Namsan Tower
Matahari sudah mencapai puncak. Menyinari kota Seoul dengan gagahnya. Pemilihan lokasi syuting memang bedasarkan tempat yang disukai oleh Erina. Ia menempatkan Namsan Tower sebagai seting latar bukan tanpa alasan. Tempat itu adalah tempat yang setiap tahun dikunjungi oleh Erina dan kedua orang tuanya setiap libur panjang sekolah. Selain menjadi lokasi wisata populer, Namsan Tower juga sering dijadikan latar syuting drama Korea karena tempat ini terkenal akan keromantisannya.Syuting dilaksanakan di lapangan utama Menara Namsan. Di mana di sana terdapat adegan Jongwoon bertemu dengan mantan pacarnya. Kali ini ada beberapa pemain dalam scene di Menara Namsan seperti Hewon, Jongwoon, Yeon Jin dan Yoon Ah. Namun kali ini yang akan diambil take terlebih dahulu adalah Jongwoon dan Yeon Jin. Lalu berikutnya, masuklah Yoon Ah dan Hewon yang merupakan adik dari Yoon Ah.
Kali ini perasaan Erina sedang kacau, seperti tengah mengalami gejala PMS. Hal itu karena ia terus kepikiran dengan kejadian semalam di lokasi syuting. Bahkan saat sudah take, pun konsentrasinya buyar.
Erina terus kepikiran dengan sikap Yeon Jin semalaman. Ia merasa tiba-tiba Yeon Jin bersikap cuek dan seperti tak melihatnya ada di lokasi. Ia begitu merasakannya saat Yeon Jin tak pernah sedetik pun menatap atau bahkan ketahuan meliriknya seperti sebelumnya. Bahkan untuk mengembalikan flashdisk milik Yeon Jin saja, pembicaraan hanya berselang beberapa detik.
"Yeon Jin. Ini kukembalikan flashdisk milikmu. Sudah kuisi playlist lagu Indonesia. Aku jamin, kau akan menyukainya."
Yeon Jin mengambilnya, lalu menatap Erina sekilas dengan wajah datar. "Terima kasih."
Hanya ucapan itu yang terlontar sebelum Yeon Jin kembali bercengkrama dengan pra kru.
"Ada apa dengannya?" gumam Erina begitu heran.
Sampai ingatan itu memudar, pandangannya berlanjut pada Yeon Jin yang tengah mengambil take ulang.
"Cut!" tekan Woo Hyun.
Suara keras dari Woo Hyun pun bahkan tak membuyarkan lamunan Erina.
"Erina, kurasa kita harus percepat syutingnya. Hari sudah mulai gelap," ujarnya menatap langit.
Mata Erina masih mengekor pada Yeon Jin yang ada di depan sana. Ia betul-betul menghiraukan perkataan Woo Hyun.
Apa aku ada salah dengannya?
Woo Hyun sadar bahwa perkataannya tak digubris oleh Erina, ia pun menoleh.
"Erina?" panggilnya pelan. "Erinaaaa," panggilnya sedikit keras dan membuat Erina terkesiap sembari menutup telinga.
"Aduh pak aku kan bukan di ujung sana. Aku disampingmu," protesnya sedikit tak terima.
"Aku yang seharusnya protes. Kau tidak menjawab perkataanku."
"Perkataanmu yang mana?"
Woo Hyun memalingkan wajah dan menghela nafas berat.
"Benar. Kau sedari tadi melamun terus," lalu tatapannya beralih kembali pada Erina. "Kau ada masalah ya?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu, lihatlah ke langit."
Erina mendongak. "Langitnya berwarna abu muda. Itu tandanya mau hujan," gumamnya masih mendongak.
Kemudian ia menatap Woo Hyun. "Tapi pak, ada pepatah yang mengatakan, bahwa mendung belum tentu hujan."
Woo Hyun memejamkan mata sembari menghela nafas. "Tapi itu lain Erina. Apa kau mau kita jadi kehilangan waktu untuk beberapa adegan? Pokoknya kita harus percepat syuting di luar ini, lalu kita syuting di area dalam menara. Aku sudah menyuruh Hye Soo untuk mengosongkan tempatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI UFUK TIMUR [TERBIT]
Romance⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN DI Instagram : @ebizpublisher ⚠️ Erina Fahima Qudsiyyah, wanita muslimah asal Indonesia yang merupakan seorang penulis novel, kembali ke negara masa kecilnya yakni Korea Selatan, negara yang membuat dirinya memiliki traum...