Chapter 14

270 38 3
                                    

“Soobin hyung?”

Soobin mengangguk lantas mengunci pintu kamar Beomgyu. Berjalan mendekati Beomgyu yang masih berdiri mematung dengan bibir yang sedikit ternganga. “kau menyembunyikan sesuatu dariku, Beom?” ucapnya kala dirinya telah sampai tepat dihadapan Beomgyu.

Hembusan nafas Soobin menerpa dengan lembutnya wajah Beomgyu. Maniknya yang menatap Beomgyu tajam membuat nyali Beomgyu kian menciut. Ditambah dengan suara lembut yang sangat menusuk yang terucap dari bibir tipis Soobin. Beomgyu sungguh ketakutan.

“Jawab aku Beom.”

Suara Soobin tidaklah tinggi. Tidak juga keras. Namun penegasan yang ketara jelas membuat lidah Beomgyu semakin kelu. Jantungnya berdegup dengan kencangnya bersamaan dengan keringat dingin yang mulai menguasai telapak tangannya. Soobin sangat mengintimidasi Beomgyu dengan auranya saat ini.

“kau tidak mau menceritakannya padaku?”

Soobin berjalan ke kasur Beomgyu. Mendudukan dirinya sembari tetap memandangi Beomgyu yang masih terdiam. Dirinya meraih nakas Beomgyu dan mengambil sebuah kantung berisikan obat-obatan lantas melemparkannya kearah Beomgyu. “kalau begitu jelaskan padaku, obat apa itu” katanya saat kantung itu mendarat tepat didepan kaki Beomgyu.

Tak ada yang dapat Beomgyu katakan. Dirinya terlalu takut bahkan untuk sekedar menatap Soobin.  Ia hanya menggelengkan kepalanya lemah sembari tetap menunduk memandangi kantung yang berada dibawahnya.

Erangan penuh frustasi keluar begitu saja dari bibir Soobin, tak mengerti bagaimana menghadapi Beomgyu yang jelas sangat menutup diri. Lantas ia beranjak, mendekati Beomgyu yang justru menatapnya dengan tatapan penuh ketakutan. Namun Soobin sungguh tak tahan dengan Beomgyu yang terus membisu.

Tangan Soobin bergerak, mencengkeram lengan Beomgyu. Membawanya mendekat ke kasur kemudian merebahkan Beomgyu dengan sedikit kasar.

Jantung Beomgyu berdetak dengan hebatnya mendapati Soobin yang merangkak naik keatas tubuhnya. “apa yang akan kau lakukan?” tanya Beomgyu panik.

Namun kala wajah keduanya telah mencapai jarak belasan senti, Soobin menarik kembali kepalanya. Menghembuskan menarik nafas besar kemudian menghembuskannya secara perlahan sembari memejamkan matanya. Lantas ia turut merebahkan diri disamping Beomgyu yang masih terpaku. “kau tahu, betapa khawatirnya aku melihat kondisi kamarmu saat itu”

Beomgyu diam, mencoba menetralkan nafasnya sembari tetap mendengarkan Soobin yang sudah menutup matanya.

“Beom, jika sesuatu terjadi padamu, bisakah kau berkata kepadaku?”

Suara Soobin yang sedikit bergetar menarik atensi Beomgyu. Soobin sudah menutupi setengah wajahnya dengan lengan besarnya melintang tepat diatas matanya. Namun selang beberapa menit, Soobin menyingkirkan lengannya kemudian bergerak menarik Beomgyu mendekat kearahnya. Mendekap erat Beomgyu. Menghirup aroma tubuh Beomgyu yang entah mengapa itu sungguh memabukkan bagi Soobin.

Usapan pada punggung Beomgyu yang sungguh menenangkan membawa keberanian Beomgyu kembali pada dirinya. Ia menengadahkan kepalanya guna memandang Soobin. Netranya menatap lekat manik Soobin yang nampak sendu yang entah mengapa melukai perasaan Beomgyu. “maafkan aku, Bin” ucapnya yang kemudian mengecup singkat birai pribadi dihadapannya.

Kerutan pada dahi Soobin menjadi bukti reaksi kebingungannya terhadap ucapan Beomgyu. “Maaf untuk?”

“karna aku sudah membuatmu khawatir, dan aku mohon, jangan tanyakan apapun tentang penyakitku. Bisakah kau menganggap hal kemarin tidak pernah terjadi?”

“kenapa?” tanya Soobin yang kemudian merenggangkan pelukannya.

Namun tidak ada jawaban dari Beomgyu. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian mendudukan dirinya.

Helaan nafas tak ketara terhembus begitu saja. Soobin turut mendudukan dirinya, menatap Beomgyu yang memunggunginya. Berusaha mendekatkan dirinya kembali. Meraih Beomgyu kembali dalam dekapannya, namun yang didapatkannya ialah Beomgyu yang melepaskan dirinya.

“Bin” panggil Beomgyu.

“maafkan aku, tapi aku mohon jangan campuri rahasiaku” lanjutnya yang kemudian membungkam bibir Soobin dengan ciumannya kala ia mendapati Soobin hendak melancarkan protesnya.

Namun sepertinya Beomgyu salah perhitungan. Awalnya tujuan Beomgyu ialah hanya agar Soobin tetap diam, namun kini lumatan itu kian memanas. Hingga akhirnya Beomgyu telah berada pada kungkungan Soobin. Soobin mengakhiri ciumannya, memberikan keduanya kesempatan untuk sekedar menghirup nafas. Ia menyatukan dahinya dengan dahi Beomgyu. Menatap Beomgyu yang masih memejamkan matanya dengan nafas terengah.

Tak berhenti sampai disitu, Soobin kembali melanjutkan kegiatannya kala menyadari bahwa nafas Beomgyu sudah menjadi lebih tenang. Ciumannya kian mendalam, tangan Soobin bergerak menelusup masuk kedalam kaos putih Beomgyu. Mengusap lembut kulit perutnya dengan tangan yang satu digunakannya sebagai tumpuan tubuhnya agar tidak jatuh menindih Beomgyu. Bibirnya dengan lihai menelusuri leher jenjang Beomgyu.

Kecupan-kecupan ringan dengan sedikit gigitan-gigitan yang menggelitik, membuat Beomgyu meremang. Beomgyu menggigit kuat bibir bawahnya, menahan sekuat tenaga desahan yang seolah hendak terluncur darinya. Beomgyu menampar kuat dirinya pada alam bawah sadarnya, berusaha menekan segala buncahan dalam dadanya kala Soobin dengan sengaja menggesekkan milik keduanya.

Keduanya seolah dibutakan oleh nafsu yang terbakar secara perlahan. Namun seketika kegiatan yang mereka lakukan terhenti tepat ketika Soobin menyibak kaos putih Beomgyu. Mendapati banyak luka goresan yang sudah mengering, Soobin terhenyak bersama dengan nyeri yang menggerogoti dadanya. Perasaannya terluka.

Menyadari dirinya yang sudah tertangkap basah oleh Soobin, Beomgyu lantas dengan cepat menutup kembali pakaiannya. Membenahi cardigan coklat yang sudah hampir terlepas dari lengannya. Namun tangan sigap Soobin jauh lebih cekatan. Dicekalnya lengan Beomgyu kiri Beomgyu guna memberhentikan gerakannya, dengan tangan yang satunya lagi menarik kembali cardigan Beomgyu kemudian melepaskannya secara paksa.

“jelaskan padaku Beom” ucap Soobin frustasi. “kumohon”

Hening. Beomgyu benar-benar mengunci rapat mulutnya. Membuang pandangnya menatapi marmer kosong disamping ranjang. Beomgyu tahu dengan jelas, kekasihnya tengah menangis lirih.

“tidak bisakah kau membagi sedikit kesulitanmu padaku?”

Beomgyu tidak bergeming. Bukannya menjawab, ia justru mengeratkan rahangnya. Pandangannya memburam bersamaan dengan cairan bening yang dengan leluasa terjun berjatuhan melintasi pipi tirusnya.

“hyung”

Soobin memandang Beomgyu yang telah menatapnya dengan tatapan teramat sendu.

Air matanya terus berjatuhan “maafkan aku”.

Tangan Soobin bergerak meraih tubuh mungil Beomgyu. Mendekap erat Beomgyu yang masih terus menuangkan air matanya. “tidak, jangan meminta maaf padaku” ujarnya menenangkan dengan tangannya yang terus mengusap punggung Beomgyu yang bergetar akibat tangisannya. Mengecupi puncak kepala Beomgyu dengan penuh kasih.

Ia berusaha menyalurkan kekuatan untuk kekasihnya. Namun seketika ia membatu mendengar penuturan Beomgyu. Nyeri pada dadanya kembali menguasai perasaannya. Ngilu mulai merambati ulu hatinya. Soobin menangis.

“maafkan aku hyung, tapi mari kita selesaikan saja sampai disini”













TBC

Huaaaa kapalku karam 😭😭

Kalo caa yg diintimidasi gini, ya sudah meninggal saya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo caa yg diintimidasi gini, ya sudah meninggal saya :)

CONCENDO || SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang