Prolog

1.5K 115 9
                                    

Pintu putih itu terbuka, menampakan sesosok anak laki-laki masih dengan setelan seragam sekolah menengah pertamanya, takut-takut memasuki ruangan bernuansa coklat muda itu. Seseorang dengan setelan rapih berbalut jas putih itu tersenyum manis melihat anak laki-laki yang berani datang seorang diri ke ruang kerjanya. Hal ini patut mendapatkan apresiasi yang luar biasa, pasalnya untuk memiliki niatan datang ke ruang kerja dokter Kim bukanlah hal yang mudah mengingat minggu lalu pribadi yang masih setia menggenggam gagang pintu itu memiliki diagnosa awal gangguan kecemasan anxiety. Lantas dokter Kim mempersilahkan pribadi itu untuk masuk dan duduk di kursi sofa yang tersedia di ruang kerja dokter Kim. Tidak ada yang berubah dari pribadi di hadapannya sejak terakhir mereka bertemu minggu lalu. Ia tetap diam dan was-was terhadap apapun, termasuk kepada dokter Kim.

"Beomgyu" panggil dokter Kim

Beomgyu mendongak menatap mata dokter Kim sejenak kemudian kembali menunduk, memainkan kuku ibu jarinya yang secara tidak sadar ia gesekkan pada jari telunjuknya hingga kulitnya memerah.  Beomgyu sebetulnya tidak terlalu takut untuk menemui dokter Kim, ia hanya tidak suka dianggap memiliki penyakit. Itu sungguh memalukan.

"Terimakasih karna sudah datang kembali, kau tau? Aku mengkhawatirkanmu selama seminggu ini, ku pikir kau tidak akan datang." Ucap dokter Kim dengan kesungguhan yang mampu dirasakan Beomgyu dalam diamnya.

Beomgyu tidak mampu menimpali apapun selain menganggukkan kepalanya. Entah mengapa Beomgyu merasa sangat canggung ketika berhadapan dengan dokter tampan ini. Jika dilihat-lihat dokter Kim sedikit mirip dengan member BTS bernama Jin, namun tetap saja dokter Kim kalah saing jika di sandingkan dengan idol penyandang gelar world wide handsome tersebut.

Secara tiba-tiba, dokter Kim beranjak dari sofa dan melepas jas kerjanya, lantas bersiap diri seperti hendak pergi dari ruangan tersebut. Beomgyu hanya diam sembari mengamati aktivitas yang di lakukan oleh dokter Kim, sedikit bingung pasalnya ia terlihat seperti akan ditinggal pergi oleh pskiatri nya sementara ia datang untuk berobat, lantas ia harus bagaimana?

Sepertinya dokter Kim sadar bahwa dirinya sedang diamati oleh anak laki-laki yang duduk manis di sofanya. Dokter Kim dengan sengaja membiarkan Beomgyu hanyut dengan pikirannya sendiri, berharap pribadi itu berucap satu dua patah kata saja hingga akhirnya dokter Kim telah menenteng tas kecil dan berjalan ke arah pintu, namun Beomgyu tetap menatap dokter Kim dengan tatapan tanya kelewat nyata -kau akan meninggalkanku?

Baiklah dokter Kim ini sepertinya terbuat dari setumpuk kesabaran yang luar biasa. Buktinya saat Beomgyu tetap diam dan masih duduk pada posisinya dengan menatap dalam dokter Kim, dokter itu masih dapat berucap kelewat lembut.

"Kau tidak ingin ikut?" Tanya dokter Kim kepada Beomgyu.

Dengan sengaja dokter Kim membuat kalimat pertanyaan seperti itu agar Beomgyu mengeluarkan barang sekata saja, tidak melulu mengangguk dan menggeleng lalu melukai jari telunjuknya sendiri.

"Aku kesini untuk berobat" jawab Beomgyu singkat.

Dokter Kim terkejut mendapati jawaban Beomgyu. Jika orang lain akan bertanya mengenai tujuan mereka untuk pergi, atau sekedar menanyakan alasan mereka akan meninggalkan ruang terapi tersebut. Lain halnya dengan Beomgyu. Kali ini dokter Kim dapat menangkap bahwa pribadi dihadapannya merupakan orang yang tergolong apa adanya dalam mengungkapkan isi pikirannya.

"Kita harus mencari alternatif lain Beomgyu-ssi, dalam catatanku banyak kemungkinan kau tidak hanya memiliki satu gangguan saja. Maka dari itu, aku mengubah metode terapi ku. Kau pasti tidak nyaman dan merasa canggung bila aku hanya menanyaimu seperti minggu lalu" jelas dokter Kim

Mendengar hal itu Beomgyu lantas menarik bokongnya dari nyamannya sofa ruang terapi dokter Kim dan ikut masuk kedalam mobil dokter Kim.

Dokter Kim hanya mengajaknya berkeliling kota Seoul sembari mengomentari apapun yang terlihat oleh mata mereka. Dan tanpa Beomgyu sadari, dirinya tidak lagi diam, dengan secara tidak sadar membuka dirinya kepada dokter Kim dan membiarkan dokter Kim menilai dirinya.

CONCENDO || SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang