Seperti pagi hari pada umumnya, ketika semua makhluk hidup menjalani perannya masing-masing. Suara klakson kendaraan akibat macetnya jalanan kota yang penuh dengan asap. Atau harum masakan dari tetangga yang menyeruak masuk kedalam indra penciuman Beomgyu yang mau tak mau hanya helaan nafas yang keluar dari pribadi yang sedang berbenah ini. Menyiapkan diri guna menghadapi dunia yang ia tau tak ada jalan lain selain mengikuti alurnya.
Oke, mari kita tilik seperti apa penampilan Beomgyu pagi ini. Kaos hitam dengan luaran kemeja kotak-kotak biru dan putih yang sedikit kebesaran dipadankan dengan jeans hitam dan sepatu c*nvers. Untuk ukuran style mahasiswa dengan jurusan sastra ini sudah sangat mencolok, mengingat bagaimana mahasiswa sastra lainnya menggunakan pakaian yang rapi saat kelas. Beomgyu tak ambil pusing bagaimana tanggapan mahasiswa lain memandangnya sedikit brandal, toh ia nyaman menggunakan pakaian ini, lalu harus bagaimana lagi? Salah satu alasan Beomgyu menggunakan kemeja sebagai luaran adalah bukan semata-mata agar nampak keren, -Beomgyu sudah keren mau bagaimanapun ia berpakaian, hanya saja ia terlalu malas menanggapi dosen yang suka mengatur bagaimana mahasiswa harus berpakaian. Kalau menggunakan kemeja kan tinggal dikancingkan saja, begitu pikir Beomgyu, simpel dan terlalu masa bodoh.
Beranjak dari kamar, sebelum keluar dari hunian yang besar dan megah ini, Beomgyu selalu menyempatkan diri untuk memberi makan anjing kesayangannya. Anjing dengan ras mini pom dengan bulu putih dan coklat muda yang Beomgyu rawat sepenuh jiwa dan raga, Beomgyu sangat menyayangi anjingnya bahkan rela mati untuknya. Tidak itu terlalu berlebihan. Beomgyu menyayangi buntalan bulu menggemaskan itu karna semenjak dirinya menginjak bangku sekolah menengah atas, hanya makhluk itu yang setiap hari berada disisinya ketika ia dirumah. Anjing jantan bernama bubu ini selalu mengekori Beomgyu kemanapun ia pergi. Saat makan, menonton tv, tidur, bahkan buntalan menggemaskan itu menunggu Beomgyu didepan kamar mandi saat Beomgyu melakukan aktivitas membersihkan diri. Beomgyu sebenarnya muak karna terus-menerus diikuti, Beomgyu jadi seperti memiliki anak laki-laki kan, sangat merepotkan. Namun mengingat anjing itu pernah beberapa kali menyelamatkan Beomgyu untuk tetap hidup, membuat Beomgyu berfikir kembali saat akan menjualnya. Yah, hitung-hitung Beomgyu balas budi gitu. Tapi balas budi dengan seekor anjing berusia 5 tahun, bukankah itu terdengar sedikit konyol?
Belum selesai Beomgyu menuang sereal anjing pada wadah tempat makan berwarna biru dengan ukiran nama bubu itu, ponsel Beomgyu bergetar hebat didalam saku celananya. Dengan gerakan malas Beomgyu merogoh saku celananya dan melihat layar ponselnya yang sudah menyala dengan terangnya seolah meneriaki Beomgyu agar segera mengangkat telepon dari sambungan diseberang sana. Rasanya Beomgyu semakin malas saja melihat nama yang jela-jelas terpampang pada layar ponselnya. Sejenak beomgyu bergelut dengan pikirannya, ada apa Heuningkai meneleponnya pagi-pagi? Bukankah sudah jelas kalau ia akan berangkat kelas, mengingat hari ini ia kedapatan giliran untuk presentasi materi. Namun bukanya mengangkat panggilan dari Heuningkai, Beomgyu malah meletakan ponselnya ke atas meja, dan meneruskan aktivitasnya memberi asupan kepada sang buah hati. Namun fokus Beomgyu kembali teralihkan pada benda pintar yang tergeletak dimeja, sedikit melirik dan melihat siapa lagi yang mengganggu ketenangan hidupnya dipagi hari yang sedikit mendung ini.
Namun rasa jengkelnya seketika menghilang ketika pengelihatan Beomgyu menangkap nama Heuningkai kembali menghiasi ponselnya. Beomgyu kembali berpikir keras, apakah ada sesuatu penting yang dilupakanya? Beomgyu rasa tidak, lalu ada apa Heuningkai menghubunginya pagi-pagi dan membuat kencannya dengan buntalan menggemaskan didepannya ini rusak? Heuningkai memang tipikal orang yang sedikit cerewet dan usil, namun Beomgyu paham betul bahwa Heuningkai lebih suka mengirim pesan secara beruntun dibandingkan menelepon, bahkan ketika Beomgyu dengan sengaja tidak mengangkatnya, Heuningkai kembali menelfonnya. Mendadak jantung Beomgyu berdetak lebih cepat dan dengan segera mengangkat ponselnya dan mendekatkan pada rungunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CONCENDO || SOOGYU
FanfictionApakah mencintaimu adalah sebuah kesalahan? Lalu bagaimana aku menebusnya? Kalau harus melepasmu, itu bukanlah bukti bahwa aku mencintaimu Soobin Baiklah. Mari kita lakukan, Choi Beomgyu. Kurasa aku tertarik padamu. Namun, ketika kita usai, tidak ad...