Bab 20 - Welcome to The Jungle

2.9K 363 81
                                    

Welcome to The Jungle

"Apa kalian udah gila? Belum-belum kalian udah terlambat." Sambutan Alfa, sepupu ketiga Adel, menjadi pembuka perang Awan malam itu.

Bayangkan, telat lima menit datang ke pesta saja disebut gila. Pantas saja selama di butik Lucy tadi Adel begitu sensi. Dia nyaris menjambak Awan lagi ketika Awan menolak ditata rambutnya. Meski di depan Lucy, seperti biasa, Adel menggoda Awan dengan sukses. Hampir saja Awan mencium Adel di depan Lucy.

Tepukan di bahu Awan membuatnya menoleh. Very, sepupu keempat Adel nyengir lebar. "It's okay. Pahlawan muncul di akhir. Right, Bro?"

"Don't 'bro' him. He's not your bro," ketus Adel.

Mantap sekali Adel kalau berbicara. Cabenya tak pernah lupa.

Dua musuh belum cukup? Tenang saja. Duo Upin-Ipin Thomas dan Benjamin, sepupu pertama dan kedua masih ada. Mereka yang tadinya menggandeng istri masing-masing, langsung meninggalkan pasangan dan ikut menghampiri Adel dan Awan. Awan seolah bisa mendengar suara pistol dikokang.

"Nilai minus di pesta pertama, huh?" Thomas tersenyum sinis pada Awan.

"Better than you, yang nilai minusnya di setiap pesta," tembak Adel.

"Kakek nggak akan suka. Kalian udah jadi perhatian sejak rumor pernikahan kalian tersebar. Dan apa? Datang terlambat ke pesta pengumuman pernikahan kalian?" Benjamin tertawa meledek.

"Thanks, Dude," Adel membalas enteng.

Awan sempat heran untuk ucapan terima kasih itu. Namun, kalimat Adel selanjutnya membuat Awan nyaris tertawa di wajah Benjamin,

"Pengumuman pernikahanku emang lebih penting dari perayaan ulang tahun perusahaan. We all know that aku lebih penting dari apa pun atau siapa pun yang ada di sini. Right?"

Adel menepuk pundak Benjamin dengan ekspresi jijik, lalu menarik Awan pergi dari sana.

Jika Adel dan sepupu-sepupunya bertemu, tidak pernah ada pertemuan yang manis layaknya keluarga. Saling menyapa dan menanyakan kabar? Hm, mana sempat? Keburu lempar-lemparan granat.

Kakek Adel yang sedang menyampaikan pidato sambutan di stage kecil di ball room hotel itu akhirnya menatap Adel dan Awan. Seorang pria berjas hitam yang berdiri di samping stage, bahkan tanpa diperintah atau diberitahu, langsung pergi menghampiri Adel dan Awan.

"Silakan, Nona," katanya sembari mengarahkan jalan dengan sopan dengan kedua tangannya.

Adel tak menyahut dan mengalungkan tangan di lengan Awan, menariknya ke arah stage. Lalu, Awan mendengar kakek Adel mengumumkan,

"Di hari bahagia ini, saya ingin mengumumkan pesta pernikahan cucu saya, sekaligus calon pewaris Grup Wiratmadja, minggu depan."

Seketika, tepuk tangan membahana di ball room hotel itu. Adel lalu menarik Awan naik ke atas stage. Wanita itu tersenyum pada kakeknya. Hanya senyum sebagai formalitas. Ketika Adel akhirnya diberi kesempatan berbicara di atas stage, hal pertama yang diucapkannya adalah,

"Saya membesarkan A Café tanpa bantuan Grup Wiratmadja. Jika kalian pikir, saya hanyalah bocah manja yang hanya duduk ongkang-ongkang kaki, lalu mendapat perusahaan seperti mendapat permen, kalian salah. Pertama, saya bukan bocah manja. Kedua, saya tidak suka permen."

Awan mengerjap. Ya, memang Adel tidak suka permen biasa. Dia hanya suka ... permen kapas.

Awan lebih terkejut lagi ketika kata-kata Adel itu justru mendapat sambutan tepuk tangan meriah. Ini orang-orang para pemuja kesombongan dan keangkuhan Adel atau apa? Awan merasa seolah berada di perkumpulan sekte pemuja Adel.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang