Prolog

10.6K 751 149
                                    

Selamat membaca kisah sambungan keluarga Brahmantyo dan lainnya.
Aku harap kalian menyukai dan support cerita ini sampai benar-benar tuntas.

Di part pertama ini, aku akan memberikan sebuah awalan yang terbilang cukup banyak dan mendeskripsikan semua yang mereka alami dengan detail.

Oke, tanpa berlama-lama. Selamat membaca♡
🔸
.

Gadis dengan surai cokelat tua itu
sedang duduk melamun menikmati pemandangan kota Bandung yang sangat asri pagi ini. Seperti biasa dia kesepian. Diselimuti dengan segala lara dan duka yang entah kapan akan hilang. Dia Devira. Dia sedang berada di dalam fase pemulihan selepas kecelakaan maut yang menimpanya satu tahun yang lalu. Orang tuanya sudah lama pergi meninggalkan dirinya, karena kecelakaan pesawat, saat ingin mengikuti perjalanan bisnis ke luar negeri. Entah, bagian apa yang dikuburkan pada makam kedua orang tuanya itu, yang jelas Devira sangat rindu pada mereka.

"Vira ... kamu akan pindah ke Jakarta sore ini," tegas orang itu membuat semua lamunan Devira pecah.

"Baiklah, aku akan menyiapkan hatiku," balas Devira mengangguk.

"Eh, kita hari ini ke makam Davina, yuk?" ajak Kanaya.

"Yuklah, gue udah lama gak ke sana." Zellyn setuju akan ajakan Kanaya.

"Rasanya rindu banget sama Vina. Udah lebih dari satu tahun dia pergi," lirih Adelia sambil menunduk.

"Hey, jangan sedih gitu dong. Gue 'kan gak kuat kalo udah bahas ginian. Bawaannya pengen nangis aja." Ucapan Kanaya tidak sepenuhnya bercanda. Dia masih sering menangis jika membicarakan sahabatnya itu.

"Udah, kok, jadi sedih-sedihan gini, sih? Kantin kuy?" tawaran Zellyn langsung diangguki oleh kedua sahabatnya.

Devina hanya berdiam diri di kamar mendiang kembarannya hari ini. Entah kenapa semangat hidupnya lama-kelamaan menghilang setelah kepergian Davina. Dia duduk di depan meja belajar Davina. Dia membuka laci meja itu untuk mengambil sebuah pulpen. Setelah mendapatkan benda itu, perhatiannya tertuju pada sebuah buku bersampul biru muda. Dia mengambil buku itu dan memperhatikan sampulnya. Di sana tertulis 'Aku, dirimu, dan keluargaku.'

Perlahan tapi pasti Devina membuka buku itu. Di halaman pertama terpajang sebuah polaroid yang menampilkan potret keluarganya sekitar sepuluh tahun yang lalu. Di saat Aldo dan Davina masih bersama mereka.

Dear Kalian♡
Aku sayang kalian.
Aku rindu kalian.
Aku ingin memeluk kalian.
Aku ingin bercanda bersama kalian.

Semoga kalian tetap bisa bahagia. Walau tanpa aku di sana. Yakinlah, aku sendiri bahagia jika melihat kalian bahagia.

Davina Azzaranie C.

Lembar berikutnya, Devina melihat tulisan kembarannya yang terpampang rapi dengan isi yang menyayat hati. Di sana juga terdapat foto polaroid dengan frame warna hitam yang menampilkan potret Davina dan Devina yang tengah meniup lilin keempat mereka. Senyum dan tawa terlihat dengan jelas dalam foto itu. Tapi, senyum itu berganti dengan luka yang tiada akhir.

Selamat ulang tahun kamu♡
Semoga Devi menjadi orang yang baik, ya.
Semoga Devi kembali menganggap diri Vina ada.
Tiada kata yang dapat kuucap saat ini. Hanya doa yang paling baik ku panjatkan untukmu.
Semoga kamu bahagia dengan keluarga kita, ya?
Aku sayang kalian.
Selamat ulang tahun kamu dan aku.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang