Aku tiba di rumah sebelum jam makan malam tiba. Segera masuk kamar setelah menaruh sepeda di garasi. Baru turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama Okaa-san dan kerabatku yang lain.
"Di mana Eiji, Hitomi? Dia tidak ikut makan malam?" tanya Obaa-san saat sadar tidak ada lelaki itu di meja makan.
"Siang tadi dia pergi menemui manta-eh, temannya dan belum pulang sampai sekarang," sahut Okaa-san hampir keceplosan.
"Ada urusan apa mereka? Sudah petang masih belum pulang," timpal Ojii-san sambil menatap Okaa-san dengan sorot curiga. "Coba kau hubungi dia."
Okaa-san mengedik bahu. "Sudah beberapa kali kukirim pesan dan kutelepon dia. Tapi tidak ada balasan. Barangkali baterai ponselnya mati."
"Bagaimana dengan teman Eiji? Sudah kau hubungi orang itu?" tanya Obaa-san sambil mengamati gelagat resah Okaa-san. "Kau punya nomor kontak dia, kan?"
Derum mobil di depan pagar rumah, menjeda obrolan mereka. "Aku saja. Kalian tunggu di sini," kata Okaa-san cepat menghentikan Obaa-san yang hendak berdiri.
"Yah, coba kau periksa sana. Mungkin saja itu calon suamimu yang baru pulang setelah pergi tanpa kasih kabar," ucap Ojii-san dengan nada geram. "Lelaki macam apa yang masih senang keluyuran padahal sebentar lagi mau menikah."
Okaa-san mengangguk dan segera beranjak ke ruang depan ketika bunyi ketukan pintu terdengar.
Sayup bisa kudengar suara ayano sedang bicara dengan Okaa-san. Berusaha menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah kami.
"Ada apa, hitomi? Siapa wanita itu?" tanya Obaa-san saat Okaa-san tidak kunjung kembali ke meja makan. Lantas kami pun bergegas ke ruang tamu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.
"A-aku tidak tahu pasti bagaimana kronologis kejadian sebenarnya. Tadi siang saat aku sedang bermain dengan kedua putriku, dia tiba-tiba menelepon dan bilang kalau sedang menungguku di kafe," jelas Ayano sambil menjaga sikap agar tetap tenang. Meski suaranya terdengar panik dan agak bingung.
"Yah, Eiji-san ada di sana karena kau yang mengajak dia makan siang bersama."
"Kami sudah membahas itu."
"Membahas soal apa?"
"Pesan salah kirim yang dia terima dari ponselku tadi siang."
Kulihat punggung Okaa-san menegang. "Maksudmu, ada orang lain yang mengajak Eiji makan siang di kafe itu melalui ponselmu?"
Dari posisiku yang berada di ambang koridor pintu ruang tengah dan ruang tamu, sulit untuk bisa melihat wajah Ayano. Tapi aku masih bisa menangkap gerakan kepala wanita itu.
"Ada yang meretas ponselku."
Okaa-san mendengus geli. "Omong kosong macam apa itu?"
"Terserah mau percaya atau tidak. Tapi begitulah yang sebenarnya terjadi."
"Lantas bagaimana Eiji-san bisa ada di mobilmu dalam keadaan mabuk begitu, hmm?"
"Karena kujemput dia di kedai sake dan mengantarnya pulang ke rumah ini."
"Tunggu sebentar," pinta Okaa-san sambil mengangkat satu tangan mencegah ayano membuka mulut. "Alasan itu tidak relevan dengan kejadian sebelumnya."
"Yah, aku dengar seperti ada benda jatuh membentur meja dan kupikir, mungkin saja Eiji-san pingsan karena dia sempat mengeluh sakit kepala."
"Nah, dari bagian itu mulai kedengaran janggal. Kalau benar Eiji-san pingsan, kenapa dia bisa berada di kedai sake dan mabuk sampai petang di sana?"
Ada jeda cukup panjang sebelum suara Ayano kembali terdengar. "Tentu saja karena dia pergi ke sana dengan seseorang yang sudah meretas ponselku. Aku sungguh tidak tahu siapa sebenarnya orang melakukan itu. Kenapa dia memilihku."
Okaa-san tertawa sinis. "Oke, cukup fantastis ceritamu itu. Tapi alangkah lebih mudah dan logis kalau memang tidak ada orang misterius di sana selain kalian berdua. Mengenang masa indah saat kalian masih pacaran dulu sebelum kau bisa melepas lelaki itu menikah denganku."
Kudengar ayano mendengus kasar. "Aku bukan wanita seperti itu dan asal anda tahu, aku sudah menikah dan dua malaikat kecil anak dari benih suamiku."
Kulihat okaa-san melipat kedua tangan ke dada. "Kalau begitu kau lebih buruk dari dugaanku. Selain murahan, kau juga seorang istri peselingkuh. Tsk, kasihan sekali suami dan kedua putri malangmu karena selama ini sudah kau tipu."
"Oh, begitukah menurutmu? aku hanya ingin membantu dan beginikah balasanmu?"
"Aku tidak butuh bantuan dari wanita jalang sepertimu. Dan tolong, enyahlah dari kehidupan Eiji. Dia bukan kekasihmu, melainkan calon suamiku."
"Akan selalu kuingat saranmu, calon nyonya Ta-ke-da," sahut Ayano dan segera kembali ke mobil dan melesat pergi.
"Siapa wanita itu, Hitomi? Apa benar dia mantan kekasih Eiji?" tanya Ojii-san sambil berjalan ke arah Okaa-san yang masih bergeming di depan pintu ruang depan. "Apa mereka masih sering makan siang bersama?"
"Katakan sesuatu, Hitomi. Kenapa kau tidak melarang Eiji pergi menemui wanita itu meski kau tahu mereka pernah berpacaran dulu?" tanya Obaa-san turut mencecar.
"Bisakah kalian berdua diam?" pinta Okaa-san dengan nada dingin dan menusuk. Kemudian menoleh ke arah Eiji sensei yang berbaring mabuk di sofa ruang tamu "Hiro-kun, bantu ibu memindahkan Eiji-san ke kamar. Dia sudah cukup bikin masalah hari ini."
Ketika sedang memapah Eiji sensei ke kamar, tanpa sengaja kulihat sebulir airmata jatuh dari sudut mata Okaa-san. Bergulir pelan membasahi pipi wanita itu.
*tbc*
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE [BL]
Short Story21+ Boyslove . . . Kupikir, Eiji sensei menyukaiku. Akan tetapi aku salah, dia mencintai Okaa-san dan mereka akan segera menikah. Apakah aku harus menyerah? Atau tetap berjuang menaklukan hati lelaki itu? Namun, bagaimana dengan perasaan Okaa-san...