"Tidak mungkin dua nama dapat berkongsi menghuni satu hati. Masih ada dia di hatimu, maka izinkan aku mengundur diri." - Elleora Eunice
Elleora Eunice's POV
Aku melangkah di samping Alger memasuki ballroom di mana majlis reunion itu diadakan. Alger mengganding tanganku. Sedikitpun tidak dilepaskannya genggamannya pada tanganku.
"Al," seorang lelaki menyapa Alger.
"Hai, Ray," Alger membalas sapaan lelaki itu.
" Dia ada di sini, Al, " aku memerhatikan riak wajah Alger berubah mendengar kata-kata lelaki bernama Ray itu.
Ku perhatikan Alger memerhati ke sekitarnya. Hatiku mula tertanya-tanya, siapa 'dia' yang dimaksudkan Ray.
Aku ingin bertanya, namun ku urungkan niat itu. Jika Alger ikhlas dalam perhubungan kami, mesti dia akan menjelaskannya kepadaku.
"Dia datang seorang?" Alger bertanya. Pegangan tangannya yang tadi menggenggam tanganku mula mengendur. Hingga akhirnya pegangan tangannya terlepas bila seorang wanita cantik bertubuh tinggi lampai mendekati kami.
"Dia datang, Al. Aku excuse dulu," Ray berlalu meninggalkan kami.
"Hai, sweetheart," wanita itu tanpa segan terus mengucup pipi Alger. Terbeliak mataku.
"Dia penggantiku?" tanyanya. Matanya memerhati penampilanku dari atas ke bawah.
"Dia temanku, Elleora. El, dia bekas isteriku, Irene," Alger memperkenalkan kami.
"I'm still your wife, Al. Remember.. we're not divorce yet. Kamu yang tidak menceraikan aku, Al," dia senyum. Senyuman penuh bangga.
Alger diam tidak mengatakan apapun lagi. Tapi dari caranya memandang Irene, aku tahu dia masih menyimpan rasa pada wanita itu.
💕💕💕
Tika aku kembali semula ke tengah dewan setelah menyelesaikan urusan di bilik air, aku tidak menemukan Alger.
"Hai, mencari Al?" aku menoleh. Rupanya Ray, berdiri di belakangku dengan segelas minuman di tangannya.
Aku mengangguk. Terasa janggal berada di tengah dewan ini tanpa sesiapa yang aku kenal.
"Tadi aku nampak di menuju ke sebelah sana," Ray menunjuk dengan ibu jarinya.
"Okey. Thanks, Ray," aku mengatur langkah menuju ke arah yang ditunjukkan Ray.
"Lima tahun, Rene. Lima tahun kamu pergi meninggalkan aku," aku mendengar suara yang sangat aku kenal. Aku menapak perlahan. Di satu ruang yang diterangi cahaya lampu yang malap, aku ternampak Alger dan Irene.
Mereka berdiri berhadapan. Irene terisak dalam pelukan Alger. Pasti mereka telah saling meluahkan kekesalan dan kerinduan. Perlahan, aku memutar tubuh dan kembali ke tengah dewan.
"Jumpa Al?" tanya Ray. Aku menggelengkan kepala. Dada terasa sesak dan sakit. Air mata terasa ingin turun, namun aku tahan. Siapa aku untuk menangis. Wanita itu rupanya masih isteri sah Alger. Dia belum menceraikannya.
Aku menghampiri pelayan yang membawa dulang berisi minuman. Pantas ku capai satu gelas berkaki panjang itu.
"No," Ray cuba menahan. Namun dengan sekali teguk, landas minuman di dalam gelas itu. Rasanya sedikit kelat. Tubuhku terasa panas sehabis meneguknya.
"Waiter, one more," aku melambai ke arah pelayan itu.
"Cik, itu wain. Mabuk nanti," Ray menegah.
"Sedap rasanya," kataku dan meneguk segelas lagi hingga tidak bersisa di dalam gelas. Ku serahkan gelas yang kosong dan ku ambil segelas lagi.
Ray hanya mampu menggelengkan kepala dan meminta pelayan itu segera pergi.
Aku merasa badanku kian panas. Kepala mula rasa berdenyut. Semua yang ada di hadapanku terlihat berganda dan bergoyang. Aku senyum.
Rasa sedih dan kecewa yang sebentar tadi aku rasakan, kini beransur hilang. Senyumku kian lebar. Rupanya minuman yang ku minum itu mampu mengusir rasa sedih dan kecewa itu.
"Elleora," aku masih kenal wajah lelaki yang memanggil namaku ini. Lelaki yang sebentar tadi memeluk isterinya dengan sayang dan rindu.
" Kamu mabuk, El," katanya. Tangannya merangkul pinggangku. Dia cuba membawaku ke dalam pelukannya. Namun, aku menolak tubuhnya. Bau minyak wangi isterinya masih segar tertinggal pada tubuh Alger.
"Aku tak mabuk, Al. Biarkan aku sendiri. Pergi temui isterimu," aku menolak tubuhnya. Namun tenagaku habis semuanya.
💕💕💕
Alger Dmitri's POV
Teman-temanku masih berpesta sedangkan aku kini membawa Elleora ke bilik di tingkat lima Paradise Hotel. Ku baringkan Elleora di atas tilam empuk itu.
" Isterimu sudah kembali, Al. Kamu akan meninggalkan aku," Elleora meracau. Air matanya tidak berhenti mengalir melewati pipinya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, sayang," aku mengusap pipinya. Dia diam dan mula berdengkur. Matanya terpejam.
"Maafkan aku," bisikku sambil berbaring di sebelahnya. Aku menduga mungkin tadi dia sempat melihat Irene berada di dalam pelukanku.
" Jangan tinggalkan aku sendirian, Andre. Jangan tinggalkan aku. Aku selalu berharap kamu datang menjemputku," mataku yang baru akan terpejam spontan terbuka kembali.
Ku tatap wajah Elleora. Dia kelihatan begitu sedih. Dan dalam tidurnya dia menyebut nama tunangnya yang sudah tidak lagi berada di dunia ini.
" Aku mencintaimu, El. Aku mencintaimu, " aku mencium bibirnya. Di luar dugaanku, dia membuka mulutnya dan membalas ciumanku.
"Andre," bisiknya sambil jemarinya tenggelam dalam rambutku.
"Aku Alger, sayang. Alger," kataku. Ciumanku turun ke lehernya.
"Maafkan aku, Andre. Aku hampir mencintainya. Aku hampir jatuh cinta pada suami orang," aku tidak tahu mengapa dia terus meracau menyebut nama Andre. Hatiku sakit mendengar dia menyebut nama lelaki lain pada saat aku yang menyentuh tubuhnya.
"Ini aku, sayang. Buka matamu. Ini aku. Bukan Andre," aku menurunkan zip gaun yang dipakainya. Ku lorotkan hingga ke paras pinggangnya.
Cantik. Tubuh Elleora sangat sempurna, putih dan licin. Aku membuka cangkuk bra hitam yang dipakai Elleora.
Aku menelan ludah melihatnya bukit kembarnya. Tinggi menjulang dengan puting merah jambu yang terlihat masih bulat. Pasti puting itu belum pernah disentuh.
"Elleora, izinkan aku memilikimu. Bantu aku melupakan Irene," hujung lidahku menyentuh putingnya.
"Andre," keras suaranya menyeru nama Andre. Aku melepaskan putingnya dan menjauhkan tubuh darinya.
Vote dan komen.
Happy reading.Tbc....
YOU ARE READING
When Two Lonely Hearts Meet ✔️
RandomIni adalah kisah tentang Elleora Eunice yang ditinggal pergi buat selamanya oleh tunang tercinta. Dan juga tentang Alger Dmitri yang ditinggal pergi oleh isteri tercinta yang baru beberapa jam dinikahinya. " Bagiku jatuh cinta hanya sekali. Dan aku...