11. Jangan Cintai Aku Apa Adanya

32 8 12
                                    

--Jangan Cintai Aku Apa Adanya--
Song by: Tulus

By: lilkyuties
Genre: Romance

•••

Keramaian di tengah-tengah meja makan pada pertengahan malam menuju pergantian tahun adalah saat-saat yang akan selalu membuat seisi rumah menjadi haru. Biru, digulung kelabu, tetapi semua telah lama dibalur merah jambu.

——

“Aku belum punya pekerjaan. Aku juga nyaris di-DO. Kamu pantas untuk cari yang lebih baik dibanding aku.”

Halte bus biru yang selalu jadi saksi pertemuan kami. Haikal, pria yang aku cintai tengah duduk menatap lalu-lalang kendaraan itu mengalami fase keputusasaan. Dia terbiasa menyerahkan seluruh keputusan hubungan kami kepadaku. Dia juga tak pernah mau menjadi pihak yang mengakhiri hubungan ini, dia membiarkanku untuk memilih apa yang menurutku benar, sedangkan dia hanya bertugas untuk menerima. Aku mencintainya seperti dia mencintai ibunya.

Haikal meneruskan kuliah dengan keterpaksaan karena jurusan yang dia jalani saat ini adalah paksaan dari sang ibu. Namun, Haikal yang sangat menyayangi ibunya hanya bisa menurut sembari menyongsong senyum manis hingga dua lesung di pipinya tercetak penuh ketulusan.

Namaku Kalula Pramesti, aku seorang perempuan biasa yang jatuh cinta kepada pria yang kutemui di sebuah acara pernikahan teman SMA. Dulu, Haikal adalah kakak kelasku. Aku mulai tertarik saat melihatnya membalik salah satu halaman dari sebuah buku di perpustakaan sekolah kami.

Aku tersenyum, tangan kananku terangkat untuk menyentuh punggung tangan kirinya yang tergeletak di atas kursi halte. Dia menatapku sekilas, lalu membuang pandangan lagi ke arah kemacetan jalanan Kota Jakarta.

“Aku jatuh cinta sama kamu satu paket. Artinya, aku terima suka dan duka yang kamu berikan, aku dengarkan keluhan dan kebahagiaan yang kamu ceritakan.” Dia menggenggam tanganku. Aku semakin yakin dengan apa yang saat ini aku pilih. “Aku menerima kamu apa adanya, karena aku tau kalau manusia itu enggak ada yang sempurna.”

“Aku enggak bisa menjamin masa depan kita untuk saat ini, La,” katanya setelah menghempas tanganku. “Kamu berhak bahagia dengan laki-laki yang lebih baik.”

Senyumku tak pernah luntur. Aku tahu, terkadang aku juga begitu; merasa tidak pantas untuk Haikal.

Dengan suara lirih, aku berkata, “Kita lewati ini bersama-sama. Enggak ada yang enggak mungkin di dunia ini kalau dibarengi usaha dan doa.”

Kami melewati banyak kejadian setelah berikrar untuk saling menjaga dan percaya. Halte bus selalu jadi tempat kami bertemu. Haikal yang belum mendapatkan pekerjaan dan aku yang mulai sibuk dengan beberapa pesanan kue jadi jarang punya waktu untuk bertemu. Tempat kami untuk saling bertegur sapa adalah ponsel, halte bus, kafe, dan rumahku. Perlahan-lahan, kami jarang bertukar kabar, entah itu melalui ponsel maupun secara langsung. Pertemuan kami bahkan bisa dihitung menggunakan jari.

Aku mulai resah. Sebelum hubungan ini terjalin, aku yang menyimpan rasa lebih dahulu. Jadi, kurasa wajar di saat-saat hubungan kami terasa renggang seperti sekarang, aku takut tergantikan. Aku takut rasa cintanya memudar. Rasa yang sempat kami agung-agungkan hingga mendewa itu akan lebur oleh insan terbaru. Aku yang takut, sedangkan Haikal yang tak pernah mau ambil keputusan apa-apa tentang hubungan kami pun sama-sama kehabisan cara untuk melanjutkan ikatan ini.

Write Your Sing || ANG'S SONGFICT EVENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang