Bab 29 - Horor Romantis

3.6K 413 120
                                    

Horor Romantis

Awan terlonjak kaget ketika Adel tiba-tiba berteriak keras. Awan menoleh dan dilihatnya Adel sudah mengangkat selimut, menutup akses pandangannya ke layar lebar di hadapan mereka.

"Kamu ... takut?" tanya Awan.

Adel menoleh pada Awan, masih dengan selimut terangkat di depannya. "Aku kaget. Tadi itu ... munculnya terlalu mendadak."

"Oh, iya." Awan manggut-manggut. Iyain saja, daripada Awan yang jadi hantu bioskop.

"Apa ini gara-gara di kanan-kiri sama di depan kita nggak ada orang, ya?" tanya Adel. "Hawanya dingin banget."

Untuk pertama kalinya sejak Awan mengenal Adel, ia sadar, Adel bisa tidak masuk akal juga. Kan, memang di sini ada AC-nya. Lagipula, fungsi selimut yang ada di sini kan agar mereka tidak kedinginan, bukan untuk menutup layar seperti yang dilakukan Adel saat ini. Siapa yang membayar mahal sampai beli kursi tiga baris hanya untuk menutupi layar dengan selimut? Adel. Ya, hanya Adel.

Awan mengambil selimutnya dan menyelimuti Adel dengan itu. Namun, wanita itu masih bisa berkata, "Kamu kalau kedinginan pakai aja. Nggak usah sok gentleman."

Kalau Awan tidak cinta, pasti sudah Awan tinggal Adel di sini dan Awan kunci dari luar agar wanita itu sadar jika dirinya saat ini sedang ketakutan. Pakai alasan bermacam-macam. Belum lagi, tadi dia menyebut Awan payah karena menuduh Awan takut menonton film horror.

"Siska kayaknya ngerjain aku," kata Adel lagi. Kali ini dia sudah agak menurunkan selimutnya sambil menatap layar dengan mata menyipit. Entah apa dia kelihatan menonton seperti itu.

"Ngerjain gimana?"

"Ini. Dia bilang, pasangan biasanya nonton film ini. Apanya?" desis Adel kesal.

"Ya, emang biasanya pasangan milih film kayak gini karena ada alasannya," beritahu Awan.

Adel menoleh pada Awan. "Apa?"

Awan mengedik ke arah layar. "Coba lihat ke depan."

Adel menatap ke depan. Saat itulah, muncul sosok hantu menyeramkan di layar. Adel kembali berteriak ketakutan. Saat itulah, Awan menutup pandangan Adel dengan tangannya, menghentikan teriakan wanita itu. Adel perlahan menoleh pada Awan.

"Pasangan-pasangan lain nonton film horror biar bisa kayak gini?" tanya Adel ragu.

Awan tersenyum geli. Lalu, terdengar suara teriakan seram yang membuat Adel berjengit. Awan menarik tangannya dan menggunakan kedua tangannya untuk menutup telinga Adel.

"Biasanya, yang cewek kalau takut dipeluk cowoknya gitu," urai Awan.

Adel menyipitkan mata. "Kamu kayaknya sering kayak gitu. Modusmu ngerayu cewekmu?" sinisnya.

"Aku nggak pernah nonton ke bioskop selain sama ketiga temanku," ungkap Awan jujur.

Adel mengerutkan kening. "Kenapa?"

Awan mengedik. "Mungkin karena nonton di bioskop nggak bikin aku kenyang."

Adel mendengus meledek. "Kamu cuma mau kencan di mana kamu dapat makanan yang mengenyangkan?"

Awan mengangguk.

"Menang lotre kamu nikah sama aku," sebut Adel.

Awan mengangguk lagi. Memang itu kenyataannya. "Kalau gitu, sekarang biar aku ngelakuin pekerjaanku sebagai suamimu," ucapnya.

Adel mengangkat alis.

Awan tersenyum, lalu menyandarkan kepala Adel di bahunya dan satu tangannya berada di depan wajah Adel.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang