Chap 7

494 65 1
                                    

Plan Rathavit Chef Pasta

Plan 18,5 tahun

Plan tidak tahu berapa lama lagi ia bisa bertahan. Kakinya pegal setengah mati. Tangannya membawa nampan berisi piring bekas makan yang beratnya minta ampun. Sebentar lagi tangannya akan menyusul merasakan apa yang dirasakan kakinya. Ia benar-benar kelelahan.

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Plan mengistirahatkan kakinya sebentar di kursi dapur. Dilihatnya para pelayan lain sibuk membersihkan meja dan kursi. Melihat rekan-rekannya bekerja keras, Plan berdiri kembali dan bergabung dengan mereka.

Sepindahnya ke kota baru, hidup Plan tidak berjalan seperti yang diinginkannya. Ia tidak pernah memikirkan seberapa mahal biaya kuliah yang harus dikeluarkan mae nya untuk membiayainya. Mae meyakinkan Plan bahwa ia bisa kuliah tanpa harus memikirkan masalah keuangan. Tapi Plan tahu ia tidak bisa melakukannya. Jadi ia memutuskan untuk mencari kerja.

"Tapi, bagaimana dengan kuliahmu?" tanya mae nya kecewa.

Plan bersiteguh. "Sampai kini aku belum tahu mau masuk jurusan apa. Lebih baik kuliahnya ditunda dulu, mae."

Untuk pertama kalinya Plan dan mae nya tidak bersepakat.

"Aku tahu kau ingin membantu mae, tapi tugasmu sekarang adalah kuliah," protes mae nya.

Akhirnya Plan menemukan jalan tengah. "Bagaimana kalau begini saja. Aku akan bekerja selama setahun ini. Selama itu aku juga akan menabung untuk membiayai kuliahku nanti."

"Apa kau yakin itu yang kau inginkan?" tanya mae masih ngotot 

Plan mengangguk. "Aku ingin membiayai kuliahku sendiri. Sekarang aku sudah dewasa, Mae. Kurasa aku berhak memutuskan sendiri apa yang ingin kulakukan."

Setelah mendengar putranya berkata demikian, mae nya akhirnya mengalah. Beberapa hari kemudian, dalam perjalanan pulang dari supermarket, Plan melewati sebuah restoran italia yang memampang tawaran kerja sebagai pelayan disana. Tanpa pikir panjang, Plan langsung mengambil tawaran itu dan diterima hari itu juga. Ada dua alasan mengapa Plan memutuskan bekerja direstoran itu. Yang pertama adalah karena letaknya yang dekat dengan rumah. Hanya sepuluh menit berjalan kaki. Yang kedua adalah karena bekerja di restoran artinya setiap hari ia harus berurusan dengan makanan. Dan Plan memang sudah menyukai hal itu sejak SMA.

Tetapi kedua alasan itu, terutama yang kedua, membuatnya memikirkan kembali apakah ia sudah membuat pilihan yang tepat. Terutama saat-saat punggungnya serasa mau patah, kakinya kesemutan, dan tangannya teramat sangat pegal. Bulan pertama bekerja direstoran, ia dapat melihat bahwa bosnya adalah seseorang yang cepat naik darah. Setiap tiga bulan sekali, selalu ada asisten chef baru,karena Antonio____ namanya dijadikan nama restorannya____selalu punya alasan untuk memecat mereka. Sebagai seorang chef, Antonio adalah seorang genius yang bisa membuat makanan italia yang sangat lezat. Plan mengagumi aspek tersebut, tapi tidak temperamenya.

"Kau dipecat!" teriak bosnya tiba-tiba dari dapur restoran.

Plan mendesah kembali sambil mengelap meja. Bosnya memecat asistennya lagi. Kali ini bahkan belum sampai tiga bulan.

"Dia melakukannya lagi, "keluh maya, seorang pelayan senior yang sudah bekerja hampir lima tahun, sama seperti umur restoran mereka.

Seorang pria paruh baya keluar dari dapur dengan kesal. Dia berjalan melewati ruang makan, membuka pintu keluar, dan melenggang pergi tanpa sepatah katapun. Plan merasa sedikit kasihan pada si asisten. Bekas asisten, maksudnya.

Tak berapa lama kemudian, pintu dapur terbuka. Seorang pria italia, berjanggut putih, berumur lima puluh tahunan berteriak. "Maya, carikan aku asisten baru! Aku tidak mau idiot seperti yang tadi. Mengerti?"

1000 Musim Mengejar Bintang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang