Bab 6 - Iblis Penggoda

3.8K 386 31
                                    

Iblis Penggoda

Adel mendongak dari majalahnya ketika matanya menangkap sepatu hitam yang berhenti di depannya. Adel mengangkat tatapan dari majalahnya dan akhirnya melihat Awan yang sudah selesai menjalani permaknya.

Adel mengamati penampilan pria itu dengan cermat dari atas ke bawah. Rambutnya, oke. Wajahnya, oke. Pakaiannya, oke. Sempurna. Seperti yang ia inginkan. Adel mengangguk puas dan berdiri. Ia mengecek jam tangannya.

"Kita makan siang dulu, setelah itu kita belanja," Adel memberitahu Awan.

"Kita belum sarapan," Awan berkata dengan nada kesal.

"Bukannya tadi udah ada yang ngasih kamu roti sama susu, ya?" heran Adel.

"Itu mana cukup buat sarapan? Nggak ada nasinya, tahu!" omel Awan.

Adel berdehem. "Oke, kamu bisa makan sepuasmu habis ini. Kamu pengen makan apa?"

Awan mendengus kesal. "Setelah seharian kamu bikin aku kerja, cuma itu yang kamu ucapin?"

Adel mengerutkan kening bingung menatap pria itu. "Trus, kamu berharap aku ngomong apa? Bonus? Atau apa? Ngomong yang jelas!"

Awan melengos sebal, menolak bicara pada Adel.

Adel mendengus tak percaya. "Ini kamu lagi ngambek? Kamu pikir, aku akan ngikutin acara ngambekmu ini?"

Awan masih tak berbicara. Adel menghela napas, lalu menatap sekeliling. Untungnya di ruang tunggu VIP itu hanya ada mereka berdua.

Adel mendekat pada Awan dan berkata pelan, "Aku bisa ngehadapin ngambekmu, protesmu, sikap kasarmu, makianmu, atau apa pun itu, asal kita cuma berdua. Tapi, di depan orang lain, kita adalah pasangan yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Make sure you act like one."

Adel lalu berbalik dan hendak pergi, tapi ia merasakan Awan menyambar tangannya dan menarik Adel ke arahnya, membuat Adel mendarat di pelukannya. Adel tertegun mendapati jarak wajah mereka begitu dekat. Tatapannya jatuh ke bibir Awan ketika pria itu berbicara,

"Aku bakal nunjukin ke orang-orang kalau aku setengah mati jatuh cinta sama kamu. Justru kamu harusnya lebih khawatirin dirimu sendiri. Pastiin kamu juga nunjukin kalau kamu juga jatuh cinta ke aku."

Ah, benar juga. Adel sempat melupakan itu. Permainan ini bukan untuk satu orang. Benar. Mereka harus saling mencintai, meski hanya pura-pura.

***

Awan menahan napas ketika tiba-tiba Adel menyentuh pipinya dengan tangan kirinya yang bebas, lalu wanita itu berjinjit, mendekatkan bibir mereka dan memiringkan wajah. Awan mengernyit ketika wanita itu berbicara,

"I can do it better than you, don't worry."

Awan menelan ludah. Matanya terpaku pada bibir merah wanita itu. Bagaimana rasanya?

"Ehm!"

Deheman itu membuat Adel segera menarik diri dari Awan. Awan pun seketika tersadar dan menoleh ke asal suara. Di pintu ruang tunggu VIP ada Lucy yang tersenyum menggoda Adel. Sepertinya Adel sengaja melakukan itu karena keberadaan Lucy.

"Maaf mengganggu kemesraan kalian," kata Lucy sembari memasuki ruangan.

"Hampir aja kami kebablasan di sini," balas Adel, membuat Awan tersedak kaget.

Adel menoleh padanya, tersenyum dan mengusap wajah Awan dengan lembut. Awan nyaris mengerang ketika tangan wanita itu jatuh ke lehernya.

"Nanti kita lanjutin ya, Sayang," ucap Adel dengan nada menggoda, diikuti kerdipan.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang