03_Panik

176 9 0
                                    

"kak Andini mau main ke taman bosen nih di kamar terus." Pinta Andini. Aisyah yang kebetulan sedang tak ada pekerjaan jadi ia sempatkan untuk menjenguk Andini.

"Boleh tapi hanya sebentar saja ya karena Andini harus banyak istirahat." Andini pun mengangguk.

Aisyah membantu Andini ke kursi roda yang telah ia ambil sebelumnya.

"Sini kakak bantu ati-ati ya."

"Iya kak."

"Nah sudah deh."

"Let's go kak." Teriak Andini. Aisyah pun mulai mendorong kursi roda itu menuju taman rumah sakit.

Di sini lah mereka sekarang taman yang tidak terlalu ramai. Memang tidak sih hanya orang yang lewat berlalu lalang melintasi jalan taman ini saja.

"Nah kita di sini saja ya."

Mereka memilih tempat di bawah pohon yang terdapat sebuah kursi taman di sana. Aisyah pun mendudukinya sedangkan Andini tetap di kursi rodanya.

Mereka hanya menghabiskan waktu sekedar memandang pemandangan dan bercerita.

"Kak kenapa sih Andini harus mempunyai penyakit ini. Andini mau sama seperti teman-teman Andini yang lain. Bisa bebas bermain tanpa harus banyak istirahat dan minum obat yang pahit." Ucap Andini seraya melihat ada anak kecil yang juga berada di sana sedang bebas bermain lari-larian kesana-kemari.

"Hm gimana ya kakak mulai jelasinnya."

Aisyah terdiam sejenak dan mulai memperhatikan apa yang sedang dilihat oleh Andini juga.

"Sayang semua yang ada di dunia ini sudah ada ketetapan. Semua telah diatur sedemikian rupa. Ada yang hidupnya diatas dan ada juga yang dibawah. Gini deh memang sekarang Andini sedang diuji oleh Allah melalui penyakit ini. Agar apa sayang kamu tahu nggak?"

Andini yang memperhatikan Aisyah pun menggeleng.

"Andini tahu nggak kalau selepas ujian pasti akan ada kelulusan kan."

Andini pun tahu apa yang dimaksud dari perkataan Aisyah barusan jadi ia pun mengangguk.

"Di sini Andini sedang menempuh ujian dengan penyakit ini. Untuk dapat lulus dari ujian Andini harus berusaha."

"Usahanya gimana kak?"

"Andini harus ikhtiar dengan berobat, setelah itu berdoa mohon kesembuhan kepada Allah, jika sudah Andini harus sabar dan terus berdoa memohon segera diberikan kesembuhan ya. Kita sebagai manusia harus percaya bahwa semua telah ada ketetapannya semua akan indah pada waktunya. Intinya harus tetap tawakal dan berprasangka baik kepada ketetapan Allah ya."

"Andini bahkan telah melakukan itu berkali-kali tapi kenapa Andini nggak sembuh-sembuh juga kak?"

"Bukan enggak sayang tapi belum. Pasti Andini bakal bisa sembuh dan dapat bermain seperti mereka itu. Andini mau itu juga kan?"

"Iya kak Andini sangat mau akan hal itu."

"Jadi kalau Andini mau Andini harus rajin istirahat dan minum obat itu juga salah satu cara untuk kita ikhtiar sayang. Kamu mau kan?"

"Iya Andini mau. Andini nggak mau lagi nyusahin orang tua hanya untuk berobat Andini. Jadi Andini harus sembuh iya kan kak." Ucap Andini.

Tanpa sadar pun Aisyah terharu akan perkataan yang keluar dari mulut kecil itu. Ia merasa sungguh malu terhadap dirinya yang dulu. Di saat usianya yang sama dengan Andini saat ini ia bahkan tak pernah sedikitpun menghiraukan orang tuanya. Justru berbanding terbalik dengan Andini saat ini yang harus berjuang demi penyakit yang di deritanya. Bahkan ia sempat memikirkan orang tuanya juga.

ANA UHIBBUKAFILLAH DOKTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang