bagian 38 | restu semesta

919 87 9
                                    

Now Playing : Berhenti Berharap - Sheila On 7 (Cover by Langit)

"Untuk apa menggenggam tangan yang sudah terlepas? Bukankah hanya akan tersisa angin?"


***

UJIAN Nasional beserta ujian-ujian lainnya sudah berlangsung sejak dua minggu yang lalu. Tinggalah nasib untuk menunggu keberuntungan nilai terbaik. Oleh sebab itu, Kirana memutuskan untuk tinggal di pulau pribadinya bersama Kalion.

Menapaki bibir pantai, Kirana mengeratkan jaketnya. Angin berembus lebih kencang meski jam hampir melewati pukul empat sore. Ponsel yang ada digenggamannya menjadi sumber suara paling keras yang ia dengar.

"HAPPY GRADUATION!!"

Tampak sekumpulan anak sebayanya saling mengumbar warna di sekitarnya. Membuat kemeja putih mereka berbenturan dengan berbagai warna.

Kirana terus menapak. Matanya sesekali jatuh pada layar ponselnya yang terhubung dengan siaran langsung akun instagram Ratu.

"Aldo! Say a something please..." Ratu membawa ponselnya mengarah pada tiga cowok, siapa lagi jika bukan Reno, Aldo, serta Keandra.

Aldo tampak berpikir, "Mantan, gua otw sukses!"

"JYAAAH! MENTANG-MENTANG HABIS PUTUS DARI ALMIRA, YA!" Tio menimpali ujaran Aldo dengan heboh.

Tawa mereka menguar. Menyisakan sepi bagi Kirana. Meski sudut matanya terus menatap pada satu objek, Keandra.

Cowok itu tak terlihat ekspresif. Beberapa kali hanya tersenyum simpul sembari menggoreskan tanda tangan pada kemeja temannya. Meski sorot matanya tampak sayu, ia tetap berbaur.

"Kirana, ada cowok nyariin kamu di kantin. Kayaknya dia dari kota deh." Tasya, teman barunya di SMK Bina Bangsa memberitahu.

Kirana mengerutkan kening, "Nggak bilang namanya siapa, Sya?"

"Tadi udah kutanyain sekaligus nomor HP-nya, tapi nggak dijawab." Tasya menyahut lesu.

"Ya udah, lanjut perjuangin si Sarden gih." Kirana menepuk bahu Tasya sebelum berlalu.

Melewati koridor yang ramai, Kirana menebar senyumnya ke beberapa orang yang memandangnya dengan terang-terangan. Meski belum ada sebulan, paling tidak Kirana sudah seperti berorientasi menjadi murid lawas. Apalagi dirinya selalu disangkut pautkan dengan Kalion, sudah pasti tekanan ada di mana-mana.

"Lu kelihatan lebih cerah, Ki."

Langkah Kirana terhenti mendengar suara itu. Hatinya mendadak kalut dan ingin pergi. Cepat-cepat ia membalikkan badan, namun lengannya justru tercekal oleh jemari yang dulu kerap menggenggamnya.

"Apa lu nggak ngerasa curang, Ki? Di sini lu bahagia, tapi di sana gua tersiksa. Apa lu nggak ngerasa berdosa?" Keandra kembali menodongnya dengan pertanyaan.

Kirana kelu untuk menjawab. Bisingnya kantin pun tak lagi didengarnya. Hanya degupan jantung yang bertalu-talu akibat dipertemukan kembali dengan cowok yang selama ini dirindukannya.

Keandra menarik lengannya dengan lebih lembut agar duduk di salah satu bangku. Tatapannya bahkan tak lepas dari Kirana yang kerap memalingkan wajah.

"Lu nggak mau tanya kabar gua?" Keandra bertanya sekali lagi.

Kirana sedikit mendongakkan wajah. Memaksakan netranya bertemu dengan wajah kusut Keandra. Bagaimana mungkin cowok itu terlihat lebih rapuh dari dirinya yang terusir?

AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang