24. Winter Flower

46 7 0
                                    

--Winter Flower--
Song by: Younha ft. RM BTS

By: Sugarluve
Genre: Fantasy

•••

Hujan deras mendadak tandangi bumi Seoul yang padahal beberapa menit lalu masih disenyumi baskara—sekarang malah hilang lantaran awan-awan mendung yang kelihatan masygul berbondong-bondong datang dan tutupi si baskara. Di tengah tangisnya nabastala yang memburai bukan main, menubruk-nubruk tanpa ampun tanah dan apapun yang menempel di atasnya, orang-orang proletar sedang kebingungan mencari tempat berteduh, supaya bajunya yang punya harga cuma serimis itu tidak dibasahi air yang datangnya dari atas, atau dikotori cipratannya yang sudah menyentuh tanah dan bercampur jadi lumpur, supaya badannya tidak sakit dan masih bisa banting tulang mati-matian buat keluarganya atau buat dirinya sendiri. Orang-orang yang kastanya cuma ada pada semenjana, juga sibuk menghindar dari hujaman air—alasannya kurang lebih sama, tidak mau bajunya kotor dan badannya sakit. Sementara orang-orang borjuis tidak perlu khawatir kalau itu cuma menyoal hujan, yang penting uang di brankas mereka masih ada, sebab mereka tenang-tenang saja berada di dalam mobil, kantor, atau tempat-tempat yang jadi pusat orang-orang hedonis dan kapitalis berkumpul. Buat ibu rumah tangga yang cuma mengurus anak, suami, dan rumah, hujan deras seperti ini bakal sangat evokatif buat buru-buru keluar rumah dan ambili fabriks-fabriks yang semula sedang dijemur. Sementara kalau buat bocah yang usianya masih dibawah tujuh, hujan bakalan jadi sarana bermain cuma-cuma yang alami sekali.

"Na, jangan lari-lari!" Gadis bersurai legam sebahu itu menyusul langkah bocah lelaki yang jauh di depannya dengan agak susah payah. Ia tidak kuat berlari, dan ia tahu kalau lelaki yang seumuran dengannya itu juga sama. Tidak tahu kenapa anak yang satu itu bebal kalau dibilangi. Kalau Sea—nama gadis itu—berlari kencang begini, sih, tidak masalah. Soalnya dia cuma bakal kelelahan. Kalau larinya sambil hujan-hujanan begini, paling mentok Sea cuma bakalan demam sebentar. Namun, kalau yang begitu adalah si bocah Na yang masih saja berlari di depannya, bisa gawat—soalnya, Na Jaemin punya penyakit serius di jantungnya dan tidak boleh kelelahan.

"Tungg—astaga, Na!" Sea yang semula hanya menyusul Jaemin dengan kaki di seret paksa dan napas memburu---nyaris menyerah buat menggapai Jaemin---jadi langsung memacu langkah cepat sambil wajahnya dihiasi gurat-gurat cemas waktu lihat Jaemin ambruk mendadak.

"Nana, Nana, bangun, Na." Sea menggoncang tubuh Jaemin yang terkulai lemas. Dingin sekali waktu telapak tangan mungil milik Sea disentuhkan pada pipi kurus Jaemin yang memerah kedinginan. Gadis lima tahun itu bingung, ia tidak bisa biarkan Jaemin mati kedinginan di sana, tapi Sea juga tidak kuat mengangkat tubuh Jaemin.

Sea hampir-hampir keluarkan tangisnya, kalau saja tidak ada sepasang sepatu asing yang berhenti di hadapannya. Sea kecil mendongak dengan putus asa, dapati seorang wanita berpakaian serba hitam dan membawa payung hitam juga, tengah menatapnya sambil tersenyum tipis, lalu keluarkan suara dalam beberapa sekon kemudian, "Kenapa anak kecil duduk di tanah berlumpur begitu? Nanti Mamamu marah, loh, kalau bajunya kotor."

Sea mengusap matanya yang memerah—karena sudah hampir menangis—dengan tangannya yang basah. "To-tolong kami ...," Sea bicara dengan agak tersendat, kalap sebab sudah kehabisan akal buat bawa Jaemin ke dalam rumah atau ke mana saja, yang penting bisa menghangatkan tubuh bocah lelaki itu.

"Iya, akan kutolong." Wanita itu sedikit merunduk, mengulurkan tangan kanannya pada Sea, sementara yang kiri masih dibiarkan memegang payung. "Sini, berdiri dulu dan pegang payung ini. Aku akan gendong temanmu.

Sea manut, berdiri dengan lemas dan dengan cepat menyambar payung yang diberikan wanita itu. Sementara si wanita asing benaran menepati ucapannya dan membawa Jaemin dalam gendongan. Ia menoleh sekilas pada Sea. "Harus kubawa ke mana?"

Write Your Sing || ANG'S SONGFICT EVENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang