The Exit

15 3 0
                                    

Alexander terbangun dan melihat Dokter sedang bersenandung selagi membersihkan alat-alatnya. Alexander takut, ia memutuskan untuk berpura-pura masih tidak sadarkan diri.

"Tikus... kecil... duduk... dan... mati..."

"Khiehehehehe!"

"Sudah bangun..."

Dokter menusukkan pisau bedahnya ke tangan Alexander untuk membuat Alexander berhenti berpura-pura tidak sadarkan diri.

"Aaaaaaaaah! Hentikan! Tidaaaak!" Alexander menjerit membuka matanya lebar-lebar.

Dokter tampak kesal dengan jeritan Alexander. "Be-ri-sik!"

Pisau bedah yang menancap di tangan Alexander dicabut dan dipindahkan ke leher tepat di pita suara Alexander. Sakit, tapi Alexander tidak bisa melakukan apapun untuk menguranginya.

"Jari... jari... jari... dan... kaki..."

Dokter menyuntikkan Lidocaine atau obat bius untuk menghilangkan rasa sakit di area tertentu. Dokter menyuntikkan Lidocaine dalam jumlah besar kepada Alexander untuk membuatnya tetap sadar. Setelah itu, Dokter mulai menggerakkan pisau bedahnya dan memotong jari Alexander satu demi satu.

"Satu... empat... enam... delapan..." Dokter kembali tertawa keras sebelum akhirnya berhenti dengan wajah bingung. "Sembilan? Di mana... satu... lagi?!"

Dengan marah Dokter menancapkan pisau bedahnya ke pipi Alexander dan menariknya dengan brutal hingga mulutnya terbuka lebar. Air mata Alexander mengalir deras, efek Lidocaine mulai berkurang dan menyebabkan Alexander kembali merasakan sakit.

Ketika Dokter melihat Alexander yang hampir tidak sadarkan diri, ia kembali menyuntikkan Lidocaine dalam jumlah besar untuk membuatnya tetap terjaga.

"Tidak... menjawab?" ucap Dokter, ia semakin marah.

Pisau bedah Dokter bergerak dengan gesit melepaskan setiap jari di kaki Alexander tanpa menyisakan satupun. Berikutnya lebih buruk, Dokter melepaskan kelopak mata Alexander dan membuatnya tidak lagi bisa menutup mata.

Lampu tiba-tiba berkedip beberapa kali sebelum berhenti berfungsi, beberapa saat kemudian lampu kembali menyala dan Rumah Sakit kembali putih dan bersihkan.

"Aaaaaaah! Hentikaaaan!" Alexander menutupi wajahnya.

Alexander bisa berbicara seperti sebelumnya, beberapa saat kemudian ia sadar jika seluruh luka di tubuhnya telah menghilangkan. Anehnya luka pada kaki dan jari Alexander yang hilang tidak pulih tidak seperti anggota tubuh lainnya yang dimutilasi Dokter.

"Tidak, tidak lagi, aku tidak bisa terus di sini!"

Alexander berlari keluar dan mengambil kapaknya yang tengah bersandar di dekat pintu. Entah sudah berapa kali Alexander mengatakan jika ia harus pergi dari tempat aneh itu. Namun, pada akhirnya Alexander selalu gagal karena keanehan yang terjadi di tempat itu.

Alexander kembali menuju ke pintu yang telah dibuka sebelumnya, meskipun tampilan Rumah Sakit telah berubah, tapi pintu keluar masih ditutupi oleh kayu dan seng. Oleh karena itu Alexander menuju ke pintu yang sudah ia buka agar tidak harus mengulangi usahanya.

Tidak lama kemudian Alexander tiba di pintu keluar tujuannya, untungnya tidak ada apapun yang menutupi pintu sehingga ia bisa segera melewatinya.

Sayangnya yang menunggu Alexander di balik pintu itu bukanlah jalan keluar tapi bangunan yang sama seperti yang tengah ia tempati. Bedanya, bangunan itu terlihat sangat bobrok dan kotor seperti saat keanehan terjadi.

"Apa ini? Apa-apaan ini!"

Alexander menutup kembali pintu itu dan menuju pintu lain yang masih ditutupi kayu dan seng. Ada total lima pintu dengan tanda Exit di atasnya, satu telah Alexander buka tapi yang ada di baliknya bukanlah jalan keluar.

Alcatraz [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang