Mean, 20 tahun
"ANDA sudah siap memesan?"Mean memandang seorang pelanggan wanita di depannya.
Si pelanggan wanita tersenyum, kemudian memberikan pesanannya pada Mean.
Mean mengantar pesanan tersebut kedapur. Jam menunjukkan pukul tiga sore. Kedai makan tidak terlalu di penuhi pengunjung. Di luar jendela,daun-daun mulai berguguran. Sesekali angin musim gugur menerbangkan daun-daun tersebut. Mean sudah satu tahun di New York. Karena memang suka merancang, Mean merasa kuliahnya kali ini tidak sesulit sebelumnya. Dia selalu mendapatkan nilai tertinggi pada setiap tes.
Mean membeli berlian pertamanya beberapa bulan yang lalu. Dan mulai mempraktikkan apa yang dia pelajari selama kursus dan membuat karya pertamanya. Sebentuk cincin bintang. Kini cincin tersebut bersematkan berlian pertamanya. Masih tersisa 34 lagi. Mean menyimpan cincin tersebut di laci meja tidurnya. Setiap hari dia selalu melihat hasil karyanya sebelum pergi belajar dan bekerja.
"Veggie burger dan cafe latte,"Mean menyuguhkan pesanan tersebut pada sang pelanggan wanita.
"Terima kasih...." Si pelanggan melihat bagian atas saku Mean dan membaca namanya, "Mean." "Panggil saya kalau anda masih membutuhkan pesanan lain," kata Mean sopan.
Setengah jam kemudian, Mean menerima tips dari pelanggan wanita itu. "Terima kasih," ucapnya.
Tiba-tiba wanita itu menyodorkan selembar kertas putih. "Nomor teleponku," katanya. "Namaku Michelle. Telepon aku kapan-kapan."
Mean tersenyum dan memberikan kembali kertas tersebut pada wanita itu. "Maaf, aku tidak bisa menerimanya."
Michelle mengangguk mengerti. "Kau sudah punya seseorang."
Mean hanya tersenyum tanpa menjawab.
"Baiklah," kata Michelle, lalu mengambil kertas yang ditulisnya dan keluar dari kedai.
Saat Mean duduk beristirahat di meja kasir, Martin mendekatinya.
"Aku sudah sering melihatmu menolak nomor telepon para wanita. "Martin menggelengkan kepala. " Kau punya pacar?"
Mean menggeleng. "Tidak."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak menerima salah satu dari mereka?" Martin menepuk pundak Mean perlahan.
Mean memandang Martin dengan tatapan sedih. "Hatiku belum siap menerima seseorang."
Martin tertawa perlahan. "Masih belum bisa melupakan cinta pertamamu? Tidak ada salahnya kau mulai bertemu dengan wanita lain. Siapa tahu salah satu dari mereka bisa menyembuhkan luka di hatimu."
Mean tertawa mendengar nasihat Martin. "Cinta pertama? Aku tidak tahu apakah itu cinta pertama atau bukan. Tapi aku tidak bisa melupakannya."
"Kau benar-benar menyukainya, ya?" Martin melihat mata Mean bersinar sedih saat membicarakan orang yang disukainya.
"Aku baru menyadari aku menyukainya setelah orang itu pergi," kata Mean penuh penyesalan. "Aku bahkan tidak tahu apakah dia menyukaiku atau tidak." "Apakah dia ada di sini juga?" tanya Martin penasaran.
Mean menggeleng. "Aku tidak tahu dia di mana sekarang."
Martin mendecak. "Sebaiknya kau mencoba melupakannya."
"Aku rasa aku tidak bisa melakukannya,"Mean tersenyum sedih, mengenang masa lalunya. "Dia membantuku mengejar impianku."
"Ah...." Martin mengangguk. "Apakah dia cantik? Hmm.. atau imut??"
Mean tertawa mendengar komentar Martin. "Tidak," benak Mean mengingat wajah Plan. "Tapi dia sangat indah di mataku. Aku tidak tahu apakah suatu saat nanti aku bisa melupakannya atau tidak. Tapi saat ini aku tidak ingin memulai hubungan dengan seseorang. Tidak akan adil baginya itu kalau hatiku tidak bersamanya. Bagaimana dengan istrimu, Martin? Aku dengar kau sudah menikah lebih dari dua puluh tahun."
![](https://img.wattpad.com/cover/228533432-288-k623461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)
RomancePenulis asli : Charon 🙏 Remake by me.. Remake ke cp kesayangan MeanPlan,tenang aja Plan gak jadi cwek kok di sini wlw ini remake🙏🤣 Aku tetep bkin Plan cwok😉 karena aku juga gak bisa bayangin baby Plan jadi cwek🤣