Bab 23 - Apa Itu Bulan Madu?

3.3K 385 70
                                    

Apa Itu Bulan Madu?

"Ini ... di mana?" tanya Awan ketika mobil yang disetiri Adel berhenti di halaman sebuah rumah di kawasan puncak.

"Villa-ku, sejak kemarin," jawab Adel. "Hadiah pernikahan dari Kakek."

Awan melongo. "Hadiah pernikahan?" Keluarga sultan memang beda. "Apa keluarga orang-orang tajir selalu kayak gitu?"

Adel menggeleng. "Nggak juga. Kadang hadiahnya saham atau mall, atau resort, tergantung, sih."

Awan meringis. "Itu sih, sama aja."

"Beda, lah! Kamu nggak bisa bedain villa sama mall?" sinis Adel.

Awan memilih diam. Dah lah, mengalah saja. Toh, Awan tak mungkin mendapatkan keduanya juga.

"Kamu nggak turun?" tanya Adel tajam.

"Iya, ini mau turun. Semua kan butuh proses," Awan membela diri.

Adel memutar mata dan turun lebih dulu. Awan mendesis kesal ke arah punggung wanita itu, tapi segera memasang senyum ketika Adel menoleh padanya.

"Apa?" sengit Adel.

"Nggak pa-pa. Itu ... wangi kamu ketinggalan di mobil. Bikin makin betah." Awan nyengir.

Adel mengernyitkan kening jijik. "Dasar mesum."

Oh Tuhan, ampunilah segala dosa-dosa istrinya itu. Dan berilah Awan kesabaran, kekuatan hati, untuk menghadapi istri yang kelakuannya macam iblis begitu.

Ketika Awan memasuki villa, menyusul Adel, ia ber-wow dalam hati melihat mewahnya villa itu. Villa ini lebih besar dari villa Adel yang pernah dikunjungi Awan sebelumnya. Ditambah lagi dinding-dinding kacanya. Pemandangan yang tersaji bahkan dari dalam sini sungguh mampu membuat siapa pun terpukau.

"Lantai dua wilayahku, lantai satu wilayahmu. Di lantai dua ada dapur dan ruang makan juga, jadi kita makan sendiri-sendiri. Urus makananmu sendiri. Kulkas di lantai atas dan bawah udah terisi semua. Buat jaga-jaga kalau kamu nggak bisa masak, ada mie instan di dapur lantai satu," terang Adel.

"Emangnya kamu bisa masak?" tanya Awan sangsi.

"Bisa," jawab Adel pendek.

Awan nyaris memohon pada Adel untuk dimasakkan, tapi akal sehatnya bekerja cepat dan menahan bibirnya untuk bicara. Bisa-bisa malah Awan yang dimasak Adel.

"Tapi, kita ngapain pergi ke sini, bukannya ke apartemen?" tanya Awan.

"Kita akan tinggal di sini selama seminggu, baru kita pulang ke apartemen," jawab Adel.

Awan melongo. Jangan-jangan ini ... "Bulan madu? Kita ini lagi bulan madu?" heboh Awan.

Adel mendengus kasar. "Apa itu bulan madu?" sinisnya. "Kita ngelakuin ini karena kakekku yang mau gitu. Dia kasih villa ini sebagai hadiah pernikahan meski aku nggak perlu. Dia nyuruh aku libur kerja selama seminggu. Jadi, itu yang terjadi sama kita."

"Ya, itu maksudnya kita disuruh bulan madu," terang Awan. "Kan, emang wajarnya orang habis nikah itu bulan madu. Trus, punya anak. Trus ..."

"Yang tadi belum cukup buat balikin akal sehatmu, kayaknya." Kalimat Adel itu seperti alarm peringatan bagi Awan.

Refleks, Awan menggunakan satu tangan menutup kepalanya dan tangan lainnya menutup bagian bawah tubuhnya.

"Sebelum aku naik ke atas, biar aku kasih tahu beberapa hal buat kamu," ucap Adel sembari menyilangkan lengan di dada. "Pertama, pakaian dan barang-barang di apartemenmu beberapa udah dibawa ke sini. Kayak laptop, baju, pakaian dalam, dan lain-lain. Kedua, nggak boleh ada orang luar yang datang ke sini. Baik itu sekretarisku maupun teman-temanmu.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang