WTLHM 23

1.3K 53 9
                                    

Alger Dmitri's POV

"Aku pergi, Al. Aku memberi kamu peluang untuk berbahagia dengan Irine. Raihlah bahagiamu, Al," hanya itu pesanan yang ditinggalkannya untukku.

Mengapa dia tidak bertanyakan tentang hati ku sebelum dia pergi? Mengapa dia tidak bertanya apakah aku akan bahagia jika dia pergi?

Beginikah cinta seorang wanita untuk lelaki seperti aku? Meninggalkan aku dengan harapan aku akan bahagia. Akan bahagiakah aku jika jiwaku mati. Akan bahagiakah aku jika hati ku retak seribu hingga tiada lagi serpihannya untuk aku kutip dan aku cantumkan kembali.

Tika sampai di rumah Elleora, luruh hatiku melihat apa yang ditunjukkan ibu Elleora kepadaku. Satu alat ujian kehamilan dengan dua garis merah.

"Dia mengandung," tidak sedar kata-kata itu meluncur dari bibirku. Elleoraku mengandung dan dia memutuskan untuk pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata, tanpa memberitahuku bahawa ada bayiku yang dibawanya bersama.

"Al tidak pernah ingin mempermainkan Elle, ma. Al tidak pernah berniat untuk kembali pada Irine, ma," aku menangis terisak, memeluk erat tubuh wanita yang telah melahirkan gadis kesayanganku.

"Silap Al tidak menceraikan Irine sedari dulu. Namun Al berjanji, ma. Al akan membawa Elle kembali. Al tidak mahu kehilangannya, ma. Al sangat mrncintainya," aku tidak malu menitiskan air mata lelakiku.

"Hanya beritahu Al, ma. Beritahu Al ke mana Elleora pergi," kataku. Namun ibu Elleora hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Mama tidak tahu, Al. Dia hanya mengatakan ingin mengunjungi teman Andre di Indonesia," penjelasan yang membuatku sedikit lega.

Aku tahu, hanya satu nama yang akan dituju Elleora di Indonesia. Adythia..pernah beberapa kali Elleora bercerita kepadaku tentang lelaki itu. Lelaki yang kononnya diamanahkan oleh Andre untuk menjaga Elleora.

♥️♥️♥️

Elleora Eunice's POV

Akhirnya di sini aku berada. Di pulau yang selama ini menjadi destinasi impianku...Pulau Bali, yang sering disebut orang sebagai pulau cinta.

"Welcome, Yora," Adythia menghantar aku ke hotel miliknya. Aku cuba tersenyum meski senyumku terasa hambar. Jasad ku di Indonesia tetapi jiwaku tertinggal di Malaysia.

Alger, namanya sentiasa bersamaku dalam setiap langkah yang ku hayun. Dia bukan lelaki pertama yang aku cintai, namun dia lelaki yang telah memiliki jiwa dan raga ku seutuhnya.

Namun, kebahagiaannya telah kembali. Wanita yang selama lima tahun dia tunggu, akhirnya memilih untuk kembali bersamanya. Jadi, aku memilih untuk undur diri.

" Kamu kelihatan berbeza, Yora. Kamu nampak sedih," Adythia mengambil tempat di hadapanku.

"Aku okey," aku menjawab. Jus oren yang aku pesan aku hirup perlahan. Terasa sejuk mengenai tekakku. Namun tetap tidak dapat menghilangkan rasa sesak yang memenuhi dada.

" Aku teman Andre, Yora. Dia udah aku anggap sebagai saudara. Kamu bisa percaya sama aku. Sandarkan semua masalahmu di bahu ku, aku rela. Kamu nggak usah menangis sendirian," aku menatapnya lama.

"Aku salah memilih," kataku. Adythia mengerutkan dahinya. Mug berisi coklat panas yang hampir mencecah mulutnya diletakkan kembali di atas meja.

"Maksudmu?"

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan.

" Dia lelaki yang masih beristeri, Adythia," kataku sambil melarikan wajah.

" Alger?" aku mengangguk.

"Jadi, kamu tidak tahu dia ada isteri, Yora?" Aku merasakan mataku panas kembali. Andai saja aku tahu hatinya sudah dimiliki, pasti takkan ku serahkan hatiku kepadanya.

"Aku tahu dia pernah menikah, Adythia. Tapi aku fikir mereka sudah bercerai. Tapi baru-baru ini, isterinya kembali, " kataku. Tidak sanggup rasanya aku memandang pada Adythia saat matanya menatapku dengan curiga dan seribu persoalan.

" Dan ternyata mereka tidak pernah bercerai, " aku tidak dapat menahan diri. Aku terisak. Tanganku mengusap perut yang dalam beberapa bulan lagi pasti memboyot.

"Sabar, Yora. Jika dia tidak ditakdirkan untuk kamu, itu ertinya dia bukan yang terbaik untuk kamu. Ada aku di sini, Yora. Kamu boleh tinggal di sini selama mana kamu mahu."

♥️♥️♥️

Pantai Kuta terlihat begitu cantik dan terasa mendamaikan. Aku berada di antara puluhan pengunjung yang mengunjungi pantai ini.

Aku juga seperti mereka, berdiri di atas pepasir pantai sambil menikmati keindahan sunset. Cuma bezanya, mereka semua berpasangan. Sedangkan aku bersendirian. Hati mereka mungkin sedang berbunga bahagia. Sedangkan hatiku luka merana.

Pulau Dewata...semua orang memanggilnya destinasi cinta. Namun aku datang ke sini tanpa orang yang aku cintai. Aku datang ke sini dengan suasana patah hati.

"Sunset di sini memang terlihat lebih cantik berbanding di tempat lain," Adythia melabuhkan punggung di sebelahku.

Aku mengangguk mengiyakan. Sunset di Pantai Kuta memang terlihat sangat cantik. Namun pasti lebih cantik jika saat ini ada Alger bersamaku.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc...

When Two Lonely Hearts Meet ✔️Where stories live. Discover now