The Game

10 3 0
                                    

Alexander menelusuri seisi ruangan untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat untuk menyerang. Alexander masih ingat keberadaan makhluk oranye terang dengan rantai. Alexander tidak memiliki ide bagaimana wujud dari makhluk oranye terang dengan rantai. Namun, Alexander yakin ia tidak boleh bertemu dengan makhluk itu.

Setelah mencari ke seluruh tempat di ruang peristirahatan sipir, Alexander menemukan pistol 228 Compact dengan lima Magazine yang penuh. Alexander tidak menemukan hal lain yang bisa ia gunakan selain pistol serta magazine-nya.

Alexander keluar dari ruang peristirahatan sipir dengan pistol di tangannya, ia melihat lorong yang sama saat ia melarikan diri dari sel. Setiap sel diisi oleh satu Limped yang duduk bergetar membelakangi jeruji besi. Karena khawatir Limped di dalam sel akan melarikan diri, Alexander menembak satu demi satu Limped yang ia lihat.

Lampu di sepanjang lorong mendadak berhenti berfungsi dan membuat Alexander sangat cemas. Alexander berdiri diam di tempatnya dengan tangan yang bersiap untuk menarik pelatuk pistol.

Ada salah satu Limped yang berhasil keluar dari dalam sel entah bagaimana caranya. Limped itu langsung berlari ke arah yang berlawanan dengan Alexander. Alexander memiliki perasaan buruk tentang lolosnya Limped tersebut, ia segera mengejar Limped itu dengan kecepatan penuhnya.

Begitu Limped yang berhasil meloloskan diri dari sel terlihat di pandangan Alexander, ia segera membidik kepala Limped itu dan menekan pelatuknya. Namun, tidak ada satupun peluru yang keluar dari pistol yang Alexander pegang.

"Brengs*k!" Alexander lupa untuk mengganti magazine pistolnya.

Begitu magazine pistol diganti, Alexander langsung melepaskan tembakan ke kepala Limped yang berlari itu. Alexander hanya butuh satu peluru untuk menjatuhkan Limped sasarannya. Mayat Limped itu terlihat sedikit lebih normal jika dibandingkan dengan Limped yang Alexander temui di perjalanannya menuju Coldwind Farm.

Ketika Alexander berkedip semuanya mendadak kembali seperti semula, ia tengah berlari mengejar Limped yang sedang berusaha melarikan diri. Alexander hampir saja tersungkur akibat perubahan mendadak itu, ia tanpa pikir panjang segera mengganti magazine pistol dan melepaskan tembakan. Limped yang Alexander kejar langsung jatuh tersungkur di lantai, dengan peluru berkaliber .357 bersarang di kepala.

Karena tidak ada yang bisa Alexander gunakan dari mayat Limped, ia melewati mayat Limped itu dan menelusuri lorong.

"Setelah semua hal mengerikan itu, kini aku harus kembali ke penjara ini? Apa yang sebenarnya tempat ini inginkan dariku?" Alexander bertanya kepada dirinya sendiri, selagi mengawasi sekitarnya.

Alexander berjalan menyusuri lorong panjang tanpa akhir itu selama hampir 10 menit. Kabar baiknya adalah tidak terjadi sesuatu yang aneh pada Alexander meskipun detak jantungnya tidak terkendali.

Setelah 20 menit menyusuri lorong, Alexander akhirnya melihat sebuah pintu di ujung lorong. Pintu itu terlihat sangat putih dan terawat dengan baik, sangat jauh berbeda dengan sel di bagian belakang Alexander.

Yang terlihat tidak berbahaya memiliki kemungkinan akan menjadi sangat berbahaya. Oleh karena itu Alexander membuka pintu putih di depannya dengan sangat hati-hati. Pistol di tangan kanannya juga sudah bersiap untuk melepaskan tembakan jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Pintu putih terbuka sepenuhnya dan memperlihatkan bagian dalamnya yang terlihat seperti ruang kontrol. Alexander masuk ke dalam dan tengah melihat Limped yang tengah duduk terikat.

Di atas meja kontrol terdapat beberapa tombol yang Alexander tidak ketahui untuk apa tujuannya. Dan juga terdapat secarik kertas yang berisikan sebuah instruksi mengenai apa yang harus ia lakukan. Instruktur yang ada di kertas segera Alexander lakukan tanpa membuat pertanyaan untuk dirinya sendiri.

"Sekarang aku hanya harus menunggu." Alexander duduk di kursi di belakang meja kontrol.

Sebuah lagu yang menenangkan terputar di ruangan yang Alexander tempati. Setelah beberapa detik lagu itu berhenti dan menyisakan noise.

Limped yang duduk terikat di ruangan yang terpisah dengan Alexander mulai menjerit-jerit. Ketika lagu yang menenangkan kembali terdengar di ruangan Alexander, Limped mulai tenang.

"Aneh," ucap Alexander.

Berada di ruang kendali membuat Alexander melupakan semua hal buruk yang sempat dialaminya. Ini adalah momen paling tenang selama Alexander berada di penjara aneh.

Berdasarkan instruksi yang ada di secarik kertas, Alexander harus menunggu selama 10 menit sebelum pintu yang ada di ruang kontrol terbuka.

Setelah 10 menit mendengar jeritan putus asa, Limped yang terus menjerit itu akhirnya berhenti. Kepala Limped yang terikat itu berdarah-darah meskipun tidak dipukuli.

Alexander mengabaikan pemandangan itu dan pergi menuju pintu di ruang kontrol yang seharusnya sudah terbuka. Bisa saja pintu di ruang kontrol dibuka secara paksa oleh Alexander. Hanya saja ia khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika ia tidak mengikuti instruksi kertas.

Knob diputar dan pintu terbuka tapi pemandangan yang Alexander lihat tidaklah menyenangkan. Gelap dan di ujungnya terlihat sumber cahaya dan musik-musik aneh. Alexander berjalan mendekati sumber dari cahaya dan musik itu, ia kemudian menemukan Mesin Game Arcade dengan nama Asylum Doctors.

Alexander mencoba untuk memainkan Mesin Game Arcade itu untuk menghilangkan rasa penasarannya. Dalam sekejap Alexander sudah terpikat dengan Asylum Doctors.

Pada permainan ini, Alexander memainkan karakter utama yaitu Lochlan yang merupakan seorang dokter korban percobaan. Di dalam permainan ini Alexander harus membunuh makhluk apapun yang Lochlan pikir adalah musuhnya. Namun, sepanjang permainan ia hanya bertemu dengan satu musuh yang terus berhasil melarikan diri.

Musuh itu berhasil melarikan diri dengan memanfaatkan Rest Time, suatu momen di mana Lochlan tidak bisa melakukan apapun untuk melacaknya. Alexander beberapa kali mengumpat karena gagal menangkap musuhnya itu. Ketika Alexander berhasil menangkap dan menyiksa musuhnya itu, Rest Time tiba dan membuat Alexander kehilangan musuhnya lagi.

Butuh waktu sedikit lebih lama bagi Alexander untuk kembali menemukan musuhnya itu. Rest Time kali ini menjadi sedikit lebih cepat dan sangat membuat Alexander kerepotan. Tepat ketika Alexander akan menyerah bermain, ia akhirnya menemukan musuhnya. Alexander menggunakan kemampuan Lochlan yaitu Electric Shock untuk menahan musuhnya. Namun, Alexander kali ini gagal dan kalah dari permainan, kalimat 'You Lose' terpampang di layar Mesin Game Arcade.

"F ... *ck!" teriak Alexander.

Begitu Alexander kalah dari permainan, sebuah cahaya muncul di belakangnya. Cahaya itu berwarna putih terang, suara deru ombak juga bisa terdengar dari cahaya itu.

Karena tidak ingin terus berada di tempat gelap dan memainkan Mesin Game Arcade. Alexander berjalan ke sumber cahaya tanpa sedikitpun keraguan di benaknya, ia hanya bisa berharap cahaya itu membawanya ke kebebasan yang ia inginkan.

Cahaya terang memaksa Alexander untuk berjalan dengan mata yang tertutup, perlahan-lahan cahaya terang itu memudar dan beradaptasi dengan matanya.

Alcatraz [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang