Bab 10 - Rumah Baru

2.9K 355 49
                                    

Rumah Baru

Setelah melakukan ritual mengheningkan cipta dan berpelukan bersama di kos kumuh Awan sore itu, akhirnya mereka pergi dengan mobil Ramli ke apartemen baru Awan. Awan hanya membawa satu ransel dan tas besar berisi pakaian. Ia meninggalkan rice cooker untuk diwariskan pada penghuni kamarnya berikutnya. Toh, Adel sudah membelikan penanak nasi yang lebih canggih. Awan kemudian melihat tasnya dan baru menyadari betapa miskinnya ia selama ini.

Saat mereka baru memasuki kompleks apartemen baru Awan, ketiga temannya sudah berwow berjamaah. Mereka tidak berhenti berwow sepanjang jalan menuju unit apartemen Awan. Wow mereka semakin heboh ketika masuk ke kamar apartemennya.

"Tapi, ini semuanya apa, Bro?" tanya Wiki yang berjalan melompati kardus demi kardus mie instan dan karung beras. "Lo buka warung di sini?"

Awan berdehem. "Persediaan makanan. Dibeliin Adel tadi."

"Waaah ... gila tuh bini lo, Bro. Dia beliin lo semua ini?" Wiki geleng-geleng kepala.

"Tadinya hampir satu supermarket dia beli. Saking takutnya dia kalau gue bakal ngemis makanan di luar," dengus Awan.

"Bini lo kalau ngomong emang ngajak gelud, ya?" celetuk Nugie.

"Tapi kan, yang penting dia mencukupi semua kebutuhan Awan. Padahal mereka belum nikah, tapi Awan udah dikasih tempat tinggal sebagus ini, makanan sebanyak ini, belum lagi uang yang dia pakai bayar utang ke gue kemarin. Meski dia nyeremin, tapi dia baik juga, mikirin hidup Awan," kata Ramli.

"Ya, soalnya kalau Awan mati, dia mau nikah sama siapa?" cetus Nugie. "Semua yang dia lakuin ini buat dirinya sendiri. Iya kan, Wan?" Nugie menoleh pada Awan.

Awan mengangguk. "Udah lah, daripada kalian ngomongin dia terus, mending kalian bantuin gue mindahin nih barang-barang biar nggak amburadul begini."

Wiki lalu menemukan tas-tas belanjaan berisi pakaian dan sepatu yang dibelikan Adel. "Gila, baju-baju yang dia beliin lebih banyak dari baju-baju yang lo punya, Bro," katanya takjub.

"Dan lebih bagus," tambah Awan. "Barang mahal semua itu. Buat seragam kerja gue sebagai suami dia nanti."

Ketiga temannya menoleh padanya.

"Kalian lupa? Gue di sini buat kerja. Jadi lakinya si Adel. Cuma status doang, tapi harus sempurna." Awan mengedik.

Ketiga temannya meringis.

"Ayo ah, buruan ini beresin. Tadi Adel beli segala macam daging banyak banget. Lo mau masak nggak, Wik?" sebut Awan.

Wiki manggut-manggut, dia sudah menemukan kotak gabus berisi perdagingan. "Kita party nih, malam ini?"

"Let's party tonight!" Awan berseru penuh semangat.

Ketiga temannya seketika bersorak senang. Mereka dengan gembira memindahkan berkarung-karung beras ke dapur. Sementara, Awan membawa bertas-tas pakaian dan sepatu ke kamarnya. Meski begitu, Awan tak membongkarnya dan membiarkan tas-tas itu berserakan di lantai kamarnya.

Ia kembali keluar untuk bergabung dengan teman-temannya memindahkan kardus-kardus mie instan.

"Segala macam rasa mie instan ada. Tiap hari makan mie instan, akhir bulan usus lo udah kayak mie kali, Bro," komentar Nugie.

"Ini buat modal warung lumayan, Bro," celetuk Wiki. "Buka toko online gimana?"

"Kalau berani, ngomong langsung sama Adel," tantang Awan.

Kontan teman-temannya bergidik ngeri.

"Dulu maknya hamil dia ngidam apaan, ya?" tanya Wiki penasaran.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang