Chap 13

470 59 1
                                    


Plan mencoba mengangkat panci spageti ke ruangan hotel. Pesta karyawan maurer akan dimulai satu jam lagi. Semua makanan sudah sampai di hotel, tinggal menata penyajiannya di meja.
"Biar mae bantu," kata mae nya sambil meraih pagangan panci satunya lagi.

"Terima kasih, mae." Kata Plan mulai menata masakannya. Dia melihat mae nya membantu
pelayan yang lain. Mae nya bilang dia bosan kalau kerjanya hanya menjahit dirumah. Jadi setiap
kali Plan bertugas menyiapkan katering, mae nya pasti membantunya. Mae bilang ia senang bisa bekerja dengan putranya.

Spanduk pesta mulai dipasang. Dan beberapa detik kemudian suara piring pecah terdengar.
Konsentrasi Plan langsung buyar. Ia melihat mae nya tertegun memandang spanduk dan tidak

menyadari piring yang berada di tangannya sudah berada di lantai.
Plan menyuruh seorang pelayan lain membersihkannya, lalu berjalan mendekati mae nya. "Mae, tidak apa-apa?"

Mae nya tersadar kembali. “Maaf, mae menjatuhkan piringnya."

"Tidak apa-apa, mae"Plan cemas melihat gelagat mae nya yang tidak seperti biasanya. "Mae tidak apa-apa? Kalau mae tidak enak badan, sebaiknya mae beristirahat dan pulang saja."

"Pesta ini..." mae nya memegang kedua tangan putranya dengan erat. "Untuk... karyawan Maurer?"

Plan mengangguk bingung. "Ya. Benar. Pesta untuk karyawan Maurer group. Ada apa,mae?"

Pegangan tangan mae nya semakin erat. "Kau pernah bertemu dengan direkturnya?"

Plan semakin bingung dengan pertanyaan mae nya. "Tentu saja. Minggu kemarin aku bertemu Mario maurer. Ada apa, mae? Muka mae pucat sekali. Sebaiknya mae pulang dulu."

"Plan...," kata mae terbata-bata, "...ehm... kau benar.... sebaiknya mae pulang saja."

Tiba-tiba dari belakang mereka seorang pria berseru. "Chermarn?"

Mae sama terkejutnya. "Mario?"

Plan melihat mae nya kemudian om Mario. "Kalian saling kenal?"

"Mae ingin pulang sekarang," kata mae nya pada Plan dengan panik.

"Baiklah."Plan masih bingung dengan sikap mae nya, tapi ia memutuskan untuk menuruti kemauan mae. "Robi, tolong gantikan aku."

Plan menuntun mae nya keluar dari hotel.

"Chermarn, tunggu!" Teriak Mario. Tapi sebuah tangan menahan kepergiannya.

"Jangan ikuti, pa," kata Chao sambil mengenggam tangan papanya. "Biarkan mereka pergi. Ingat, pa. Ada banyak karyawan yang memperhatikan kita. Kita tidak ingin mereka tahu tentang masa lalu papa, kan?"

Papa melepaskan tangan putranya. "Baiklah. Tapi setelah pesta ini usai, papa akan menemuinya."
Chao erdiam kesal. Masa lalu akan berbenturan kembali dengan masa sekarang.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Sepanjang perjalanan pulang, Plan melihat mae nya terdiam seribu bahasa. Sesampainya dirumah,

rasa penasaran Plan semakin memuncak. "Aku tidak pernah melihat mae nya panik seperti tadi.

Ada apa sebenarnya, mae? Kenapa mae bisa mengenal om Mario?"

Mae menyuruh putranya duduk. "Mae rasa sudah saatnya kau mengetahui yang sebenarnya."

"Mengetahui apa?" Tanya Plan bingung.

"Tentang ayahmu." Mae menggenggam tangan putranya. "Sewaktu kau kecil, mae sudah berjanji akan memberitahukan tentang ayahmu kalau kau sudah besar nanti. Dua tahun yang lalu, ketika mae ingin memberitahumu, kau bilang kau tidak ingin tahu. Apakah kau ingat."Plan mengingatnya dengan jelas. "Aku tidak ingin tahu siapa ayahku. Mae terlihat sedih setiap kali mengingatnya. Aku lebih memilih hidup bersama mae. Aku memilih untuk tidak mengetahui siapa ayahku karena selamanya mae adalah ayah sekaligus ibuku. Aku tidak butuh yang lainnya."

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang