7-Pertemuan Singkat

173 21 1
                                    

Erina hanya perlu 3 kali take ulang untuk rekaman perdananya. Erina maupun Shin Hyun sama-sama puas dengan hasilnya. Rasa bangga sekaligus bahagia menyelimuti ruang hatinya. Namun hal itu terenggut begitu saja ketika keluar dari ruang rekaman.

"Yeon Jin Oppa kenapa tidak ada di sini? Perasaanku tadi dia duduk di sini," gumamnya heran.

Erina berinisiatif untuk menelepon Yeon Jin. Panggilan pertama tak terangkat, begitu juga panggilan kedua. Cemaslah ia sekarang.

"Kau cari saja di sekitar gedung ini, kalau kau mau," sahut Shin Hyun di meja kerjanya yang tak jauh dari ruang rekaman.

Erina melirikan bola matanya ke arah kiri sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan studio.

Entah apa yang membawanya menjadi panik begini. Ia seperti tengah mencari harta karun yang berharga dalam 1 gedung. Nafasnya pun naik turun sepanjang ia menelusuri setiap lorong dan ruangan dalam gedung. Hanya ada 1 orang yang memenuhi ruang pikirannya sekarang.

Dan sampailah Erina di rooftop gedung CMC. Ia berdiri tak jauh dari pintu yang masih terbuka lebar. Erina langsung bisa melihat bahwa Yeon Jin, pria yang berhasil membuat nafasnya tersengal dan membuat pikirannya kalut. Erina tetap bisu dalam pandang penuh keheranan. Ia biarkan angin menerpa jarak antar dirinya dan Yeon Jin dalam kejauhan. Biarkan ia menerka terlebih dahulu, apa yang sebenarnya Yeon Jin pikirkan di atas atap gedung dengan duduk santai memandang kota Seoul dengan bebas. Sesekali Erina melihat Yeon Jin menghembuskan nafas dan mengacak-acak rambut. Erina juga melihat Yeon Jin berusaha menghafal lirik lagu. Hal itu terbukti dengan sesekali Yeon Jin menatap naskah beberapa detik, lalu mengalihkan pandangannya ke depan sembari mulutnya berucap.

"Apa itu salah satu cara untuk menghilangkan rasa stressnya?" batin Erina.

Pikiran Erina langsung tersirat dengan perkataan Adelia mengenai tujuan utamanya ke negara tempat masa kecilnya. Erina langsung mengerjap dan menggeleng sembari menunduk.

"Huh, aku begini sih, hah? Kenapa aku begitu peduli sama dia yang jelas-jelas cuma sebatas orang yang aku kagumi aja," gumamnya menatap sayu.

Yeon Jin masih belum sadar bahwa ada sepasang mata yang menguntitnya. Ia terlalu fokus menghafal lirik. Ia sudah berjanji bahwa tidak akan mengecewakan Shin Hyun.

"Kalau ketemu sama dia lagi, anggap aja dia ga ada," lanjutnya berwajah datar.

Lalu, Erina berbalik dan...

Bugh

Erina menabrak pintu yang rupanya sudah tertutup. Alhasil wajah, terutama hidungnya mengenai badan pintu sedikit keras.

"Aw, aarrrggh," ringisnya sembari memegang hidung.

Yeon Jin pun menoleh. Ia melihat punggung Erina di depan pintu. Ia mendengar begitu jelas suara ringisan dari Erina. Yeon Jin pun segera berlari menuju Erina.

"Argh, siapa sih tadi yang nutup pintu ga bilang-bilang?" omelnya kesal, lalu memukul badan pintu.

"Hei Erina kau kenapa?"

Erina berbalik dengan wajah yang sudah di tekuk. Ia masih meringis kesakitan bahkan sekarang merasa ngilu di bagian hidung. Ia tak tau bahwa hidungnya kini berwarna sangat merah.

Yeon Jin langsung tertawa melihat hidung Erina yang memerah serta raut wajahnya yang menurutnya lucu, namun ia langsung menutupnya dengan mulut.

"Yak, ke-kenapa kau tertawa, heoh?"

Yeon Jin menunjuk hidung Erina di sela tawanya. "Hidungmu. Hidungmu seperti hidung rusa ha, ha, ha."

Yeon Jin semakin tertawa lepas sembari memegangi perutnya.

CINTA DARI UFUK TIMUR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang