20-Melamar

94 13 1
                                    

 "Erina.

Erina mendongak.

"Doakan aku ya."

"Doakan untuk apa?"

"Agar kehidupanku jauh lebih baik dari ini dan aku bisa menemukan cahaya yang merubah hidupku. Dan juga, agar aku bisa kuat menanggung beban hidupku," ucapnya menatap nanar wajah Erina.

Erina tersenyum tipis. "Tentu, aku akan berdoa yang terbaik untukmu. Ya sudah, aku tidak mau kita sakit, lebih baik kita pergi ke backstage sekarang."

Erina melangkahkan kakinya mendahului Yeon Jin, Yeon Jin menyusul. Namun saat sudah berjajar, Erina berhenti untuk mengikat tali sepatunya yang lepas.

Yeon Jin berbalik arah dan langsung mensejajarkan posisinya di hadapan Erina.

Tiba-tiba, Yeon Jin mengambil alih tali sepatu putih Erina, membuat gadis itu tertegun dan sedikit shock.

"A-aku, bi-bisa sendiri, aku kan masih punya tangan," jawabnya berwajah polos.

Yeon Jin sudah selesai mengikat tali sepatu Erina, lalu mendongak menatapnya.

"Siapa yang bilang kau tidak punya tangan? Yang mampu memang mampu untuk melakukannya, tapi akan terasa berbeda ketika seseorang tanpa di pinta dan penuh kerelaan membantunya. Lagipula memang kau tidak senang aku bantu begini?"

Erina mengenyampingkan bola matanya ke sudut kiri. "Ya..."

"Ya pasti senang lah," lanjutnya dalam hati.

"Ah sudahlah ayo kita masuk," jawabnya mengalihkan topik dengan berdiri dan berjalan mendahului Yeon Jin.

"Siapa yang telat sampai, teraktir selama seminggu," Yeon Jin berucap berlari mendahului Erina yang berjalan santai.

Erina terbelalak. "Yak, apa-apaan itu. Yaaaakkk kau curaaaaang," teriaknya kesal sembari berusaha menyusul Yeon Jin dengan berlari.

Setelah dari jembatan, masing-masing pergi ke kamar mandi yang jaraknya tak terlalu jauh dari tenda backstage untuk berganti pakaian.

Saat Erina telah selesai berganti pakaian, ia mendengar dua orang wanita. Yang satu berambut pirang panjang dan yang satu berambut hitam pendek. Mereka salah satu staff dari project film Erina. Mereka tengah menyebutkan nama Erina saat berdandan di depan cermin, Erina pun urung untuk keluar dan lebih memilih mendengarkan secara seksama dengan menempelkan gendang telinganya agar terdengar lebih jelas.

"Aku juga malu mempunyai penulis dengan sikap seperti Erina. Dia benar-benar tidak tau malu ya," ucap wanita berambut pirang yang tengah memakai lip tint.

"Iya kau benar. Dia tidak cantik," ucap wanita berambut hitam dengan wajah sinis.

"Yak, kau bisa lihat cantik dari mananya kalau semua dari tubuhnya saja tertutup hah? Tidak logis."

Erina menutup mulut. "Astaghfirullah," bisiknya sedikit shock.

"Dia itu tidak tau malu memang. Sudah tau wajah pas-pasan begitu masih saja dengan leluasa dan tanpa merasa bersalah berdekatan dengan Yeon Jin. Mereka itu bagaikan bumi dan langit, sangat berbeda jauh," ucap wanita berambut pirang yang sekarang beralih menyisir rambutnya.

"Dan kalau saja Sora eonni melihatnya, aku pastikan Erina akan dijadikan kambing hitam oleh fans shipper Sora dan Yeon Jin."

"Ingat, kita harus ingat. Mereka itu bukan shipper, tapi mereka itu real. Hubungan mereka itu real, lebih dari seorang sahabat. Dan aku tidak akan pernah memaafkan Erina jika hubungan mereka kandas."

CINTA DARI UFUK TIMUR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang