Sehun keluar setelah menyelesaikan beberapa rancangan untuk game terbaru yang ingin ia rilis. Meski memiliki ayah yang berbeda, Sehun adalah adik lelaki kesayangan Junmyeon, begitupun sebaliknya.Pemuda yang lebih muda tiga tahun di bawah Junmyeon tersebut bekerja di salah satu perusahaan penerbit dan pengembangan aplikasi. Posisinya pun tak dapat dianggap sepele. Ia salah satu pimpinan sekaligus otak besarnya di sana. Tak mungkin terbanting jauh dari sang kakak yang juga sukses di bidangnya. Mungkin anak lelaki keluarga ini, memang dibekali nasib yang bersinar di sebalik garis tanyanya.
Pria yang masih memakai kemeja dan celana jeans hitam agak longgar tersebut, menggiring langkahnya menuju dapur. Perutnya meronta ingin diberi asupan setelah sang jiwa kembali dari belenggu ambiusnya bila sudah bekerja.
Langkah Sehun praktis terhenti usai maniknya menangkap pemandangan di depan. Punggung seorang gadis yang terlihat jelas sedang naik-turun dengan cepat di depan keran air. Kepalnya ia miringkan, proporsi tubuh yang kini ia lihat, sepertinya tak asing.
"Jisoo?"
Itu kakak iparnya. Tebak Sehun. Gadis itu mendengar seruannya yang cukup lantang. Itu dibuktikan dengan punggungnya yang sudah berhenti naik-turun, namun masih enggan berbalik. Sehun makin mengernyit. Ia berjalan mendekat.
"Eh, Sehun? Ternyata kau?"
Gadis itu telah berbalik dengan melontarkan sapaan basa-basi dan senyuman ramah khas bibirnya yang indah. Namun satu hal yang dapat dipastikan jelas oleh indra penglihatan Sehun. Gadis ini habis menangis. Meski tak ada linangan atau bekas air mata yang menghinggap di pipinya, tapi bekas sayu masih terlihat di kelopak matanya yang bawah.
"Sehun?"
Pria tersebut menggeleng sedetik setelah ia kembali dari pikirannya yang menerawang sendiri tanpa diminta. "Ya?"
"Ada yang dapat aku bantu?"
Sehun tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak. Aku datang untuk mengambil air dan beberapa kotak snack."
Anggukan mengerti diutarakannya. "Baiklah kalau begitu. Hmm, aku akan pergi sekarang. Selamat malam, Sehun."
"Ya, selamat malam."
Bereaksi biasa saat mereka bersitatap, Sehun langsung membalik tubuh guna mengamati punggung gadis yang tadi mengobrol dengannya setelah beberapa detik mereka usai berpapasan.
Ada yang aneh darinya. Dan Sehun tertarik untuk menerka-nerka.
❦❦❦
"Nyonya..."
Wanita yang sedang memakai gaun kuning lemon nan di sahut, menoleh ke belakang. "Ada apa, bi?"
Guratan ragu-ragu terpatri di wajah si bibi. Ia terus memainkan apron putih yang ia pakai dengan kepala tertunduk, tak mampu mengangkat pandangan.
"Bibi?"
"Ah.. i-itu, nyonya. Ada-ada tamu di depan yang mencari tuan."
Garis wajahnya spontan mengernyit. "Tamu? Mencari tuan?"
Di sisi lain, seorang gadis berpakaian glamour dan modis, bersedekap di antara duduknya yang anggun. Kuku-kuku bercat hitam mengkilap miliknya menari-nari di pergelangan tangannya yang terlipat. Pandangan pun diedarkan menelisik segala sesuatunya nan ada di rumah super megah ini.
"Permisi?"
Konsentrasi si gadis asing itu pecah saat mendapat sahutan dari wanita yang baru tiba. Tak berniat membalas sahutannya, ia malah memperhatikan penampilan si empu dari atas hingga bawah. Setelah selesai mengamati, senyuman semacam berbaur dengan ejekan merekah di bibir lipstik merahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Simple (but) Beautiful Plan (√)
Romance[COMPLITE] Saat mengetahui ada kejanggalan dalam rumah tangga sang kakak, Sehun tertarik rasa penasarannya untuk tahu lebih dalam. Awalnya ia menerka-nerka kemungkinan, lalu bersikap simpati setelah tahu kebenaran. Dalam prosesnya, ada perasaan lain...