Chap 3

496 72 3
                                    

Plan berusaha menjauhi Mean semenjak hari ulang tahunnya, tetapi nasib mendekatkan mereka kembali. Pak Peach sang wali kelas, menujuk Plan dan Mean menjadi panitia bazar ulang tahun sekolah utk kios makanan kelas 3 IPA 1. Dalam bazar sekolah nanti masing² kelas akan membuka kios makanan dan berlomba menjadi yg terbaik. Pemenangnya ditentukan oleh jumlah pendapatan penjualan kios hari tersebut.

Begitu mengetahui hal tersebut, Neena jelas merasa resah, Ia tdk ingin Mean berdekatan dgn Plan. Setiap kali Mean akan mengadakan rapat dgn Plan, Neena selalu mencari alasan supaya Mean menemaninya.

Tapi Plan tdk keberatan. ''Tidak apa², Mean'', katanya tenang, ''aku bisa mengurus kios makanan kelas kita.''

Neena menggunakan koneksi orang tua nya agar kios² waralaba di kantin sekolah tdk menjual makanannya pd Plan. Ia beranggapan, kalau Plan tdk punya makanan utk dijual, otomatis kiosnya akan gagal. Sehari sebelum bazar sekolah, Plan melihat klub fotografi memasang foto di aula sekolah. Tampaknya mereka akan mengadakan pameran foto saat bazar sekolah besok. Tiba² Plan mendapat ide. Ia mendekati ketua klub fotografi dan meminta bantuannya utk menyisakan ruang foto yg akan dipamerkan. Dengan jaminan klub fotografi mendapat makanan gratis dr kiosnya, Plan mendapatkan tempat kosong yg diinginkannya.

Sepulang sekolah, Plan berbicara pd Mean. ''Mean, aku punya ide. Kau tdk harus menyetujuinya kalau kau keberatan.''

''Ide apa?'' tanya Mean heran.

''Ehm... aku tahu kau suka mengambar. Bagaimana kalau sebagian karya terbaikmu dipampang di aula besok?'' saran Plan.

Mean terkejut mendengar usul Plan. ''Apa? Gambarku?''

Plan mengangguk. ''Iya, tadi aku sempat meminta bantuan ketua klub fotografi agar menyediakan tempat kosong di aula. Aku rasa gambar²mu bisa berada disana.''

Mean berpikir panjang. ''Aku tdk pernah memperlihatkan gambarku pd orang lain.''

 ''Gambarmu indah, Mean,'' kata Plan gigih. ''Aku yakin orang lain yg melihatnya beranggapan sama.''

''Entahlah. Apa kau yakin gambarku sebagus itu?'' tanya Mean.

''Kenapa tdk kau buktikan besok dgn memamerkannya di aula? Toh kau tdk akan rugi apa pun. Kalau orang2 suka gambarmu, itu hal yg bagus. Kalaupun tdk, tdk apa² bukan? Yg penting kau sudah berusaha.''

Mean memandang pria mungil dihadapannya dgn perspektif baru. Dia tdk menyangka Plan bisa sangat persuasif.

''Aku yakin seorang ketua OSIS tdk akan mengalami krisis percaya diri. Tidak mungkin kau takut gagal, bukan?'' kata Plan meyakinkan.

Mean tersenyum. ''Aku tdk menyangka kau bisa cukup persuasif jg.''

Mendengar ucapan Mean, Plan tertegun. Ia mengingat hampir dua tahun lalu ia tdk bisa berbicara pd Mean. Kini ia sudah bisa berbicara layaknya teman lama. Sebagian karena Plan menyadari bahwa masa² nya bersama Mean akan berakhir. Toh ia tdk akan kehilangan Mean, karena ia memang tdk pernah memilikinya. Dan sebagi teman, ia ingin Mean menghargai hobinya.

 ''Jadi,'' lanjut Plan, ''kau akan melakukannya?''

''Aku akan memikirkannya dulu,'' kata Mean perlahan.

''Kau punya waktu sampai besok pagi,'' kata Plam. ''Aku tdk yakin seseorang yg pernah menulis 'JANGAN MENYERAH' padaku akan menyerah besok pagi.''

Mean tertawa. ''Kita lihat saja besok pagi. 'Thanks', Plan. Aku benar² menghargai bantuanmu.''

''Sama²,'' balas Plan. (''kau tdk tahu kau sudah membuatku melakukan hal yg sebelumnya tdk mungkin kulakukan.'')

***

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang