Menurut rencana awal, kami akan pulang tepat pukul delapan. Namun siapa sangka, kami baru sampai di rumah Okaa-san hampir mendekati tengah malam. Tidak heran beliau langsung keluar begitu mendengar derum motor Eiji sensei berhenti di luar pagar rumah berlantai dua itu.
"Ke mana saja kalian selarut ini baru pulang?" tanya Okaa-san begitu tiba di depan pintu pagar sambil melipat tangan ke depan dada dengan dagu agak dinaikkan. "Apa kalian berdua tahu betapa paniknya aku begitu pulang dan mendapati rumah dalam keadaan kosong dan tanpa ada kabar apa pun dari kalian?"
"Semua salahku, Hitomi. Tidak seharusnya aku mengajak Hiroshi jalan-jalan ke taman hiburan malam sampai selarut ini. Aku tahu dia masih harus berangkat sekolah besok pagi," sahut Eiji sensei sambil turun dari motor dan perlahan mendekati Okaa-san. "Lain kali aku akan izin dulu padamu kalau ingin mengajak pergi putramu."
"Aku tidak marah padamu, Eiji-san. Hanya cemas saja. Pikiranku langsung ke mana-mana saat aku pulang dan tidak menemukan Hiroshi di ruangan mana pun. Padahal biasanya dia selalu berada di rumah setiap aku pulang dari tempat kerja. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Kau tahu, dia selalu dibuli teman sekelasnya ketika berada di sekolah. Jadi--"
"Aku baik-baik saja, Okaa-san. Sejak awal kami memang sudah sepakat akan pulang pukul delapan tepat, tapi Okaa-san tahu sendiri kan bagaimana taman hiburan malam? Penuh sesak. Untuk beli tiket saja butuh waktu sampai setengah jam, belum lagi mengantre untuk naik ke wahana permainan yang kita inginkan. Jadi, yah begitulah. Kami tidak sadar kalau waktu berjalan begitu cepat dan tahu-tahu sudah hampir tengah malam saja. Bahkan kami membatalkan naik wahana terakhir meski sudah beli tiketnya agar bisa segera pulang," selaku memotong ucapan Okaa-san mencoba membantu menjelaskan alasan aku bisa pulang telat ke rumah sepulang sekolah agar Okaa-san bisa mengerti.
Okaa-san menarik napas panjang seakan berusaha meredam emosinya yang hampir meledak. "Ibu tahu sudah lama kamu tidak jalan-jalan ke taman hiburan malam karena Ibu terlalu sibuk bekerja. Tidak punya cukup waktu untukmu. Tapi jangan jadikan itu alasanmu untuk bermain di sana sampai lupa waktu. Kamu juga masih harus sekolah besok. Ibu tidak mau kamu ketiduran saat sedang mengikuti pelajaran di kelas karena kurang istirahat. Meski pun gurumu tidak akan menghukummu karena tidur di kelas. Tapi tetap saja kamu bisa ketinggalan materi pelajaran," nasihat Okaa-san panjang lebar.
Begitu mendapat izin masuk, aku segera naik ke kamar. Setelah mencuci bersih kaki dan tangan serta sudah menggosok gigi. Aku pun segera berbaring di ranjang dan sayup-sayup masih bisa kudengar suara obrolan mereka di luar sana dan menyatu dengan suara yang berasal dari kenangan masa lalu saat Otou-san masih hidup.
Masih kuingat jelas pertengkaran Otou-san dengan Okaa-san di malam terakhir kami tinggal bersama. Hanya gara-gara masalah sepele berupa noda lipstik merah merona di balik tekukan kerah kemeja kerja Otou-san yang berwarna putih sehingga noda lipstik itu tampak begitu mencolok di sana.
"Aku sungguh tidak tahu dari mana noda lipstik sialan itu bisa menempel di kerah kemejaku. Aku berani bersumpah, Hitomi. Aku tidak berselingkuh dengan wanita mana pun!" bantah Otou-san dengan suara menggelegar sampai membuat badanku gemetar ketakutan di balik selimut.
"Lantas bagaimana noda lipstik itu bisa ada di sana? Kurang apa aku, hah? Apa aku tidak bisa memuaskanmu di ranjang sehingga kau memilih berpaling pada wanita lain?" tuduh Okaa-san dengan nada bergetar menahan isak tangis.
Kudengar Otou-san menggeram keras. "Percaya padaku, Hitomi. Hanya kau wanita pertama dan terakhir dalam hidupku. Selama ini aku sungguh tidak tahu kalau ada noda lipstik di kemejaku kalau saja kau tidak memberitahuku malam ini," sahut Otou-san dengan nada lebih lembut. "Barang kali ada wanita yang menubruk badanku dan tanpa sengaja meninggalkan noda lipstik itu saat aku sedang berdiri di gerbong kereta. Kau tahu sendiri bagaimana keadaan gerbong kereta ketika jam masuk kantor, kan? Sangat sesak dan nyaris tidak ada ruang untuk bergerak. Bisa bergeser sejengkal saja sudah merupakan sebuah berkah dari dewa."
"Wanita di gerbong kereta katamu? Apa kau pikir aku akan percaya begitu saja pada bualan konyolmu itu?" Okaa-san mendengus antara jengkel dan geli. "Kalau pun itu benar, posisi noda lipstik seharusnya berada di kerah bagian sisi luar kemejamu bukan malah menempel di lipatan kerah sisi dalam yang menekuk ke arah luar. Masih ada pula simpul dasimu. Mana mungkin bibir wanita itu bisa sampai ke sana!"
Kutangkup kedua telingaku dengan tangan. Mencoba mencegah teriakan mereka agar tidak bisa masuk. Airmataku mulai mengalir turun membasahi pipi. Tidak menyangka masalah sepele itu akan berbuntut pertengkaran panjang seperti malam itu.
"Lagipula bukan sekali ini saja aku menemukan noda lipstik itu di kerah kemejamu. Tapi sudah tiga bulan lalu saat kau mulai sering dinas ke luar kota, bahkan jarang tidur di rumah karena harus lembur di kantor," sambung Okaa-san dan tangis pun tumpah kala dia mengenang kejadian itu. "Aku berusaha tetap berpikir positif saat pertama kali melihat noda lipstik itu ketika sedang mencuci kemeja kotormu karena aku mencoba percaya padamu dan menunggu kau sendiri yang mengaku kalau memang--tanpa sengaja--sudah bermain api di belakangku. Tapi noda lipstik itu terus berdatangan setiap kali aku mencuci kemejamu dan kau malah diam saja seakan tidak terjadi apa-apa. Aku sudah tidak tahan terus memendam bukti dari perbuatan busukmu itu sendirian."
"Hitomi, aku--"
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" bentak Okaa-san membuatku terlonjak kaget di balik selimut. Sungguh, ini kali pertama aku mendengar Okaa-san semurka itu. Biasanya beliau selalu tenang dan berpikir jernih saat sedang menghadapi masalah pelik.
Tak lama kemudian kudengar pintu kamar mereka di banting menutup dari luar. Bersambung suara langkah kaki menuruni tangga dan berhenti di ruang tamu.
Sepanjang malam itu aku tidak bisa tidur karena terus mendengar isakan dari kamar sebelah. Aku berharap bisa menghibur Okaa-san, tapi aku tahu kalau beliau hanya ingin meratapi nasib malang itu sendirian.
*tbc*
a/n:
Gommsenasai minna-san kalo bagian ini rada mirip konflik sinetron di kanal tivi ikan terbang 😂😂😂 itu aja sih, moga ga pada kabur setelah baca bagian ini 😉😘
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen. Makasih udah mampir^^

KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE [BL]
Short Story21+ Boyslove . . . Kupikir, Eiji sensei menyukaiku. Akan tetapi aku salah, dia mencintai Okaa-san dan mereka akan segera menikah. Apakah aku harus menyerah? Atau tetap berjuang menaklukan hati lelaki itu? Namun, bagaimana dengan perasaan Okaa-san...