Bab 28 - Jatuh Bangun Mengejarmu

3.4K 372 88
                                    

Jatuh Bangun Mengejarmu

Adel sudah sepuluh menit berdiri di depan pintunya sejak mendengar bel sepuluh menit yang lalu. Ketika tahu Awan yang datang dengan sepiring makanan, Adel sengaja tak membuka pintu. Namun, pria itu bukannya pergi, tapi malah menunggu di koridor, duduk di lantai seperti anak hilang.

Setelah lima menit berlalu, dia kembali menekan bel apartemen Adel. Namun, Adel masih tak membuka pintunya. Pria itu kembali menunggu, kali ini duduk berjongkok dengan tatapan terus tertuju pada pintu apartemen Adel.

Di lima menit keduanya, Awan kembali membunyikan bel dan saat ini Adel sedang menimbang-nimbang untuk membuka pintu atau membiarkan pria itu menunggu lagi. Namun, ketika dilihatnya Awan kembali duduk di lantai koridor dengan ekspresi memelas, Adel akhirnya membuka pintu.

Awan yang sudah duduk, seketika berdiri. "Aku bawain makan malam buat kamu," ucap pria itu. "Ini steak. Yang medium. Wiki yang masak."

Adel tak merespons.

"Kakimu gimana? Masih sakit?" tanya Awan sembari menatap kaki Adel. "Boleh aku masuk? Aku cuma mau bawain ini ke meja makan, habis itu aku pergi."

Adel menatap Awan tajam. "Kenapa kamu ngelakuin ini tanpa aku suruh? Daripada kamu buang-buang waktumu buat hal kayak gini ..."

"Kamu bilang, aku harus jatuh cinta sama kamu," Awan menyela. "Ini aku jatuh cinta sama kamu. Makanya aku datang ke sini, ngantar makan malam dan nanyain kakimu yang sakit."

Adel tertegun. "Kamu ... nggak perlu ngelakuin itu kalau cuma ada kita berdua. Kalau pas kita di luar ..."

"Aku harus terus terbiasa kayak gini, biar di luar juga aku terbiasa jatuh cinta sama kamu," sahut Awan.

Benar juga. Adel akhirnya mengangguk, lalu membuka pintu agar pria itu bisa masuk. Pria itu pergi ke ruang makan dan Adel mengikutinya.

"Sampai akhir pekan, biasain dirimu buat jatuh cinta sama aku. Akhir pekan nanti kita kencan," ucap Adel. Ia menarik napas dalam dan mengambil keputusan. "Kali ini, siapin dirimu buat ngelewati batasmu."

Awan seketika berbalik menatap Adel. "Apa ... katamu?"

Awan menghela napas. "Udah kayak gini, kita harus maksimal. Jangan sampai ada yang ragu sedikit pun kalau kita menikah karena jatuh cinta. Jadi, kamu bisa ngelewati batasmu di depan orang lain."

Adel terkejut ketika Awan nyaris menjatuhkan piring yang dibawanya. Untungnya pria itu segera sadar.

"Tolong," Adel meminta, "jatuh cinta sedalam mungkin ke aku. Jatuh sampai kamu nggak bisa berdiri lagi. Sampai nggak ada satu pun orang yang bisa mempertanyakan perasaan cintamu ke aku."

"Dan kalau aku jatuh ... kamu pasti nggak berniat bantu aku buat berdiri, kan?" tanya pria itu.

Adel mendengus. "Buat apa? Yang aku butuhin kamu jatuh sedalam mungkin. Jatuh cinta sedalam-dalamnya ke aku."

"Tenang aja," jawab Awan. "Aku udah siap buat jatuh sedalam mungkin. Sedalam-dalamnya, kalau itu yang kamu minta."

Adel menatap mata Awan dan ia seolah bisa melihat sosok pria yang benar-benar sudah jatuh. Hebat sekali aktingnya. Namun, Adel tidak terkejut. Toh, selama ini pria itu hidup seperti itu. Entah sudah berapa kali dia mengucapkan kata cinta demi sesuap nasi.

Jatuh cinta adalah pekerjaan pria itu.

***

Sabtu pagi itu, Awan bangun pagi-pagi sekali. Ia langsung mandi, menata rambutnya selama tiga puluh menit. Karena merasa tidak pas terus dengan tatanan rambutnya, ia terus menata rambutnya berulang kali. Awan juga menghabiskan tiga puluh menit untuk memilih baju. Awan mengeluarkan hampir seluruh isi lemarinya sebelum memutuskan memakai pakaian pertama yang dikeluarkannya dari lemari.

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang