Chap 19

487 59 3
                                    

Chao sedang berfikir keras di ruang kerjanya. Jam sudah menunjukan pukul 12.00. Waktunya makan siang. Hatinya gelisah. Pikirannya dipenuhi wajah Plan. Dia masih belum bisa memutuskan soal hubungan adiknya dengan Mean.

Chao tidak suka menunggu. Jarum panjang di kantornya menunjuk angka satu, lima menit sudah berlalu. Chao berdiri dan berjalan keluar kantor. Dia memberitahu sekertarisnya bahawa dia akan keluar kantor sampai sore untuk urusan pribadi.

Dalam perjalanan menuju apartemen, Chao mengirim SMS pada Mean.

Temui aku di lapangan tenis apartemen.

Bawa raket tenismu. SEKARANG.

Sejam kemudian, Mean melihat Chao sedang memukul bola dari mesin pelempar. Mean tidak tahu mengapa Chao menyruhnya datang ke lapangan tenis tiba-tiba. Tapi dilihat dari pesannya, sepertinya penting sekali.

“Kau datang.” Chao berhenti memukul bola dan mematikan mesin pelempar bola.

“Kau memintaku datang.” Mean berjalan mendekati Chao.

“Kau bermain tenis, Mean?”  Chao memandang Mean dengan dingin.

“Kadang-kadang,” jawab Mean. Dia masih belum mengerti kenapa Chao menyuruhnya datang kemari.

“Ayo lawan aku.”  Chao tidak membiarkan Mean merespon dan mulai melakukan servis bola ke arahnya. Mean secara refleks mengembalikan bola tenis yang dipukul Chao.

Keduanya terlibat permainan tenis selama beberapa waktu. Mereka tidak menghitung angka. Makin lama pukulan Chao semakin keras. Mean semakin kewalahan mengembalikan bola Chao. Ia merasakan sepertinya Chao marah padanya. Tapi tidak tahu tentang apa.

Bola Chao mengenai lengan kirinya. “Argh!” teriak Mean.  Chao berteriak dari seberang lapangan. “Apakah pukulanku menyakiti tanganmu?” “Ya!” Mean balas berteriak.

“Bagus!” Chao menyeringai. “Aku tidak menyesal melakukannya, karena aku melakukannya untuk Plan. Pukulan itu karena kau telah membuatnya patah hati bertahun-tahun lalu.”

Napas Mean terengah-engah. Keningnya berkeringat. Dia mengambil bola dan mulai melakukan servis balik. “Kau perlu tahu sesuatu,” katanya di sela-sela mengembalikan bola. “orang yang memberikan karyaku pada Julien adalah Plan.”

Chao kehilangan konsentrasinya akibat perkataan Mean. Bola pukulan Mean meleayang satu meter di sebelah kirinya.

“Plan mewujudkan impianku,” lanjut Mean lagi sambil terengah-engah.

Chao memungut bola yang jatuh di belakangnya dan mulai memberikan pukulan balik pada Mean. Kali ini Mean membalasnya sekuat tenaga dan mengenai perut Chao.

“Arrgh!” Chao mengerang kesakitan memegangi perutnya.

Mean melempar raketnya dan mendekati Chao “Aku mencintainya,” katanya keras. “Aku sudah menyukainya selama delapan tahun walapun Plan tidak di sisiku. Dan ketika aku bertemu kembali dengannya, perasaanku tidak berubah. Malah bertambah kuat. Aku mencintai Plan, Chao.”

Chao juga melempar raketnya dan berdiri. Dia mendekati Mean. “Aku hanya perlu tahu seberapa besar kau mencintainya.  sekarang aku tahu.”

Mean mengernyit keheranan. “Apa maksudmu?”

“Ada sesuatu yang perlu kau ketahui juga.” Chao menelan ludah. “Plan adalah adikku.” “Apa?” Mean tersentak kaget.

Chao mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Plan sampai akhirnya mengetahui Plan adalah adik tirinya. Di sebelahnya, Mean mendengar penjelasan Chao tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang