Sepuluh hari. Kala manik gelap itu menatap kosong kalendar pada dinding didekat dapurnya, pundaknya kembali tertunduk lesu. Semenjak hari itu, tidak pernah Beomgyu menemukan Soobin pada selasar lorong kelas, tidak pernah pula Beomgyu melihat batang hidung Soobin pada kantin yang selalu Soobin kunjungi. Tidak ada telepon yang berdering, tak ada pula kunjungan nyata maupun tak nyata Soobin padanya. Lewat mimpi contohnya.
Tidak ini tidak benar. Tak ada satupun pesan masuk pada ponselnya, pun dirinya terlalu takut untuk terlebih dulu mengambil sebuah langkah inisiatif diri untuk memberikan barang sekedar kabar untuk Soobin. Bukannya ia enggan, namun memang pada kenyataannya Beomgyu memanglah tipikal pribadi yang dengan sangat sabar memberikan seluruh waktunya untuk menanti barang sesingkat-singkatnya pesan dari kekasihnya. Ia akan dengan rela memberikan rasa sakit pada hatinya sendiri dengan cara menunggu, yang bahkan Beomgyu tahu bahwa sangatlah kecil kemungkinan bahwa Soobin akan terlebih dahulu memberikan kabar.
Tak apa, setelah insiden yang meluluh lantahkan seluruh dinding hati Beomgyu hari itu, ia mulai kembali pada hari-hari dimana ia hanya dapat memandang Soobin dari jauh. Pada awalnya Beomgyu menangis, namun kemudian tidak lagi. Entah mengapa air matanya tak lagi keluar meskipun ia menginginkannya. Semenjak hari itu Beomgyu kembali disadarkan pada kodrat-kodrat yang memang tak tertulis namun tak mudah juga untuk dilanggar. Beomgyu pikir memang seperti inilah keadaanya.
Namun ketika tungkainya menapak pada balok kedua anak tangga, rungunya menangkap dengan jelas deru mobil yang mulai terparkir pada halaman rumahnya. Tak dapat Beomgyu pungkiri, hatinya banyak sekali mengharapkan kedatangan pria yang telah menghilang selama sepuluh hari itu. Lantas dengan langkah yang sedikit tergesa, kaki-kaki rampingnya membawa dirinya pada ambang pintu. Tangannya terulur, membuka pintu yang selalu ia tutup dengan rapat. Dan dengan sepersekian detiknya hati Beomgyu mencelos hanya dengan memandang Soobin yang dengan sangat tak berdosanya, menyunggingkan senyum yang teramat manis.
Sejujurnya, saat ini lah yang telah Beomgyu nanti selama beberapa hari kemarin. Ketika Soobin datang kembali kepadanya, ia akan dengan sangat berani menapar Soobin dengan kata-kata teramat menyakitkan. Meminta penjelasan dengan menghilangnya Soobin dan maksud dari segala ruang obrolan Soobin dengan Kang Aera-seseorang yang Soobin namai pada ponselnya dengan dibubuhi tanda hati yang berwarna merah.
Namun kala netranya bertemu dengan jelaga hitam Soobin. Ia tak dapat mengelak bahwa ia kembali terperosok. Lagi dan lagi. Dan mungkin akan terus begitu. Pesona Soobin yang sungguh Beomgyu puja. Kembali menjatuhkan hatinya pada pria dihadapannya yang masih senantiasa berdiri memandang Beomgyu dengan senyum indahnya yang masih terlukis dengan jelas. Bahkan tangan besar Soobin mulai bergerak merengkuh tubuh mungil Beomgyu. Ia tak mampu menolaknya. Ia membenci Soobin, namun jauh didalam hatinya, ia jauh lebih mencintai Soobin.
Dan dengan segala apa yang telah Beomgyu persiapkan untuk hari ini, dirinya memutuskan untuk menerima Soobin kembali. Menganggap bahwa ia tak melihat apapun, dan tak ada yang terjadi pada hari itu dan hari-hari setelahnya. Beomgyu memaafkannya.
•••
Sesuatu dalam diri Soobin berteriak, memohon beribu-ribu maaf pada pribadi yang sedang tertidur di pangkuannya. Sesosok Beomgyu yang berada dalam pandangannya terasa berbeda. Meskipun Beomgyu selalu menyunggingkan senyumnya hari ini, namun dapat Soobin rasakan Beomgyu kini tengah mati-matian menahan hatinya yang teramat sakit. Tubuhnya bergerak, ia bernyawa. Namun tidak hidup. Sorot tatap teduh Beomgyu telah sirna, gerak tubuhnya tak lagi memiliki semangat.
Tak dapat Soobin pungkiri bahwa faktanya dirinyapun terluka. Ia sungguh tahu dengan jelas penyebab hilangnya sinar Beomgyu. Itu karna dirinya. Dengan sangat sadar Soobin mengutuk sisi ketidak-pekaan nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CONCENDO || SOOGYU
FanfictionApakah mencintaimu adalah sebuah kesalahan? Lalu bagaimana aku menebusnya? Kalau harus melepasmu, itu bukanlah bukti bahwa aku mencintaimu Soobin Baiklah. Mari kita lakukan, Choi Beomgyu. Kurasa aku tertarik padamu. Namun, ketika kita usai, tidak ad...