-Kalion Ardenio Prakarsa-
"Kamu terbiasa tak memberikan kepastian. Tolong, ini hati tanpa pengawet buatan." -Dari rasa terdalamnya Kirana
***
DARI sekian banyak buku yang pernah Kirana baca di sekolah, hanya beberapa novel yang masih teringat jelas di kepalanya. Tentang bangun pagi hari di dekapan cowok sehidup-semati dengan gambaran wajah manis saat terlelap. Kirana tak mengelak untuk mengiakan kiasan yang tertulis.
"If I am your world, so you're my artery." Kirana bergumam pelan.
Jemari Kirana mendarat di kedua kelopak mata Keandra. Bulu mata lentik berpadu dengan alis tebal membuat hatinya berkedut iri. Mengapa Keandra bisa setampan ini untuk menjadi view di pagi hari?
Keandra berucap pelan tanpa membuka mata, "And I am your home, Darling."
"I am with you, Imah." Kirana menyambung.
"Masih ngantuk, Darling. Baperinnya nanti aja." Keandra merengek pelan.
Kirana menekan kedua jemarinya di kelopak mata Keandra. Hingga pupil cowok itu terasa bergerak di balik kelopak mata.
"Udah hampir jam lima pagi, tau. Mau lanjut persiapan jadi jenazah?"
Kirana bertanya sembari mendudukkan diri di kepala ranjang. Keandra merengut meski masih memejamkan mata.
"Dua tahun lagi gua bangun. Tapi harus udah lulus SMK dan masuk PTN." Keandra bergumam.
Kirana berdecak sembari meraih ponselnya di nakas, "Indah banget mimpi lu, Mah. Modal merem doang dapet masa depan cerah."
"Masa depan gua udah kelewat cerah, Darling. Cause you in my life."
"Trus selama dua tahun lu jadi mayat, masa depan gua auto suram?" Kirana bertanya dengan nada sinis.
Keandra terkekeh pelan, "Masa depan itu tergantung garis tangan pribadi, Darling. Tapi kalo masa depan kita, itu tergantung..."
Cup!
Keandra sudah melayangkan kecupan di pipinya dalam hitungan detik. Belum juga Kirana melempar bantal untuk membalas kelakuan Keandra, cowok itu sudah berlari ke kamar mandi.
Kirana berdecak tak percaya sebelum terikut bangkit dan membuka lemari pakaian. Meletakkan dua setel seragam putih abu, Kirana lekas menyiapkan setrika. Ini paginya setelah dua minggu berlibur di rumah.
Sembari bersenandung, ia terus menggosok pakaian diselingi semprotan kispray favoritnya. Matanya menilik jam di dinding. Sudah hampir jam setengah enam pagi.
Bahunya merosot. Menjadi ibu rumah tangga sekaligus anak sekolah ternyata tidak semulus jalan tol. Lelahnya tak berkesudahan.
"DARLING! ANDUK GUAA!" Keandra berteriak dari dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]
Humor- Akibat terlalu pandai mendebet rasa tanpa mengkredit gengsi - Bagi Keandra, Kirana adalah poros dunianya. Induk singa tergalak dengan ucapan pedas dan tingkah abnormal cewek pada umumnya. Jika Kirana gampang baper susah peka, maka Keandra adalah p...