Chap 16

561 63 4
                                    

Mean bertemu kembali dengan Chao di lift apartemen seminggu kemudian. Dia menyerahkan undangan pameran perhiasannya. Chao mengatakan dia akan datang. Lalu Mean menambahkan, "ajaklah Plan." Chao menyetujui usul Mean. Dia tidak tahu alasan utama Mean mengundangnya adalah untuk bertemu Plan lagi.

Minggu depannya, Chao membawa Plan ke pameran perhiasan Mean. Plan tidak menyangka dia akan diajak ke pameran perhiasan itu, karena kalau tahu, sudah tentu dia menolaknya. Jadi,ketika melihat poster pameran perhiasan MP Attachisataporn di depan pintu masuk ballroom hotel, Plan kembali merasa gugup. Sudah seminggu dia berusaha untuk tidak pergi ke apartemen Chao. Dia tidak ingin bertemu secara sengaja maupun tidak dengan Mean.

Plan menghentikan langkahnya di pintu depan. Chao berbalik menatap Plan dengan bingung. "Kau tidak mau masuk?"

"Kau tidak pernah bilang kau mengajakku ke pameran perhiasan," keluh Plan. Terutama pameran perhiasan Mean.

"Aku kira kau akan menyukainya. Ayolah, kau boleh memilih perhiasan yang kau inginkan. Aku pasti akan membelikannya untukmu,"Chao berusaha menghibur Plan. "Lagi pula, aku sudah janji pada Mean akan menghadiri pamerannya."

Plan menyerah. "Baiklah. Aku melakukan ini untukmu."

Di dalam ruangan pameran sudah terdapat kerumunan orang. Sebagian berasal dari kalangan atas. Kebanyakan dari mereka sedang mengagumi karya Mean yang terpampang di kotak-kotak kaca. Plan melihat Mean kewalahan berbicara dengan beberapa orang sekaligus. Plan tersenyum kecil. Sejak zaman sekolah dulu sampai sekarang,Mean tidak pernah luput dari perhatian.

Seorang wartawan memotret Mean bersama dengan salah satu koleksi perhiasannya. Chao mendekat ke arah Mean. Plan mengenggam tas tangannya kuat-kuat. Ia harus berpura-pura tidak mengenal Mean lagi hari ini.

Tepat saat Mean melihat Plan, seorang wartawan bertanya padanya, "apa yang membuat anda ingin menjadi perancang perhiasan?"

Mean tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Plan, ia berkata dengan pasti, "saya sudah menyukai perhiasan sejak kecil. Awalnya hanya hobi, tapi lama-kelamaan saya serius ingin menekuninya. Kesempatan itu datang karena seorang pria membantu saya meraih mimpi saya."

Tatapan Mean melembut. Dia masih menatap Plan. Mendengar komentar dari mulut Mean, Plan memalingkan wajah. Ia tidak bisa menata perasaannya. Guncangan demi guncangan menerpa hatinya. Kaget, syok, sedih, marah, haru, semuanya menjadi satu.

Sang wartawan tersenyum mendengar jawaban Mean. "Dan dimana pria itu sekarang?" Tanyanya penasaran.

*("aku sedang memandangnya.")* kata Mean dalam hati. Dia melihat Plan menunduk. Mean mengerti. Plan tidak ingin seorang pun mengenalnya. *("baiklah, untuk sementara aku akan mengikuti kemauanmu, Plan.")*

"Rahasia," kata Mean tersenyum penuh misteri. "Dan kalau anda tidak keberatan, saya ingin berkeliling menyapa para tamu dulu."

Sang wartawan tertawa. Mean berjalan ke arah Chao. "Senang kau bisa datang, Chao. Kau juga, Plan."

"Pameran yang hebat," kata Chao.

Akhirnya menatap Mean lagi. Sepasang mata cokelat itu menatapnya dengan lembut. Ia mengingat kembali pertemuan pertama mereka. "Selamat, Mean" kata Plan tulus.

"Terima kasih....Plan." Mean meremas tangannya sendiri di dalam saku. Dia sangat ingin memeluk Plan saat itu juga. Wajah Plan masih sama seperti yang di ingatnya. Mean tidak ingat sudah berapa lama dia ingin mendengar suara Plan. Seminggu lalu ketika bertemu pertama kali, Mean terlalu syok untuk mendengarnya. Kini dia benar-benar bahagia bisa mendengar suara Plan kembali.

"Kalian berdua silahkan mengobrol,"Plan berusaha menghindar. "Aku mau ke tempat makanan dulu." Tanpa persetujuan keduanya, Plan melenggang pergi.

Chao tersenyum pendek. "Begitulah Plan. Yang ada di pikirannya cuma makanan."

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang