08. Masalah

140 9 0
                                    

Angin berhembus lembut menyapu wajah cantik seorang wanita yang tengah berjalan menuju taman rumah sakit. Wanita itu adalah Aisyah yang mencoba mengurangi beban pikiran yang akhir-akhir ini tak menentu. Ia juga tak tahu apa yang sebenarnya menjadi beban pikirannya. Aisyah menuju bangku di bawah pohon itu. Menikmati hembusan angin yang menyapanya. Dia menengadahkan diri memandang langit cerah. Di saat itu juga ada seseorang yang menghampirinya.

"Lagi ngapain disini?"

"Dokter Adrian? Kenapa di sini?" Ucap Aisyah terkejut dengan kedatangan Adrian yang sudah berada di sebelahnya.

"Aku yang nanya duluan malah kamu balik nanya. Jawab dulu pertanyaan ku!"

"Apa?"

"Hm memang kamu tuh ya. Kamu ngapain di sini?"

"Dokter sendiri juga ngapain di sini?"

"Kamu! Aku ke sini karena melihat mu ada di sini juga, kalau kamu?"

"Kenapa saya?"

"Ah udahlah nggak usah dijawab."

"Kenapa jadi dokter yang kesal?"

"Gimana nggak kesal ngadepin orang kayak kamu ini?"

"Ya udah kalau gitu nggak usah ke sini."

"Kenapa nggak boleh? Ini kan tempat umum semua orang bisa dan boleh kesini kenapa kamu melarang ku, dan lagi kamu jangan lupakan kalau aku ini..."

"Ya saya tahu kalau dokter Adrian ini anak dari pemilik rumah sakit ini jadi silahkan mau melakukan apapun di sini. Lebih baik saya yang pergi permisi."ucap Aisyah hengkang dari posisinya.

"Eh tunggu!" Teriak Adrian namun sepertinya Aisyah tak menghiraukan sama sekali, dia tetap melangkah pergi.

"Dasar cewek aneh. Tapi manis juga kalau lagi marah kayak tadi. Cantik." Ucap Adrian di saat Aisyah sudah menjauh darinya.

Langkah Aisyah terhenti saat melihat Bu Indri berdiri di kaca ruang bayi.

"Bu Indri?"

"Ah mbak Aisyah." Balasnya mengusap air matanya.

"Ibu kenapa?"

"Gapapa mbak hanya saja?"

"Kenapa Bu?"

"Mbak bisa kita bicara sebentar di sana?"

"Iya ayo Bu."

Mereka menuju bangku tunggu yang berada tak jauh dari tempat mereka tadi.

"Beneran Bu Indri tak apa?" Tanya Aisyah lagi khawatir melihat raut wajah Indri.

"Mbak saya tahu mbak ini orang yang baik. Jika tidak mungkin mbak Aisyah nggak mau menolong saya waktu itu."

"Bu?"

"Mbak saya minta tolong rawat anak saya dengan baik. Saya mohon saya tak bisa merawatnya sendiri." Ucap Bu Indri sambil sesenggukan.

"Ada apa Bu, ibu tenang dulu."

"Saya nggak tahu harus minta tolong kepada siapa lagi? Saya nggak punya saudara di sini. Suami saya nggak pernah menginginkan anak kami lahir ke dunia ini. Selama saya hamil saya nggak memberitahukan itu kepada suami saya. Saya menyembunyikan itu semua darinya. Saya memilih pergi sementara sampai anak ini lahir. Sekarang saya harus pulang suami saya sudah mengetahui yang sebenarnya. Tapi saya nggak mau dia mencelakakan anak kami. Saya nggak mau hal itu terjadi mbak tolong saya." Cerita Bu Indri sambil menangis.

"Ibu tenang dulu semua pasti ada jalan keluarnya."

"Mbak suami saya itu orangnya nekat akan melakukan apa saja jika ia tak menginginkannya. Dia pun juga mengancam ingin menjual anaknya sendiri ke orang lain.  Saya takut nanti dia menjual anak kami ini kepada orang lain untuk mendapatkan uang. Keluarga saya saat ini sedang kekurangan biaya jadi suami saya tidak menginginkan kehadiran anak dalam rumah tangga ini. Saya nggak mau hal itu terjadi mbak."

ANA UHIBBUKAFILLAH DOKTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang