-Alexandrii Valena-
"Kita pernah berada pada titik yang sama, namun meraih garis finis dengan kecepatan yang berbeda," -Untuk seluruh pemenang kehidupan
***
"TAPI, lu harus penuhin tiga syarat."
Kirana mengernyitkan dahinya, "Apa?"
"Pertama, lu harus jadi milik gua. Kedua, lu harus jadi milik gua. Ketiga, lu harus jadi milik gua."
Kirana semakin mengerutkan dahi tatkala mendengar ketiga syarat yang sama. Mengerjap untuk mencoba mencerna, Kirana tetap tak mendapatkan pemahaman.
"Kok semuanya sama?"
Keandra menatap lembut, "Kelihatannya sama. Tapi cara penyelesaiannya beda."
"Gimana?" Kirana semakin bingung dibuatnya.
"Pertama, lu harus yakinin hati lu kalo cuma buat gua. Kedua, lu harus yakinin jiwa dan raga lu kalo cuma gua yang pantas jadi sandaran lu. Ketiga, lu cuma perlu jalanin semuanya tanpa berpikiran buat pergi."
"Proposal hati? Perjanjiannya gua nggak boleh punya rasa ke lu. Kalo hati gua dipatri nama lu, apa itu namanya bukan ngasih rasa?" Kirana bertanya.
Dengan nada rendah, Keandra berucap, "Udah gua bakar. Dua jam sebelum kita ijab."
"Tanpa persetujuan gua?" Kirana memekik tertahan.
"Kenapa harus, Darling? Yang bikin, kan, gua."
Kirana menghela napas jengah, "Ada tanda tangan mahal gua tau."
"Udah jadi abu dan udah dibawa hujan. Udah nggak ada harganya, Darling."
"Parah, ya, lu. Kayak nggak ada kerjaan aja bikin proposal yang ujung-ujungnya dibakar." Kirana berdecak tak percaya.
Keandra memberengutkan bibirnya, "Hujat aja teross Kangmasmu ini, Dek. Buruan jawab syaratnya."
Kirana mengangguk mantap, "Tanpa lu minta, i'm yours. Sejak ijab kabul pun, gua udah yakinin diri."
"Oke, dua syarat selesai, Darling. One more."
"Denger baik-baik, Ke. Adanya gua di sini, apa itu nggak cukup buat buktiin kalo gua nggak akan pergi?" Kirana bertanya.
Keandra tersenyum lebar. Kembali mendekap Kirana, Keandra terus mengusap puncak kepala istrinya itu. Tanpa alasan, Keandra mendadak takut jika Kirana meninggalkannya. Apalagi mendengar perbincangan ketua Warior yang seolah-olah mengklaim Kirana.
"Lu bisa masuk sirkuit lagi, Ki. Tapi nggak dengan ulah lu yang dulu. Udah inget, kan, gimana berandalnya lu?" Keandra berbisik.
Kirana mengangguk, "I promise, Imah."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]
Humor- Akibat terlalu pandai mendebet rasa tanpa mengkredit gengsi - Bagi Keandra, Kirana adalah poros dunianya. Induk singa tergalak dengan ucapan pedas dan tingkah abnormal cewek pada umumnya. Jika Kirana gampang baper susah peka, maka Keandra adalah p...