Chap 10

581 64 4
                                    

Plan, 22 tahun

"Robi, kau masak baked lasagna untuk meja delapan, Donna kau masak pasta salad untuk meja lima, Johan kau masak house tortellini untuk meja enam belas, dan aku masak pasta combo untuk meja sepuluh dan sebelas."

Ruang dapur terasa panas. Restoran dibanjiri pelanggan, hal yang biasa terjadi pada akhir pekan. Plan membagi-bagi pekerjaan kepada ketiga teman kokinya yang sudah ia kenal selama dua tahun. Sejak Antonio mengangkatnya menjadi asisten chef beberapa minggu lalu dan mulai menyuruh Plan memanggil namanya tanpa embel-embel signor', sedikit demi sedikit Plan mendapat respek dari ketiga koki yang lain. Lagi pula, di ruang dapur Plan tidak pernah menganggap mereka bawahannya, tetapi rekan kerjanya.

Karena Plan tidak bertemperamen buruk seperti Antonio, ketiga rekan kerjanya ini merasa lebih nyaman bekerja dengannya. Plan melihat Maya membawa pesanan baru.

"Shrim parmigiana dengan spageti, meja tiga," kata Maya sambil membaca pesanannya.

Plan mengernyitkan dahi. "Phi, tolong bilang meja tiga, pesanannya mungkin sedikit terlambat. Aku akan langsung mengerjakan pesanan ini setelah dua pasta combo__nya selesai."

Maya mengangguk penuh pengertian. "Aku akan bilang pada mereka." "Thanks, Phi," kata Plan disela-sela kesibukan.

"Meat balk spagetti untuk meja tujuh." seorang pelayan lain masuk membawa pesanannya. "Aku akan ambil pesanan ini," saran Donna. "Aku sudah hampir selesai dengan pasta saladnya." "Oke," kata Plan lega.

Dalam dua jam berikutnya, tangan Plan tidak pernah beristirahat memasak. Ketika lelah, ia berhenti sejenak, menarik napas, dan melanjutkan lagi aktivitasnya. Tidak peduli sesibuk atau selelah apa pun, Plan merasa beruntung karena bisa melakukan hal yang paling disukainya.

Ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam, restoran sudah mulai sepi. Hanya tersisa beberapa pelanggan. Plan memasak pesanan yang terakhir sebelum akhirnya bisa duduk untuk mengistirahatkan kakinya.

"Hari yang sangat sibuk," komentar Maya dari pintu dapur.

Plan tersenyum kelelahan. "Ya."

"Seandainya Antonio ada di sini sekarang, dia pasti bangga padamu," kata Maya lagi 

"Berapa lama lagi Antonio pulang dari italia?" tanya Plan yang terkadang sudah tidak bisa mengingat lagi hari dan tanggal. "Aku benar-benar berharap dia cepat pulang. Dapur kita kekurangan orang. Terutama untuk akhir pekan seperti sekarang."

"Dia akan pulang lusa," kata Maya sambil menyodorkan segelas air putih dingin pada Plan. "ini minumlah. Sepertinya kau benar-benar butuh minum."

"Thanks, Phi." Plan mengambil minuman yang disodorkan Maya. "Phi juga pasti kelelahan."

"Aku sudah terbiasa," kata Maya.

Plan memandang ketiga teman kokinya. "Kalian bisa pulang lebih awal. Aku yang akan membereskan dapur nanti."

"Thanks, Plan," kata ketiga temannya berbarengan.

Plan memandang ketiganya satu persatu. "Kerja yang bagus hari ini." "Kau juga," timpal mereka.

"Kami pulang dulu ya." Donna dan Johan sudah melepaskan celemek dan mengenakan jaket.

"Hati-hati di jalan," kata Plan.

Ketiganya melambaikan tangan lalu keluar dari dapur. Plan tahu mereka pasti ingin cepat-cepat kembali pada keluarganya.

"Tak terasa waktu cepat berlalu," kata Maya, pikirannya menerawang ke masa lalu.

Plan meminum air dari gelasnya. "yah... hampir empat tahun. Aku tidak pernah menyangka aku bisa berada di dapur ini."

Maya tersenyum. "Aku tidak pernah meragukan kemampuanmu. Sejak mencicipi spageti bolognese__mu, aku tahu Antonio sudah menemukan asisten yang dicari-carinya selama ini."

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang