Chapter 8

374 44 7
                                        

Seperti biasa kala cakrawala tergores oleh lukisan jingga, suasana istana persinggahan Beomgyu tetap hening. Bahkan bubu, satu-satunya pembuat suara sekaligus penghidup rumah itu sedang dalam mode senyap karena kekenyangan, pun ikut memasarahkan perut buncitnya pada karpet berbulu ruang tengah Beomgyu. Beomgyu hanya memainkan ponselnya, terlampau bosan menanti seseorang yang telah memintanya meluangkan waktu pada hari libur yang seharusnya dapat Beomgyu isi dengan tidur panjang.

Sejenak Beomgyu menoleh kearah jendela kaca besar yang pemandangannya mengarah langsung pada halaman samping. Belum terlalu jingga untuk disebut senja, namun sudah tak terlalu terang untuk disebut sore. Beomgyu mengedarkan pandangnya menatap jam berlonceng yang berada pada perpotongan dinding, jarum pendeknya berada diantara angka empat dan lima. Itu artinya Beomgyu sudah menunggu selama sembilan puluh menit. Namun tak berselang lama, dentingan bel tertangkap indra pendengar Beomgyu. Memaksa Beomgyu meletakan ponselnya lantas bergegas berjalan kearah pintu putih didepan sana. Diikuti dengan bubu yang antusias mengekor.

Belum genap papan itu tersibak nyaris seutuhnya, buntalan berbulu itu sudah jauh lebih dulu menggonggong dengan mengibas-ibaskan ekornya. Seolah mengenali Soobin yang menampakkan senyum berlesungnya, anjing itu berputar senang didekat kaki Beomgyu. Bubu memang anjing yang terlalu ramah, bahkan mungkin bubu akan menyambut hangat maling jika rumah Beomgyu kerampokan. Sungguh sangat berkebalikan sekali dengan pemiliknya yang kelewat cuek.

“kau sudah siap?” tanya Soobin kala keduanya -ralat, ketiganya berjalan kearah ruang tengah. Dengan begitu anggukan kuat disuguhkan Beomgyu dengan senyum tipisnya.

“pakailah jaket, aku tidak ingin kau kedinginan” Soobin berucap sembari dirinya gemas- mengelusi puncak kepala bubu yang terduduk diam dihadapannya.

“memang kita akan kemana?”

“ketempat yang akan kau suka”

Beomgyu mengangguk paham, berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil baju hangat yang akan dikenakannya. Diam-diam menyulam sedikit senyuman tipis dengan perasaan berdebar di dadanya. Bagaimana Soobin mengetahui apa yang disukainya menjadi pertanyaan yang berlabuh diotaknya.

Soobin mengamati Beomgyu lekat. Meniti penampilan Beomgyu dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya. “kau” Soobin menjeda ucapannya sejenak dan kembali menatap dalam Beomgyu “tampan sekali sore ini”.

Beomgyu tertohok, pun tersedak ludahnya sendiri. Terbatuk kuat sembari tangannya yang memegangi dadanya. Menatap Soobin horor bersamaan dengan muka yang memerah. Soobin tertawa hebat hingga ia yang tadinya sudah berdiri pun kembali terduduk dengan tangannya yang memegangi perutnya.

“hiss dasar. Menyebalkan!” Beomgyu meninggalkan Soobin, berjalan keteras rumahnya dengan langkah kasar.

Soobin yang menyusul Beomgyu, datang dengan tawanya yang masih tertinggal lantas berjalan ke arah mobilnya. “aaah maafkan aku” ucapnya bersamaan dengan tawa pelan yang masih senantiasa bertahan.

“terserah” Beomgyu berucap sebari tangannya yang bergerak memasang sabuk pengaman.

“tapi sungguh kau tampan sore ini” Ucap Soobin dengan dirinya yang masih memberikan penuh fokusnya terhadap jalanan didepan.

“diamlah!” Beomgyu memalingkan wajahnya menghadap jendela. Menyembunyikan wajahnya yang sudah ia yakini memerah akibat ulah dari perkataan Soobin. Menatapi jalanan yang sedikit ramai dengan berbagai kendaraan, juga trotoar yang tak sedikit manusia berjalan diatasnya.

Menyadari suasana yang kian menjadi sunyipun Beomgyu bergerak hendak menyalakan radio mobil. Namun gerakannya terhenti kala dirinya menyadari ada yang berbeda dari mobil Soobin. Mengamati keadaan Mobil yang menurutnya asing, lalu mengedarkan pandangnya meniti lekukan demi lekukan mobil yang ditumpanginya membuatnya menyadari ini bukanlah mobil hitam yang biasa Soobin kendarai.

CONCENDO || SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang