Bab 26 - Mimpi yang Terhempas

3.4K 372 93
                                    

Mimpi yang Terhempas

Dari villa tadi, Awan dan Adel mampir ke rumah sakit untuk memeriksakan kaki Adel, baru setelahnya mereka kembali ke apartemen. Kali ini, Adel tak menolak ketika Awan menawari untuk menggendongnya dari basemen parkir ke lift karena keberadaan orang bayaran kakeknya.

Namun, begitu mereka di lift, Adel meronta minta diturunkan. Wanita itu lantas berdiri di sisi lift, mengambil jarak dari Awan. Sepertinya ia masih trauma karena reaksi tubuh Awan tadi pagi. Awan maklum.

Begitu Awan masuk ke apartemennya, ia langsung mandi. Namun, ketika Awan masih keramas, ia mendengar suara bel pintu apartemennya. Awan akan mengabaikannya jika bel itu hanya berbunyi sekali. Namun, meski tak ada jawaban pun, bel itu terus berbunyi berkali-kali seperti alarm. Siapa gerangan tamu tanpa akhlak ini?

Awan mempercepat mandinya, lalu pergi ke pintu masih dengan berbalut handuk untuk mengecek tamu tak berakhlak itu. Ketika melihat Ramli, Nugie, dan Wiki yang muncul di layar LCD pintunya, Awan mengumpat kesal dan membuka kuncinya, tapi langsung pergi ke kamarnya lagi.

"Woy! Pengantin baru mau ke mana lo?!" teriak Nugie tanpa dosa.

"Setan lo semua emang, ya! Bertamu ke rumah orang kagak ada adabnya!" omel Awan kesal sembari membanting pintu kamar. "Kalau lawannya Adel, udah dipenggal kalian semua!"

"Hush! Nggak boleh ngomong jahat gitu!" tegur Wiki yang membuka pintu kamar Awan.

Untungnya Awan sudah memakai boxer.

"Gimana bulan madunya?" tanya Wiki dengan nada menggoda.

"Tanya Adel sono!" sentak Awan. Ia menarik kaus sembarang dan memakainya melewati kepala, lalu berbalik dan mendorong Wiki keluar dari kamarnya.

"Seminggu nggak mau diganggu, ngapain aja, sih?" singgung Wiki.

"Adel yang nyuruh. Ya, biar kelihatan kayak bulan madu aja," terang Awan. "Soalnya itu villa hadiah pernikahan dari kakeknya."

Nugie bertepuk tangan. "Selamat bergabung jadi keluarga sultan, Bro." Nugie menghampiri Awan dan hendak memeluknya, tapi Awan mendorong Nugie.

"Jangan mimpi! Gue dibayar jadi lakinya!" sembur Awan kesal.

"Iya, tahu .... Lo kok jadi baperan gini? Kita semua kan, udah tahu, Bro! Biasa aja, dong ..." Nugie menepuk-nepuk pundak Awan. "Kan, kayak lo ngarep jadi lakinya beneran, Bro."

Awan tertegun, terbungkam.

"Jangan gila, Bro," celetuk Ramli. "Jangan nyari penyakit. Udah tahu orangnya ngeri gitu."

"Segila-gilanya Awan, nggak mungkin lah dia sampai jatuh cinta sama cewek kayak Adel. Coba ingat-ingat semua perlakuan Adel ke dia," ungkit Wiki.

Awan mencoba mengingat-ingat semua perlakuan Adel padanya seiring Wiki berbicara,

"Udah berapa kali dia ngerendahin Awan? Nggak terhitung!"

Benar.

"Udah berapa kali dia nganiaya Awan?"

Itu pun menyebabkan trauma.

"Dan kalian tahu sendiri gimana dia mandang Awan. Cuma sebagai suami bayaran. Nggak pernah sekali pun dia menghargai Awan. Iya, kan?"

Ya ... benar. Selalu begitu.

"Tapi, dia kan udah ngasih Awan tempat tinggal nyaman gini. Makanan, uang, semua dipenuhi. Tuh, sama keluarganya Awan juga dia baik," bela Nugie.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang