Bab 14 - Masa Lalu Menyebalkan

3K 361 54
                                    

Masa Lalu Menyebalkan

Ketika Awan dan Adel baru masuk ke restoran, mereka bertemu dengan orang yang tak terduga. Tentu saja, tak diharapkan juga oleh Awan.

"Awan?" Vida berhenti di depan Awan dan Adel, tampak terkejut.

Awan tersenyum canggung. "Hai," sapanya.

"Dia ... siapa?" Vida menatap Adel penasaran.

"Dia ..."

Adel menghela napas, memotong kalimat Awan. "Dia mantanmu?" tanya wanita itu tanpa tedeng aling-aling.

Awan mengangguk pada Adel. Di depannya, Vida mendengus.

"Jadi, dia pacar barumu?" tanya Vida dengan nada terluka. "Kita bahkan baru putus beberapa hari lalu, tapi kamu ..." Vida menahan napas, lalu menatap Adel. "Mbak, Mbak harus tahu satu hal tentang Awan. Dia itu cuma manfaatin ceweknya. Itu juga yang dia lakuin ke Mbak. Jadi, kalau Mbak berpikir Mbak bisa bikin dia jatuh cinta sama Mbak dan berubah, Mbak mending menyerah. Daripada Mbak terluka."

Adel mendengus pelan. "Nggak perlu khawatir tentang itu," jawabnya santai. "Kami baik-baik aja. Bahkan, sebentar lagi kami akan nikah."

Vida melotot kaget. "Ni-nikah?" Dia tampak sangat shock.

Awan berdehem. "Kami saling jatuh cinta. Pada pandangan pertama."

Vida refleks tertawa mendengar itu. Awan melirik Adel, mengecek ekspresi wanita itu. Adel hanya menghela napas. Begitu tawa Vida berhenti, dia berkata pada Adel,

"Mbak, jangan percaya sama dia. Dia itu pembohong. Dia bisa bilang cinta ke siapa aja, tanpa benar-benar meniatkannya. Dia nggak pernah tulus. Mbak cuma akan patah hati."

Adel kembali menghela napas. "Nggak perlu khawatir. Kalau ada yang patah hati, orang itu bukan aku."

Setelah mengatakan itu, Adel melewati Vida dan pergi begitu saja. Awan sudah akan menyusul Adel, tapi Vida mendengus meledeknya, menghentikan langkahnya.

"Jadi, akhirnya kamu akan ngerasain patah hati juga?" sebut Vida.

Awan mengernyit. Namun, ia tak menanggapi kata-kata Vida dan melanjutkan langkah menyusul Adel. Wanita itu sudah duduk di meja dan menerima buku menu dari pelayan restoran.

Ketika Awan duduk, Adel berkata, "Aku udah pesan nasi goreng buat kamu."

Awan hanya mengangguk.

"Omong-omong," Adel menatap Awan dengan tatapan dingin, "harus berapa kali aku ngehadapi situasi kayak tadi?"

Awan mengernyit.

"Mengingat kamu hidup selama bertahun-tahun dengan ngemis ke cewek-cewek kayak tadi, itu berarti ada banyak cewek kayak tadi yang kemungkinan akan ketemu aku," sebut wanita itu. "Kalau gitu, berapa kali lagi aku harus jadi bahan tertawaan kayak tadi?"

Awan tahu siapa yang ditertawakan Vida tadi, mungkin juga dengan mantan-mantannya yang lain. Mereka menertawakan Awan, perasaannya yang tak tulus. Namun, memikirkan Adel menjadi bahan tertawaan karena dirinya membuat Awan terusik.

Ia bisa terima menjadi bahan tertawaan orang lain. Itu bukan hal baru baginya. Namun, jika hal itu menimpa Adel, Awan tak rela. Meski wanita itu punya kepribadian seperti iblis, mulut yang hanya bisa mengucapkan hal-hal kejam, tapi ... ia menjalani hidupnya dengan cara yang terhormat. Tidak seperti Awan.

Jika Awan serendah tanah terendah bumi, wanita itu setinggi langit. Dan Awan tak ingin menyeret wanita itu ke bawah bersamanya. Wanita itu pantas mendapat tempat yang lebih baik, lebih tinggi. Sejujurnya, wanita itu terlalu tinggi untuk diraih oleh seseorang serendah dirinya.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang