannya dan mengalirkan listrik bertegangan tinggi.
"Aaaaaaaaaaaaah!" jerit Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcatraz [END]
Mystery / Thriller"Mungkin masih banyak penjara yang membiarkan tahanannya hidup dengan tenang, tapi tidak dengan tempat ini." "Selamat! Kau tahanan ke 10!" "Let's play some games, if you can win this game, you're free!" Itu adalah hal terakhir yang diingat oleh Alex...