21 | P E R F E C T

778 77 17
                                    

"Perlu nggak sih gua woro-woro biar dunia tau kalo lu itu punya gua?" -Dari Keandra untuk si Bini


***

"JYAAH, ranking duaa!"

Keandra berucap nyaring begitu menempatkan diri untuk tengkurap di samping Kirana. Dengan tangan yang menyangga kepala, Kirana hanya melirik lewat sudut mata.

"Gua ranking dua dari depan, lah lu dari belakang. Saling melengkapi banget ya, Mah?" sahut Kirana meminta persetujuan.

Cengiran Keandra terlihat, "Tapi ada peningkatan tau, Bini."

"Peningkatan dari mana, Imah? Jelas-jelas ranking lu turun gitu."

"Semester kemaren kan ranking 28 dari 32 murid, sekarang ranking 31 dari 32 murid. Angkanya nambah naik, kan?" Keandra memperlihatkan nilai pada raportnya lagi.

Kirana berdecak sekaligus menggeleng tak percaya. Apalagi melihat cowok ini yang hanya mencermati nilai tanpa berniat memperbaikinya sama sekali. Kirana tak habis pikir, Keandra bisa sesantai ini menduduki peringkat kedua dari belakang.

"Lu jenius banget, Darling. Dari peringkat sepuluh bisa masuk jadi peringkat dua. Woah!" Keandra kembali membandingkan nilainya dengan milik Kirana.

Bangkit dari posisinya yang sama tengkurap, Kirana lantas merebahkan diri dengan berbantal punggung Keandra. Angin sore membuat keduanya kian tenang di bawah pohon mangga.

"Lu nggak mau bilang gua bego, Darling?" Keandra bertanya usai menutup raport keduanya.

Kirana terheran, "Tiap hari, kan, udah. Lagian, sesekali gua harus bilang lu jenius, biar otak lu ikutan jenius."

"Harusnya yang jadi hubby lu itu sejenis Aldo, Pak Gergi, atau Daniel. Kalo kita disandingin, gua kebanting banget, kan?" Nada pengucapan Keandra merendah.

Kirana lekas menyamping, mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala bagian belakang milik Keandra.

"Pernah denger nggak, sih, kalo Allah ngasih kita kemampuan sesuai porsinya?" Kirana bertanya.

"Sering. Bunda, Ayah, bahkan lu baru bilang."

Senyum Kirana terbit, "Kita juga gitu. Bisa jadi secara akademik, gua lebih bisa daripada lu. Tapi secara non akademik, lu jauh lebih bisa daripada gua. Tinggal gimana lu bersyukurnya, Imah."

Keandra menarik lengan Kirana yang mengusap kepalanya. Menggenggamnya dengan erat lantas mengecup secepat kilat. Kirana tersenyum kecil dibalik punggung Keandra.

"Kenapa lu bisa sepercaya itu ke gua, Darling?"

Kirana berganti tanya, "Kenapa lu bisa seminder itu, Imah?"

Keandra mengedikkan bahunya, "Lu jauh lebih sempurna dari gua. Lagian, mana ada sih orang yang mau punya suami bego kuadrat kayak gua?"

"Hidup lu jauh lebih indah dari gua, Mah. Mana ada orang yang mau ngorbanin hidup seindah lu buat hidup serba terancam bareng gua?" Kirana membalas genggaman Keandra pada salah satu tangannya.

Keandra menarik napas panjang, kemudian berbalik hingga membuat kepala Kirana berbantal perutnya. Salah satu tangan Keandra terlipat untuk menjadi bantal kepalanya sendiri. Dalam hening keduanya bertatap.

"Lu kenapa bisa seminder ini? Biasanya paling narsis sedunia." Kirana berujar.

Keandra menyatukan kedua alisnya sebelum berdehem, "Kadang gua ngerasa banyak kurangnya buat ada di samping lu. Apalagi, banyak orang yang lebih baik di luar sana yang juga mau ada di samping lu."

AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang