Chapter 6

428 46 6
                                    

Angin berhembus kencang menyibakkan anak rambut Beomgyu. Netranya terpejam merasakan kulit lembutnya terbelai halus dedaunan kering yang ikut beterbangan di sepanjang jalan. Beomgyu duduk manis pada salah satu meja didepan salah satu cafe. Meminum segelas frappe dengan maniknya yang terus menatapi awan-awan gelap yang mulai berkumpul. Alih-alih cerah, cuaca siang kota Seoul hari ini sangat meleset dari ramalan cuaca yang disiarkan pada acara berita di televisi pagi tadi.

Melihat penampakan langit yang kian menghitam membuat Beomgyu berfikir hujan akan segera turun. Menimpa tiap apa yang menapaki tanah, menghukum tiap makhluk yang berada dijalanan untuk tetap berada dibawah naungan atap. Padahal tidak ada yang menyakiti langit, namun tiap kali petir menampakkan kilatnya, langit akan menangis.

Beomgyu bersiap hendak berteduh, berpindah tempat ke dalam cafe ketika seorang pelayan mendatanginya mengatakan telah mempersiapkan tempat untuknya karena hujan akan segera turun. Namun baru selangkah kakinya menapak, lengannya dicekal dengan tangan yang lebih besar. Beomgyu menolehkan pandang menatap pria berlesung yang menampakkan senyum kelincinya. Masih dengan almamater kampus yang ia tenteng bersama dengan tas ransel biru tuanya yang tersangkut indah pada sebelah bahunya. Beomgyu menyimpulkan, Soobin langsung pergi ke rumah sakit setelah ia menyelesaikan kelasnya.

"Aku berubah pikiran, bagaimana jika kita ke apartemenku saja. Sebentar lagi akan turun hujan" Soobin menengadahkan kepalanya dengan mengangkat sebelah tangannya, membalikkan telapak seolah-olah sedang menerima rintikan tangisan langit.

"Baiklah, tapi aku sudah memesankan kau susu almond tadi"

"oh ya? Mana?"

"belum sampai, aku bilang kau akan datang terlambat jadi mungkin pesanannya baru dibuat"

"kalau begitu tunggulah di mobil, aku akan mengambilnya dan membeli kue" Soobin berjalan mendahului Beomgyu.

"aku ikut kau saja" perkataan Beomgyu membuat Soobin menghentikan langkahnya, membalikkan tubuh menghadap Beomgyu yang berdiam diri menerima titik-titik air yang mulai berjatuhan.

"tidak, tidak. Aku tidak memiliki payung, sebentar lagi akan deras. Nanti kau kehujanan" ucap Soobin sembari mendorong Beomgyu ke mobilnya yang terparkir indah di bahu jalan, membukakan pintu dan memaksa Beomgyu mendudukan diri di samping kursi kemudi lalu meninggalkan Beomgyu secara sepihak.

•••

Nampaknya langit sangat tersakiti siang ini. Hujan lebat mengguyur kota Seoul sejak dua jam terakhir. Mencetak embun tebal yang menginvasi hampir keseluruhan jendela kaca apartemen Soobin. Membuktikan temperatur udara terlampau dingin di luar gedung tinggi itu.

Dua pria duduk berjejer dengan masing-masing berselimut hijau dan kelabu nampak menatapi layar besar dihadapannya. Gambar-gambar elok yang ditampilkan memberikan ketegangan tersendiri bagi masing-masing pihak. Gerakan-gerakan sensual dan erangan-erangan erotis cukup memberikan dampak buruk bagi kinerja otak bagi keduanya.

Beomgyu bergerak gelisah dalam keterdiamannya. Merasakan sesuatu yang mulai menyesakan pada celananya. Tayangan ini tidak baik untuk kondisi biologis dirinya saat ini. Pun Beomgyu tidak mengerti bagaimana ia akhirnya menyetujui untuk menonton film ini.

Bermula saat mereka memakan kue bersama dan memainkan permainan truth or dare. Beomgyu yang kalah memilih truth sebagai pilihannya dan mendapatkan pertanyaan kurang ajar dari Soobin tentang pengalaman seksualnya. Dan Beomgyu berkata bahwa ia bahkan tidak pernah bercumbu. Jangankan bercumbu, untuk berpacaran saja Beomgyu tidak pernah melakukannya. Jawaban Beomgyu tidak sepenuhnya salah mengingat Beomgyu memiliki BG dalam dirinya yang sering membuatnya melakukan hal kotor, namun Beomgyu tidak pernah merasakannya. Bahkan untuk mengingat apa yang dilakukan BG saja Beomgyu memerlukan terapi khusus dari dokter Kim. Jadi anggap saja Beomgyu tidak pernah melakukannya.

CONCENDO || SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang