Chapter 10

338 44 8
                                        

Ramai. Kantin sungguh penuh dengan manusia pemburu hidangan lezat tak pernah menampakkan lenggang barang sedikit untuk sekedar memberikan sisi ketenangan bagi para koki-koki yang sibuk didalam kiosnya masing-masing. Begitu pula Beomgyu yang sedang berselera untuk menjejalkan olahan makanan kedalam perutnya, mulut yang tak berhenti mengunyah dengan selingan senyum tipis yang tergambar jelas disetiap tarikan bibirnya. Heuningkai yang sedari pagi bersama Beomgyu pun terlampau heran menghadapi sikap tak wajar Beomgyu yang seperti tersipu dengan sendirinya.

Masa bodoh dengan segala asumsi yang nyaris semuanya membentuk opini nyata oleh pria dihadapannya, Beomgyu menyelesaikan makannya dengan cepat dan melenggang pergi begitu saja enggan untuk menimpali pertanyaan-pertanyaan yang sudah dilontarkan Heuningkai berkali-kali. Memilih untuk kembali ke kelas untuk menunggu kuliah terakhirnya hari ini, ketimbang terus bersama Heuningkai yang malah akan membuat suasana hatinya menurun. Beomgyu tidak ingin bunga-bunga disekitar dirinya hilang lantaran kesal menghadapi jiwa penasaran dan kebar-baran Heuningkai. Dirinya akan memberitahukan berita bahagia itu kepadanya, tapi tidak untuk saat ini. Bisa-bisa Heuningkai berteriak keras dan mengundang atensi seluruh kantin, lalu menyebarkan gosip-gosip murahan yang hanya akan memekakan telinga. Sungguh itu menyeramkan.

Ketika lamunan seringkali menghinggap tanpa tahu waktu, presensinya kembali tersentak tatkala merasakan tangan besar jatuh melingkar pada perpotongan leher Beomgyu. Kerutan kecil didahi menjadi sebuah tampilan yang mewakilinya dengan perasaan terheran. Lantas dirinya menolehkan pandangnya menghambur kepada pribadi tinggi disampingnya yang kini telah mendempelkan diri kelewat lengket pada sisi kiri diri Beomgyu.

“kau sudah gila?”

Seramah-ramahnya Beomgyu, kalimat itulah yang secara reflek terlontar keluar dari mulut manisnya. Pun dirinya berusaha melepaskan diri dari kekangan tangan kekar Soobin. Benaknya sudah dipenuhi dengan perasaan tak nyaman kala pengelihatannya menangkap raut keterkejutan dari orang-orang disekitarnya. Mengutuk Soobin yang malah mengumbar senyum kelewat lebar kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya.

“nanti pulang bersamaku ya? Mobilmu titipkan saja pada sahabatmu” ujar Soobin begitu dengan tetap menyapa dengan ramahnya mahasiswa lain yang mereka lewati.

ah.. Sepertinya aku tidak bisa”

Sejujurnya tidak ada alasan bagi Beomgyu menolak Soobin, hanya saja dirinya masih merasa sangat canggung. Beomgyu masih dipenuhi dengan bunga-bunga cantik, pun ia yakin pipinya masih merona bila mengingat apa yang terjadi semalam. Bila diingat-ingat, selepas meresmikan hubungan Soobin lantas mengantar Beomgyu pulang kemudian Beomgyu tertidur dengan pulasnya. Hanya itu. Oh tidak jangan lupakan kecupan manis pada pipi Beomgyu yang dibubuhkan Soobin sebelum dirinya memasuki rumahnya. Hanya kecupan, bahkan merekapun pernah berciuman. Namun Beomgyu sungguh bahagia karnanya.

Namun sepertinya penolakan bukanlah hal yang bersahabat dengan Soobin, pribadi itu menggelengkan kepalanya kala mendengar jawaban Beomgyu. Melepaskan lengannya kala keduanya telah mencapai ambang pintu kelas Beomgyu. Merapikan anak rambut Beomgyu yang sedikit berantakan akibat terpaan angin. “akan ku tunggu pintu utama” ucapnya yang kemudian berlalu meninggalkan Beomgyu.

Dengusan pelan tak ketara terdengar pelan seraya Beomgyu memejamkan mata sekejap sebelum melangkahkan kaki memasuki ruang kelas yang masih sepi untuk mendudukan diri pada kursinya. Ini bukanlah keadaan yang baik, meskipun Beomgyu sudah berusaha dengan sangat kuat untuk tidak tersipu, namun nampaknya itu tidak bekerja dengan baik kala dirinya mendapati jantungnya berdebar terlampau hebat. Setidaknya Beomgyu harus bersikap normal agar Heuningkai tidak kembali menjejalinya dengan pertanyaan yang tak dapat dijawabnya.

•••

Sudah menjadi konsumsi khalayak umum ketika sesuatu hal yang dianggap asing akan disorot sekian dalamnya seakan dieksekusi. Pandangan dari berpasang-pasang mata seakan menghujami diri yang tidak dapat berkutik, seolah menelan segala asumsi yang secara otomatis menyorot padanya. Sebetulnya Beomgyu hanya mendapat tumpangan pulang dengan sedikit paksaan, barangkali. Namun jika diingat, Beomgyu sebelumnya pun menolak secara halus. Pun Soobinlah yang memaksakan kehendaknya agar dapat mengantar Beomgyu. Kendati Beomgyu tidak dapat mengelak pula jika sebetulnya hasrat dirinya sangat menginginkan waktu berdua seperti saat ini. Namun bila mengetahui akan terjadi situasi tersorot puluhan tatap mata dengan pandangan terkejut pun penasaran tergambar jelas, Beomgyu lebih memilih mengubur dalam-dalam keinginannya.

“tidak usah dipikirkan. Mereka hanya terkejut karena kita pulang bersama” ucap Soobin sembari mengelus punggung tangan Beomgyu.

Beomgyu yang tersadar dari lamunannya pun mengangguk sembari berusaha mengulas senyum. Memandangi Soobin yang memberikan penuh fokusnya mengemudikan mobil. Menautkan jemarinya dengan jemari Soobin yang masih mengelusi tangannya, dan berusaha mengembalikan moodnya. Nyatanya bunga-bunga disekitar Beomgyu tetap hilang meskipun hal itu disebabkan bukan karena Heuningkai.

Soobin sungguh menyadari suasana hati Beomgyu yang memburuk. Namun melihat Beomgyu yang menautkan telapak tangannya dengan telapak milik Beomgyu, membuatnya tersenyum kelewat manis. Melirik angka pada detikkan hitungan mundur lampu merah yang masih menampilkan angka delapan puluh menandakan waktu lampu berganti hijau masihlah lama. Melirik Beomgyu dari sudut matanya lalu sejurus dengan itu Soobin menarik genggaman tangannya, mencium punggung tangan Beomgyu cukup lama.

Mendapati tatapan terkejut Beomgyu yang kemudian melepaskan tautan tangannya, pun Soobin tak kalah lihai. Mengambil kesempatan dengan sangat cerdik, dirinya dengan tepat mendaratkan ciuman pada ranum Beomgyu. Menahan tengkuknya dengan sebelah tangannya dan memperdalam ciumannya. Suasana didalam mobil pun kian memanas kala Soobin telah mengubah tempelan singkat itu menjadi lumatan-lumatan yang berdecakan. Menyadari Beomgyu yang telah mendaratkan pukulan-pukulan ringan pada dadanya, dengan itu Soobin menyudahi ciumannya dan kembali melajukan mobilnya.

“kita makan dulu ya” ucap Soobin yang berusaha mencairkan suasana canggung yang ketara jelas.

Beomgyu menoleh, sekedar mengamati wajah Soobin yang ternyata jauh lebih tenang dari bayangannya. “kau lapar?” tanya Beomgyu dengan susah payah menahan nafasnya yang masih memburu.

Soobin mengangguk singkat, kemudian melirik Beomgyu yang malah membuang mukanya. “apa kau mau memaksakan ku?”

“tidak” jawab Beomgyu dengan cepat.

“kenapa?”

Beomgyu mengambil nafas besar sebelum akhirnya berucap lirih. “aku hanya bisa membuat ramen”

Mendengar hal itu membuat Soobin mendecih remeh, memandang Beomgyu dengan pandangan penuh ejekan. “kalau begitu buatkan aku ramen yang enak”

Dengan sedikit menimang Beomgyu lantas mengangguk pelan diiringi senyum hangat yang kerap kali disuguhkannya khusus untuk Soobin. “baiklah, kalau begitu cepat, bin”

Tentu Soobin tersenyum teramat merekah dengan nafas yang berhembus gemas. Soobin menyukai itu. Panggilan manis yang baru saja terucap keluar dari bibir mungil Beomgyu. Entah mengapa memberikan efek menggemaskan tersendiri baginya.





















TBC

Oke segini dulu 😂
Sekian

Btw ya, INI KENAPA BEOMGYU GANTENG BANGET

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw ya, INI KENAPA BEOMGYU GANTENG BANGET.

Terimakasih kepada teman aku yg udah nge edit ini. Ku doa akan kamu jodoh Beomgyu!

TAPI YANG VOTE LEBIH BANYAK AKU DOAINNYA!! ^^

CONCENDO || SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang